Kamis, 24 Juli 2008


PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERSAMAAN AKUNTANSI MELELUI PENDEKATAN KELOMPUK BERDASARKAN SOSIOMETRI

Zaenuddin Kabai



Abstrak : Penelitian action research ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan –kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan dasar akuntansi dalam mata pelajaran akuntansi SMA Negeri 2 Bantaeng. Penelitian dilakukan dikelas XI IPS SMA Negeri 2 Bantaeng. Pemecahannya dilakukan adalah dengan pembentukan kelompok belajar berdasarkan sosiometri dalam upaya mengaktifkan siswa dalam diskusi – diskusi, pada saat mereka menyelesaikan soal-soal persaman dasar akuntansi.
Penelitian menyimpulkan bahwa pengelompokan berdasarkan sosiometri dapat mengaktifkan siswa dalam belajar secara kelompok. Namun dalam pelaksanaannya kerja kelompok itu harus di barengi dengan bantuan oleh guru dari kelompok satu kekelompok berikutnya. Dari siklus ke siklus berikutnya hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal- soal persamaan akuntansi mengalami peningkatan.
Kata kunci : persamaan akuntansi , pendekatan kelompok berdasarkan sosiometri .


Persamaan dasar akuntansi adalah merupakan langkah awal dalam memasuki
pelajaran akuntansi secara keseluruhan. Di ibaratkan sebuah bangunan gedung, maka persamaan akuntansi adalah pondasinya .
Zaenuddin Kabai .Guru SMA Neg. 2 Bantaeng .Kab.Bantaeng . Telp 081342537529.


Kenyataan dilapangan siswa mengalami banyak kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal seperti itu, jika menerima soal-soal berbentuk persamaan akuntansi siswa kurang bersemangat dan tidak mau berusaha keras untuk memahami, apa lagi menyelesaikannya. Disisi lainnya. soal-soal ulangan harian pada pokok bahasan persamaan dasar akuntansi sebagian besar siswa tidak bisa menyelesaikannya, sehingga nilai ulangannya sulit ditingkatkan ( tidak tuntas ) yaitu rata-rata < 6,0. Makanya itu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi pada siswa kelas xi ips 1 SMA NEG. 2 Bantaeng , maka salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kelompok berdasarkan sosiometri.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas maka penulis mempermasalahkan sebagai berikut : Apakah pendekatan kerja kelompok berdasarkan sosiometri dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi dikelas XI IPS 1 semester ganjil tahun ajaran 2007/ 2008.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : a .bagi siswa ;(1) meningkatkan minat siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan dasar akuntansi ,(2) meningkatkan kemanpuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi (3) agar siswa dapat menyadari pentingnya belajar kelompok berdasarkan sosiometri ,(4) Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal persamaan dasar akuntansi. b. Bagi guru dapat ; (1) Memberikan sumbangan pengetahuan kepada guru lain tentang penelitian Action Research. (2) Mengetahui kekurangan / kemampuan guru sebagai peneliti.(3) Meningkatkan penggunaan tekhnik mengajar dengan belajar kelompok (5) Meningkatkan kesadaran untuk memperbaiki diri sendiri sebagai guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Sukardi (1983) menyatakan sosiometri adalah salah satu teknik pengumpulan data secara khusus berhubungan dengan interaksi dalam sebuah kelompok .Sedangkan Winatapura dkk (2005) mengatakan, metode kelompok sosiometri rasa ingin tahu, berekspresi yang kreatif , keterampilan bekerjasama,dan termotivasi dalam menyelesaikan dan menyimak pelajaran yang sedang dikaji . Lagipula tepat sekali untuk mengetahui apakah individu- individu disukai atau tidak dalam suatu kelompok (Madya Swarsih 2006) . Alipandie (1984) kebaikan/manfaat metode kelompok (1) meningkatkan kualitas kepribadian anak – anak dalam hal kerja sama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berpikir kritis, disiplin dan sebagainya, (2) menumbuhkan semangat persaingan positif dan konstruktif, (3) menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab yang pandai dapat membantu temannya yang kurang pandai demi nama baik kelompoknya. Apatah lagi untuk mengatasi keterbatasan baik dari segi alat, sarana dan kemampuan individual siswa, serta waktu yang tersedia sementara pekerjaan siswa diharapkan selesai secara bersamaan maka pendekatan atau metode kerja kelompok merupakan salah satu pendekatan yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok untuk menghindari persaingan negatif, siswa masa bodoh maka (1) ketepatan dalam merumuskan tujuan, (2) tugas dan kewajiban para murid dalam kelompoknya, (3) jumlah anggota tiap kelompok tidak terlalu besar yakni antara 4 – 5 orang tiap kelompok, (4) pembentukan kelompok melalui sosiometri, (5) menilai serta menyimpulkan hasil-hasil yang dicapai kelompok secara keseluruhan.






METODE PENELITIAN



Setting Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) atau lebih populer dengan istilah Classroom Action Research ( CAR ). Dengan tujuan akan mendeskripsikan gambaran tentang konstribusi pendekatan kerja kelompok berdasarkan sosiometri dalm pembelajaran akuntansi dengan pokus permasalahan mengenai peningkatan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi .
Waktu penelitian ini adalah kurang lebih 3 bulan ,yaitu mulai dari Agustus sampai bulan Nopember 2007. Secara operasional (aplikasi), penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru akuntansi pada kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bantaeng. Kolaborasi tersebut mulai dari pengamatan (observasi) awal, penentuan tindakan (strategi) yang digunakan, penyusunan rencana dan perangkat pembelajaran, penerapannya dikelas melalui siklus-siklus, sampai pada evaluasinya. Fokus masalah praktis yang dipecahkan adalah penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi dengan strategi yang ditentukan, yakni melalui pembentukan kelompok belajar berdasarkan sosiometri. Struktur proyek dimaksud dalam penelitian ini atau penerapannya adalah adanya berbagai tugas dan tahapan penyelesaiannya ditangani bersama antara peneliti dan guru. Sementara untuk para siswa, ditandai dengan berbagai tugas yang diselesaikan secara berkelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bantaeng. Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. PTK ini hanya dilaksanakan di kelas XI IPS 1 tahun pelajaran 2007/2008, dalam kurikulum 2004.Dengan jumlah siswa 39 orang .Instrumen yang digunakan penulis adalah pengumpulan data melalui lembar observasi,pedoman wawancara , dan lembar kerja siswa (LKS) .
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah (1) Keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada tiap siklus, (2) Keaktifan siswa mencatat pada tiap siklus, (3) Perolehan nilai hasil belajar siswa pada tiap siklus.
Adapun definisi operasional penelitian kali ini sebagai berikut : (1) Peningkatan keterampilan menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi, adalah ,melalui langkah-langkah sistimatis dalam proses pembelajaran dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi.(2) Pembentukan kelompok belajar berdasarkan Sosiometri adalah Proses pembentukan kelompok dalam proses pembelajaran akuntansi berdasarkan adanya hubungan sosial dan psikologi antara individu di suatu kelompok. Dengan menggunakan angket sosiometri.(3) Keaktifan siswa adalah kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan semangat optimis, dan dinamis, baik dalam belajar kelompok, maupun dalam mencatat pada setiap prosedur penyelesaian soal persamaan akuntansi. (4) Perolehan nilai hasil belajar adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi yang berwujud angka atau huruf.
Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS.1 SMA Negeri 02 Bantaeng tahun pelajaran 2007/2008 yang jumlahnya 39 orang. Kesemuanya siswa tersebut menjadi objek penelitian.Terdiri dari 21 orang siswa (53 persen) jenis kelamin laki-laki dan 18 orang siswa (47 persen) jenis kelamin peempuan .
Sebagai sumber data penelitian kualitatif , instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Kehadiran peneliti dalam setiap tindakan dikelas sangat menentukan dan menjadi kunci diperolehnya data yang valid dan akurat. Selanjutnya hasil observasi, wawancara, dan lembar kerja siswa (LKS) Pedoman observasi sebagai instrumen untuk merekam seluruh kegiatan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Melalui siklus – siklus tersebut diatas, pengumpulan data digunakan melalui observasi, wawancara, study dukumentasi , LKS.
Observasi melalui langkah – langkah (1) pengamatan terhadap aktivitas yang membangkitkan motovasi dan pemahaman siswa mengenai pengertian transaksi dan kejadian, melalui lembar kerja siswa (LKS), (2) pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam mencatat materi persamaan akuntansi, (3) keaktivan siswa dalam kerja kelompok, (4) pengamatan terhadap motivasi siswa dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi, (5) pengamatan terhadap keaktivan siswa dalam mengajukan jawaban.
Pada tahap penyelesaian soal – soal persamaan akuntansi, observasi dilaksanakan berdasarkan langkah tindakan pembelajaran bertahap (tiap tahap). Urutan langkah observasi tersebut adalah pengamatan terhadap beberapa kegiatan, yaitu (1) pada tahap pemberi jawaban dalam diskusi kelompoknya, (2) penulisan, dan analisis transaksi kedalam persamaan akuntansi, (3) penyusunan atau penulisan angka (nilai) rupiah dalam persamaan akuntansi, (4) pencatatan transaksi sesuai dengan urutan kejadian, (5) merevisi pekerjaan kelompoknya sendiri, maupun kelompok lainnya setelah dibacakan hasil pekerjaan kelompok lain .
Pada tahap penyajian, observasi dilakukan berdasarkan urutan langkah tindakan pembelajaran pada tahap tersebut. Adapun urutan langkah observasi ialah pengamatan terhadap kegiatan (1) memberikan komentar mengenai hasil pekerjaan kelompoknya,(2) menuliskan dipapan tulis hasil analisis transaksinya, (3) memberikan tanggapan atau penilaian kepada hasil kerja kelompok lain, (4) mendiskusikan hasil pekerjaannya masing-masing.
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru dikelas. Wawancara diarahkan untuk melengkapi data yang diperoleh dalam observasi, meminta tanggapan siswa dan guru pada setiap tahapan kegiatan penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi. Pada saat / tahap penyelesaian soal-soal wawancara diarahkan terhadap tanggapan siswa tentang, (1) menarik minat dan pemberian motivasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengundang jawaban spontan, (2) menulisakan jenis – jenis barang yang ada pada dirinya sekaligus memberi nilai/harga, (3) penilisan nama barang yang dimiliki kedalam persamaan akuntansi. Wawancara pada tanggapan tentang (1) penulisan transaksi dan kejadian dalam tabel persamaan akuntansi, (2) merevisi pekerjaan yang telah dibuat, (3) merevisi pekerjaan teman, (4) menuliskan kembali jawaban yang telah direvisi.
Studi dukumentasi adalah dengan meneliti rencana pembelajaran yang dibuat guru dan memeriksa hasil pekerjaan siswa yang diberikan melalui latihan (penugasan). Penugasan merupakan teknik pengumpulan data tentang pelaksanaan pembelajaran persamaan akuntansi dengan melalui kelompok sosiometri. Pada siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 2 BANTAENG. Penugasan dimulai dari tahap pengertian transaksi, analisis transaksi dan kejadian, dan penulisan kedalam persamaan akuntansi. Beban penugasan adalah lembar kerja siswa (LKS) yang terdiri dari (1) LKS. 1. deskripsi diri siswa, (2) LKS.1. Pengertian transaksi, persamaan transaksi, macam-macam transaksi dalam persamaan akuntansi, (3) LKS 2. Tabel pengisian hasil analisis transaksi dan kejadian dalam persamaan akuntansi, (4) LKS 3. Berupa lembaran untuk menyusun laporan keuangan.
Sebagai alat pengumpulan data ; Pedoman observasi adalah format khusus sebagai panduan peneliti untuk memperoleh data dari dokomen tertulis, proses pembelajara, maupun hasil belajar. Pedoman wawancara adalah format yang digunakan untuk mmemperoleh data atau memperoleh klarifikasi dari guru tentang data – data yang dianggap belum jelas.Selanjutnya Lembar kerja siswa (LKS) adalah format yang khusus digunakan siswa untuk mengerjakan soal latihan, penilaian dalam praktik (seperti penilaian diri sendiri, dan, menilai hasil kerja orang lain atau teman sejawat. Selain itu dilanjutkan dengan penugasan dimulai dari tahap pengertian transaksi, analisis transaksi dan kejadian.
Setelah seluruh data terkumpul maka peneliti melakukan uji validitas agar supaya hasil penelitian ini dapat meminimalisir keraguan, maka Borg dan Gall dalam (Wiriatmadja : 2006) mengatakan, ada lima kriteria validitas yakni : (1) validitas hasil, artinya sejauh mana tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakan atau dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan yang dicapai, (2) validitas proses, memeriksa kelayakan proses yang dikembangkan dalam berbagai fase penelitian tindakan, (3) validitas demokratis, menandakan bahwa penelitian tersebut harus dilaksanakan melalui kelaboratif, terutama mengenai perhatian terhadap bahan yang dikaji, (4) validitas katalitik, sejauh mana penelitian berupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan, dan motivasi transparansi dan transformasi visi dalam menghadapi kenyataan mereka sehari-hari, (5) validitas dialog, setelah data terkumpul maka untuk lebih memantapkannya melalui dialog dengan mitra peneliti dalam menyusun dan merevisi hasil penelitian beserta penafsirannya.
Berdasar dari teori tersebut maka penelitian kali ini melakukan pemeriksaan kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber teruama kepala sekolah. Setelah itu peneliti melakukan pengecekan kembali kebenaran hipotesis, dan analisis bersama kelaborator, kepada beberapa teman yang dianggap mengetahui tentang kriteria validitas data penelitian tindakan kelas (PTK). Hopkins dalam Wiraatmadja (2006).
Erickson dalam (Madya 2006) menegaskan bahwa kriteria validitas dasar untuk penelitian kualitatif adalah makna langsung dan lokal dari tindakan sebagaimana dibatasi dari sudut pandang peserta penelitiannya. Oleh karena itu obyektifitas dan keseriusan peneliti dan kelaborator sangat menentukan tinggi rendahnya validitas sebuah data penelitian.
Selain itu dalam pelaksanaan PTK, peneliti dan kelaborator silih berganti untuk memberi bimbingan. Salah satu diantaranya menjadi pengamat dan lainnya pembimbing atau penyaji materi akuntansi.
Penelitian ini menggunakan tiga jenis data, yaitu: (1) data hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan kelaborator, (2) data hasil belajar siswa yang terdiri dari tes awal, tes siklus I, siklus II, siklus III, dan tes akhir, dan (3) data hasil penyebaran angket kepada siswa.
Setelah data terkumpul diolah statistik dengan menggunakan teknik analisa deskriptif dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu guna mendiskripsikan karakteristik distribusi skor dari tiga variabel dengan fokus skor tertinggi, skor terendah dan presentase. Mengenai data keaktifan siswa baik dalam belajar kelompok maupun dalam mencatat materi pelajaran akuntansi dengan klasifikasi aktif, cukup aktif, dan tidak aktif. Sedangkan perolehan nilai hasil belajar siswa menggunakan klasifikasi : amat baik, baik, cukup, dan kurang. Selanjutnya akan digambarkan masing – masing dalam tabel distribusi frekuensi dengan klasifikasi nilai amat baik, baik, cukup, dan kurang.
Mengawali kegiatan dengan mengumpulkan fakta negatif bersama kelaborator selama berlangsungnya proses pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS.1 semester ganjil tahun ajaran 2007/2008. Selain itu mencari dokumen tertulis dari guru, dan staf tata usaha mengenai nilai siswa, wawancara dengan subyek terteliti. Setelah menemukan fakta negatif maka peneliti bersama kelaborator mengelompokkan fakta negatif dan memberi batasan bersama kelaborator.
Ternyata hasil pengelompokan tersebut ditemukan bahwa aktifitas siswa terhadap mata pelajaran akuntansi terutama mengenai penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi masih sangat lemah. Hal ini sebagai akibat dari metode pembelajaran masih sangat monoton yakni kurang bervariasi, tidak memberi praktek penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi.
Dengan dasar tersebut maka sepakatlah antara peneliti dan guru akuntansi sebagai kelaborator untuk melakukan tindakan kelas dengan kegiatan sebagai berikut : (1) menentukan jadwal kegiatan, (2) menyusun skenario pembelajaran, (3) menyusun pedoman wawancara, (4) menyusun pedoman observasi, (5) menyusun lembar kerja siswa (LKS), (6) menentukan bentuk soal, (7) menentukan berapa pertemuan tiap siklus, dan berapa siklus yang akan dilakukan. Terjadi kesepakatan bahwa kegiatan PTK dilaksanakan tiga siklus dan setiap siklus tiga kali pertemuan termasuk didalamnya studi pendahuluan.
Prosedur penelitian tersebut dilaksanakan dalam tindakan berdaur ulang (siklus) yang dilakukan sebanyak tiga siklus secara berurutan :menurut (Arikunto 2007) adalah ;
a. Studi Pendahuluan , Pelaksanaan kegiatan tersebut untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan mengidentifikasi masalah – masalah dallam proses pembelajaran dikelas terteliti. Kemudian dilanjutkan (1) pembuatan jadwal dan kegiatan penelitian dimulai dari bulan Juli sampai Oktober 2007, (2) pengamatan secara langsung terhadap jalannya proses pembelajaran dikelas dan hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal – soal akuntansi untuk memperkuat hasil observasi (pengamatan), dilakukan wawancara dengan guru dan beberapa orang siswa.Dalam observasi pendahuluan tersebut, diperoleh data bahwa pembelajaran akuntansi dikelas XI IPS SMAN 02 Bantaeng hasilnya belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi.
b. Perencanaan Tindakan ;(1)Membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan langkah – langkah kegiatan pembelajaran, (2) menyusun angket untuk siswa, (4) menyusun tes awal tentang pengetahuan dasar akuntansi, (5) mempersiapkan media LKS, (6) membuat alat evaluasi. Materi pelajaran yang dipilih untuk pelaksanaan tindakan ini adalah persamaan akuntansi (keseimbangan Neraca) kelas XI IPS semester ganjil dengan rincian pokok bahasan : (a) Transaksi usaha, (b) Persamaan akuntansi, (c) Pencatatan transaksi, (d) Pengaruh transaksi terhadapa persamaan akuntansi, (c) Laporan keuangan dari persamaan akuntansi. c . Pelaksanaan Tindakan ; Pelaksanaan PTK ini dlakukan dengan tiga siklus, dan setiap siklus tiga kali pertemuan (tatap muka) yang diamati oleh guru kolabrator. Setelah itu dilakukan pertemuan untuk mendiskusikan temuan – temuan yang ada dalam pelaksanaan tindakan dan sebagai bahan refleksi untuk kegiatan berikutnya. Langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas yaitu : (1) pendahuluan, mencek kehadiran siswa, apresepsi dan motivasi, (2) kegiatan inti yang terdiri dari : pembagiam kelompok dalam menyelasaikan soal – soal persamaan akuntansi, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok, (3) guru membuat catatan pribadi (catatan lapangan), (4) guru memberikan tes kepada siswa. d. Pengamatan (observasi) ; Pelaksanaan tindakan dan pengamatan (observasi) berlangsung bersamaan sebagai ciri penelitian kolaboratif. Demikian pula dalam peneltian ini, antara peneliti dan guru sebagai kolaborator saling berganti peran demi keakuratan data yang diperoleh. Pengamat melakukan kegiatan membuat catatan pribadi secara cermat sebagai bahan diskusi setelah selesai diterapkan dalam setiap pertemuan. Selama pengamatan berlangsung pengamat dilengkapi dengan instrumen pengumpul data dan catatan lapangan. Dengan demikian, semua indikator yang muncul dalam pembelajaran dapat diidentifikasi, direkam, dan didokumentasikan secara sistematis. Pengamatan (observasi) dilaksanakan terus menerus sejak tindakan pada siklus 1 sampai pada silklus berikutnya. Hasil pengamatan pada siklus 1, menjadi bahan pertimbangan pada siklus berikutnya. Setiap hasil pengamatan tersebut akan mempengaruhi penyusunan tindakan maupun tindakan pada siklus berikutnya.e. Refleksi untuk melihat kembali hal – hal yang telah dilaksanakan dalam setiap siklus, sehingga dapat ditemukan dimana kelebihan atau kekurangan tindakan tersebut. Oleh karena itu, refleksi dilakukan setiap akhir siklus. Dalam tahap ini diadakan diskusi dengan guru kolaborator untuk membahas (1) analisis hasil tindakan yang telah ditetapkan, (2) reevaluasi kesesuaian rencana yang telah disusun dengan tindakan yang diterapkan, termasuk temuan – temuan lain yang tak terduga, (3) menyimpulkan hasil tindakan pada siklus yang telah dilaksanakan dan menyusun rencana untuk siklus berikutnya.

HASIL PANALITIAN

1. Deskripsi kondisi awal siswa
Deskripsi kondisi awal responden atau subyek penelitian ini meliputi : jenis kelamin, dan tingkat pemahaman siswa kelas XI IPS.1 SMA Negeri 2 Bantaeng tahun ajaran 2007/2008.
a. Jenis kelamin
Berdasar data yang dihimpun melalui absen kelas, diperoleh jumlah responden 39 orang siswa kelas XI IPS.1 yang dijadikan sebagai subyek penelitian kali ini. Kemudian dari 39 orang tersebut 21 orang siswa (53 persen) jenis kelamin laki-laki dan 18 orang siswa (47 persen) jenis kelamin perempuan.
b. Tingkat pemahaman
Tabel 1.Deskripsi hasil belajar studi pendahuluan
Interval Kategori F %
0 - 55 kurang 34 87,16
56 - 75 cukup 5 12,72
76 - 85 baik 0 0
86 - 100 amat baik 0 0
Jumlah 39 100
Gambaran tersebut diatas menunjukkan bahwa 34 orang (87,18 persen) masih memiliki nilai kurang , 5 orang (12,72 persen ) cukup . Sedangkan rata-rata hasil belajar 4,8 alias lebih rendah dari nilai enam < 6.
Setelah selesai pengecekan secara keseluruhan maka peneliti bersama kelaborator bekerja sama untuk menyusun instrumen yang terdiri dari; lembar observasi, skenario pembelajaran, dan lembar kerja siswa (LKS). Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang dibagi menjadi tiga siklus. Tiap siklus terdiri tiga kali pertemuan secara berdaur ulang.
Tindakan awal guru bersama peneliti melakukan kegiatan : (1) memperkenalkan mengenai pendekatan belajar kelompok melalui sosiometri guna memudahkan dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi, (2) mengajak siswa agar mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan pendekatan kelompok sosiometri dengan aktif, (3) membimbing siswa agar dapat memahami konsep transaksi, persamaan akuntansi dan laporan keuangan dengan pendekatan kerja kelompok, (4) memberi kesempatan pada siswa untuk mewakili kelompoknya dalam mengajukan pertanyaan dan saran-saran atau ide, pada setiap kegiatan pembelajaran, (5) tidak menutup kemungkinan adanya variasi bahasa agar siswa tidak terlalu tegang dalam KBM. Selain itu peneliti bersikap ramah, sabar, komunikatif, penuh perhatian terhadap siswa yang mengalami kesulitan dengan mendekati setiap kelompok , (6) memberi konsep dan praktek transaksi keuangan atau menjawab pertanyaan guru. Tidak terlupakan untuk memberi semangat bagi siswa yang belum berhasil, (7) menugaskan siswa untuk bekerja kelompok.
2. Deskripsi siklus pertama
Perencanaan tindakan : (1) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi ,(2) Guru akan membagikan LKS kepada tiap kelompok, (3) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok, (4) Guru akan membuat catatan pribadi (catatan lapangan), (5) Guru akan memberikan tes kepada siswa.
Pelaksanaan 7–8–2007, semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara berkesinambungan selama tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengabsen kehadiran siswa , kemudian mengimformasikan pokok bahasan yang menjadi fokus kajhian , (2) Guru melakukan apresepsi dan motivasi ,(3) memberi penjelasan singkat mengenai prosedur penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi, (4) bersama kelaborator silih berganti membimbing ,mengamati siswa dalam kerja kelompok, (5) memberi kesempatan tiap kelompok untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya ,dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengoreksi kesalahan, serta memberi penilaian .(6) setiap akhir pertemuan setiap siklus siswa diberi motivasi agar pada pertemuan berikutnya lebih aktif ,dan antusias, (7) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan usul mengenai pelaksanaan kerja kelompok berdasarkan sosiometri , (8)kemudian peneliti bersama kelaborator membimbing kelompok untuk menyimpulkan materi ajar.
Pengamatan, berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya belajar kelompok ada beberapa siswa dari kelompok II yang main-main sambil melihat kelompok lain. Sementara itu seorang siswa pasif, karena ia murid terlambat hadir dikelas sehingga informasi awal tidak dimengerti. Guru memotivasi supaya aktif berinteraksi dengan kelompoknya. Pada setiap kelompok paling antusias menyelesaikan tugas rata-rata 2-3 orang. Sedangkan anggota yang lain cukup aktif apabila diawasi oleh guru.
Pengamatan diluar belajar kelompok, yaitu guru memeriksa buku cacatan masing-masing siswa setelah penyajian materi. Ternyata ada beberapa siswa yang tidak mencatat dengan alasan pulpen macet, tidak ada pulpen dan sebagainya. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, datanya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel. 2. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada siklus 1

No . Keaktifan Siswa belajar Siklus 1
Kelompok
F %
1. Aktif 17 50%
2. Cukup Aktif 14 38%
3. Tidak Aktif 8 12%
Jumlah 39 100%

Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel .3. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus 1.
No. Keaktifan Siswa Mencatat Siklus 1
Materi Pelajaran
F %
1. Aktif 26 67 %
2. Cukup Aktif 5 13 %
3. Kurang Aktif 8 20 %

Jumlah 39 100%

Ditinjau dari perolehan nilai hasil tes, dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel.4. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus 1.
Kelompok Interval Siklus 1 Kualitas
Nilai nilai nilai
F %
1. 0 - 55 28 71,79 Kurang
2. 56 - 75 11 28,21 Cukup
3. 76 - 85 0 0 Baik
4. 86 - 100 0 0 Amat baik

Jumlah 39 100

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang ada 28 orang (71,79 persen) dari 39 siswa.Sekalipun jika dibanding dengan nilai awal hanya ata – rata 4,8 .Sementara siklus pertama ini mengalami peningkatan menjadi 5,5 lengkapnya lihat lampiran 5 tabel 13.Sekalipun masih lebih kecil dari enam (< 6).
Refleksi berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus 1 ditemukan kegagalan, yaitu : (1) Dilihat dari keaktifan belajar kelompok, siswa yang tidak aktif ada 8 orang (20 persen) dari 39 orang siswa. (2) Dilihat dari keaktifan mencatat materi yang diberikan, siswa yang kurang aktif mencatat 8 orang (20 persen) dari 39 siswa.(3) Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai cukup (56 – 75) ada 11 orang(28,21 persen), tetapi memperoleh nilai kurang (0 – 55) ada 28 orang siswa (71,79 persen) dari 39 siswa.Hal ini terlihat siswa kategori nilai kuang semakin sedikit yakni dari 34 orang menjadi 28 orang.Selain itu nilai rata – rata meningkat dari 4,8 menjadi 5,5 sekalipun masih <6.
Memperhatikan kenyataan pada siklus I, ternyata siklus kedua merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan.

3. Deskripsi siklus kedua
Perencanaan tindakan : (1)Guru akan menyajikan materi pelajaran,(2) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk membahas penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi, (3) Guru akan membagi LKS kepada setiap kelompok, (4) Guru akan memberikan kesempatan kepada siswa secara kelompok untuk menanyakan hal–hal yang belum jelas,(5) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok, (6) Guru akan memperhatikan pemahaman seluruh siswa terhadap materi yang diberikan dan memeriksa catatan siswa setelah materi disajikan,(7) Guru akan membuat catatan pribadi , (8) Guru akan memberikan tes kepada siswa.
Pelaksanaan 28–8–2007, semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara berkesinambungan selama tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengabsen kehadiran siswa , kemudian mengimformasikan pokok bahasan yang menjadi fokus kajian , (2) Guru melakukan apresepsi dan motivasi ,(3) memberi penjelasan singkat mengenai prosedur penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi, (4) bersama kelaborator silih berganti membimbing ,mengamati siswa dalam kerja kelompok, (5) memberi kesempatan tiap kelompok untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya ,dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengoreksi kesalahan, serta memberi penilaian .(6) setiap akhir pertemuan setiap siklus dilakukan evaluasi secara menyeluruh sebagai motivasi agar pada pertemuan berikutnya lebih aktif ,dan antusias, (7) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan usul mengenai pelaksanaan kerja kelompok berdasarkan sosiometri ,kemudian menyimpulkan materi ajar. (8) peneliti dan kelaborator bersama – sama memberi penguatan mengenai hasil kerja kelompok agar kepercayaan diri siswa lebih mantap.
Pengamatan : Berdasarkan dari catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar kelompok seorang siswa melempar step ex kearah temannya berulang ulang, guru menegur dan menyuruh aktif berinteraksi dengan kelompoknya masing – masing. Dua orang siswa lainnya berbincang – bincang tentang hal diluar diskusi. Sementara itu seorang siswa melamun dan ditegur oleh guru. Pada setiap kelompok yang paling antusias membahas tugas yang diberikan rata – rata ada 2 atau 3 orang, dan anggota yang lain cukup aktif.
Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu guru memeriksa buku catatan setiap siswa setelah materi diberikan. Ternyata masih ada siswa yang tidak mencatat dengan alasan bukunya salah bawa dan sebagainya. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok, datanya dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa ada 3 orang (8 persen) yang tidak aktif dari 39 siswa. Agar lebih jelas maka berikut ini :


Tabel 6. keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada siklus II
Siklus II
NO Kategori
F %
1. Aktif 21 54
2. Cukup Aktif 15 38 3. Tidak Aktif 3 8

Jumlah 39 100

Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi yang diberikan melalui pengamatan lembar catatan lapangan dapat dilihat pada tabel 7, sebagai berikut :

Tabel 7. Keaktifan siswa mencatat pada siklus II
Siklus II
NO Kategori F %

1. Aktif 27 69
2. Cukup Aktif 10 26 3. Kurang Aktif 2 5

Jumlah 39 100

Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang tidak aktif yaitu 2 orang (5 persen) dari 39 orang.
Ditinjau dari perolehan nilai tes dapat dilihat pada tabel 8. dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang tersisa 2 orang (5,13 persen) dari 39 orang siswa, tetapi mendapat nilai cukup bertambah dari 11 orang menjadi 37 orang. Agar lebih jelas perhatikan tabel 8 berikut :
Tabel 8. distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Pada Siklus II
Kelompok Interval Kategori Siklus II
Nilai Nilai
F %
1. 0 - 55 Kurang 2 5,13
2. 56 - 75 Cukup 37 94,87
3. 76 - 85 Baik 0 0
4. 86 - 100 Amat Baik 0 0

Jumlah 39 100

Refleksi. Berdasarkan hasil pelaksanaan pada pengamatan pada siklus II, ada sedikit peningkatan dibandingkan siklus I yaitu : (1) Dilihat dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok yang tidak aktif 3 orang (8 persen) dari 39 orang,(2) Dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, yang tidak aktif 2 orang (5 persen) dari 39 orang ,(3) Dilihat dari perolehan nilai, yang memperoleh nilai cukup 37 orang (94,87 persen) dari 39 siswa , walaupun siswa memperoleh nila kurang masih ada 2 orang (5,13 persen). Sehingga untuk siklus III perlu perbaikan guna mencapai yang lebih baik lagi dari pada silklus I dan II. Sekalipun jika dilhat dari rata-rata perolehan nilai terjadi peningkatan dari 4,8 menjadi 5,5 kemudian 6,6 .

4. Deskripsi siklus Ketiga
Perencanaan Tindakan : (1) Guru akan menyajikan materi pelajaran ,(2) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk membahas penyelesaian soal – soal persamaan akuntansi, (3) Guru akan membagikan LKS kepada setiap kelompok,(4) Siswa akan diberi kesempatan secara kelompok untuk menanyakan hal – hal yang belum jelas,(5) Guru akan membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian soal –soal akuntansi,(6) Guru akan membuat catatan pribadi, (7) Guru akan memberikan tes kepada siswa.
Pelaksanaan 23–10–2007, semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara berkesinambungan selama tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengabsen kehadiran siswa , kemudian mengimformasikan pokok bahasan yang menjadi fokus kajian , (2) Guru melakukan apresepsi dan motivasi ,(3) memberi penjelasan singkat mengenai prosedur penyusunan laporan keuangan perusahaan jasa ,dengan suber data dari persamaan akuntansi, (4) bersama kelaborator silih berganti membimbing ,mengamati siswa dalam kerja kelompok, (5) memberi kesempatan tiap kelompok untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya ,dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengoreksi kesalahan, serta memberi penilaian .(6) setiap akhir pertemuan setiap siklus siswa diberi motivasi agar pada pertemuan berikutnya lebih aktif ,dan antusias, (7) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan usul mengenai pelaksanaan kerja kelompok berdasarkan sosiometri ,kemudian menyimpulkan materi ajar. (8) pada pertemuan terakhir siklus ketiga peneliti dan kelaborator melakukan evaluasi secara menyeluruh (9) peneliti dan kelaborator bersama – sama memberi penguatan mengenai hasil kerja kelompok agar kepercayaan diri siswa lebih mantap.
Pengamatan : Berdasarkan catatan lapangan, pada setiap berlangsungnya belajar masing – masing kelompok. Peneliti dan guru berkeliling melihat – lihat cara kerja masing – masing kelompok. Secara bergantian guru membimbing bagaimana cara yang benar dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi yang diberikan. Pada saat bersamaan, sewaktu guru memberikan bimbingan kepada kelompok IV, ada seorang siswa dari kelompok II sedang bercermin dan guru menegurnya supaya aktif berinteraksi dengan kelompoknya. Seperti biasa Dodi(nama samaran) pasif dan guru maklum kerena dia agak ada kelainan.
Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu guru memeriksa catatan setiap siswa setelah materi disajikan. Ternyata semua siswa mencatat kecuali yang tidak hadir. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, dapat dilihat pada tabel 9, sebagai berikut :
Tabel 9. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada siklus III
Siklus
NO Kategori
F %
1. Aktif 28 71
2. Cukup Aktif 10 26
3. Tidak Aktif 1 3

Jumlah 39 100

Tabel 10. Keaktifan siswa mencatat materi pelajaran pada siklus III
Siklus
NO Kategori
F %
1. Aktif 33 85
2 Cukup Aktif 5 12
3. Kurang Aktif 1 3

Jumlah 39 100

Tabel 11. Distribusi Frekuensi perolehan nilai siklus III
Kelompok Interval Kategori Siklus III
Nilai Nilai
F %
1. 0 - 55 Kurang 1 3
2. 56 - 75 Cukup 2 5
3. 76 - 85 Baik 14 36
4. 86 - 100 Amat Baik 22 56

Jumlah 39 orang 100

Refleksi. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pengamatan pada siklus III terlihat adanya peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan II Dengan demikian, pelaksanaan siklus III dapat dikatakan berhasil. Hal ini dibuktikan dari nilai rata – rata siklus II. 6,6 meningkat menjadi 7,9 pada siklus III.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) siklus pertama, kedua dan ketiga mengenai pembelajaran akuntansi dengan menggunakan pendekatan kelompok yang dibentuk melalui sosiometri menunjukkan hasil menggembirakan yakni keaktivan siswa baik dalam kerja kelompok, mencatat materi persamaan akuntansi, maupun hasil belajar akuntansi pada pokok bahasan persamaan akuntansi secara berangsung-angsur ikut meningkat.
Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa pada permulaan tindakan pembelajaran dengan pendekatan kelompok sosiometri menunjukkan bahwa keaktivan siswa cukup baik. Ditandai oleh perhatian siswa dalam mencatat materi persamaan akuntansi, kerja kelompok.
Pelaksanaan siklus pertama, siswa sudah mulai tertarik mengikuti kegiatan belajar kelompok sosiometri. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok sudah mulai nampak. Begitu pula dalam menjawab pertanyaan guru, dan menanggapi jawaban kelompok lainnya sudah mulai nampak. Menanyakan pada guru dan peneliti jika ada yang belum dimengerti, ataupun kepada teman-temannya ikut mewarnai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Seklaipun jumlahnya masih belum memadai yang berani mengemukakan pendapatnya kepada guru. Siswa kurang aktif di setiap kelompok masih sangat jelas kelihatan, dan bahkan ada juga masih pura-pura aktif sehingga pada saat evaluasi siklus kedua sudah rampung terdapat 8 orang (20 persen) tidak aktif dan 14 orang (30 persen) cukup aktif, 17 orang (50 persen) aktif dalam belajar kelompok. Selain itu hasil observasi diluar belajar guru masih menemukan 8 orang siswa (20 persen) tidak aktif mencatat materi pelajaran persamaan akuntansi. Begitu pula perolehan hasil tes masih ditemukan 28 orang (71,79 persen) masih bernilai kurang , sedangkan nilai rata – rata 5,5.
Sedangkan pada siklus kedua, motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini ditandai dengan berkurangnya siswa yang tidak aktif kerja kelompok hanya 3 orang (8 persen). Sementara hasil observasi di luar proses pembelajaran siswa yang kurang aktif mencatat materi pelajaran persamaan akuntansi tersisa 2 orang (5,13 persen). Selain itu perolehan nilai hasil tes siswa bernilai kurang 2 orang (5,13 persen) serta siswa bernilai cukup 37 orang (94,87 persen).dari 39 siswa.Sedangkan nilai rata – rata 6,6.
Berdasarkan hasil analisis tersebut menandakan bahwa suasana proses pembelajaran dengan pendekatan kelompok sosiometri nampak bergairah dan berkembang. Jumlah siswa yang berani menjawab pertanyaan baik untuk mewakili kelompoknya maupun secara individu semakin meningkat. Mengajukan pendapat atau berdiskusi mengenai persamaan akuntansi semakin meningkat. Kondisi proses belajar mengajar semakin bergairah, hal ini sebagai akibat dari peningkatan motivasi, dan aktivitas peserta belajar semakin meningkat. Pada siklus kedua ini siswa mulai dapat menyusun rangkuman materi pelajaran persamaan akuntansi dalam bentuk catatan.
Selanjutnya siklus ketiga, kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan kelompok sosiometri sudah cukup optimal. Lembar catatan persamaan akuntansi sebagai alat untuk menyusun laporan keuangan baik neraca, laporan laba rugi, maupun laporan perubahan modal ikut lebih mengaktifkan siswa sehingga suasana kegiatan belajar mengajar semakin antusias. Keaktifan siswa dan optimisme juga semakin ikut meningkat. Pembelajaran model ini semakin menarik, semangat optimis dan inovatif semakin menajam. Pertanyaan dan usulan mengenai KBM semakin bertambah. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan siswa dalam belajar kelompok bertambah 28 orang (71 persen ) dan cukup aktif 10 orang ( 16 persen ) sedangkan tidak aktif hanya satu orang (3 pesen ) kaena siswa tersebut ada kelainan .Begitupula keaktifan dalam mencatat materi pelajaran sebanyak 33 orang (85 persen ) dan cukup aktif 5 orang (12 persen ) sedangkan kurang aktif hanya satu orang . Selain itu perolehan nilai amat baik sebanyak 8 orang (20,51 persen ),nilai baik sebanyak 15 orang ( 38,46 pesen ) sedangkan 16 orang ( 41,03 persen )
Memperoleh nilai cukup .Rata – rata nilai evaluasi hasil belajar meningkat dari 6,6 menjadi 7,9. Dengan demikian jika digambarkan secara keseluruhan mulai dari stadi pendahuluan ,rata – rata nilai 4,8 ,siklus I rata – rata nilai 5,5 siklus II rata – rata nilai 6,6 kemudian pada siklus III rata – rata nilai menjadi 7,9.
Pada siklus ketiga ini siswa semakin antusias untuk mewakili kelompok sebagai pembicara mengenai hasil kerja kelompoknya semakin mengalami peningkatan. Keaktifan siswa berdasarkan hasil pengamatan kelaborator baik dalam proses belajar maupun di luar proses pembelajaran menunjukkan bahwa, untuk kerja kelompok hanya satu orang tidak aktif, sedangkan keaktifan dalam mencatat materi akuntansi juga tersisa satu orang kurang aktif. Begitu pula perolehan nilai hasil tes memperoleh nilai kurang yakni bagi yang tidak aktif kerja kelompok karena diduga ada kelainan. Dengan demikian, pelaksanaan siklus ke III dikatakan berhasil meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi kelas XI IPS.1 SMA Negeri 2 Bantaeng semester ganjil tahun ajaran 2007/2008.
Berdasar dari hasil analisis dari kuesioner yang dibagikan kepada siswa terteliti diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa menyatakan : (1) belajar dengan pendekatan kelompok yang dipilih berdasarkan sosiometri dapat memotivasi siswa untuk aktif kerja berkelompok, (2) belajar kelompok dapat saling membantu untuk memahami permasalahan pelajaran yang dihadapi, (3) dapat menanamkan semangat persatuan, (4) menumbuhkan persaingan positif, (5) belajar kelompok dapat meningkatkan kualitas kepribadian dalam hal kerja sama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari kajian pustaka, dan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) maka peneliti berkesimpulan bahwa : Pembelajaran akuntansi dengan pendekatan kelompok berdasarkan sosiometri dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi .
Saran

Berdasarkan hasil – hasil penelitian, maka dalam pembentukan kelompok belajar yang berdasarkan sosiometri, guru hendaknya dalam mengadakan pengamatan secara cermat dan lebih teliti mengenai alasan – alasan pentingnya pemilihan teman belajar bersama. Hal itu bertujuan agar kelompok yang terbentuk betul – betul yang heterogen, terutama dalam kemampuan akademisnya. Selain itu jumlah anggota setiap kelompok hanya sekitar 4 – 5 orang .

DAFTAR PUSTAKA
Alipandi. 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya : Usaha Nasional.


Arikunto Suharsimi. 1992. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara.

_______________. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.


Aqib Zainal, 2006. Penelitian tindakan kelas untuk guru. Bandung : CV.Yrama Widya.


__________, 2004. Karya tulisilmiah bagi pengembangan profesi guru. Bandung : CV. Yrama Widya.


Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas SMP. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.


Haryanto. 1989. Akuntansi Untuk SMA. Surakarta : PT Intanpariwara.


Madya Suwarsih, 2006. Teori dan praktik penelitian tindakan (Action Research). Bandung : Alfabeta.


Mantja, W. 2003. Etnograf : Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. Malang : Wineka Media.


Nasution, 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.


Nataatmadja. 1988. Akuntansi Untuk SMA. Bandung : Ganeca Exact.


Sudjana. 1988. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.


Sukardi. 1983. Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP. FKIP.


_______. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.


Soemarno. R. 1993. Akuntansi Untuk SMTA. Jakarta : Salemba empat.


Walgito, Bimo. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Yogyakarta : Audi Off Set.


Winataputra dkk, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Universitas Terbuka.


Zuriah Nurul, 2003. Penelitian tindakan Publishing. Malang : Bayu Media.
PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERSAMAAN AKUNTANSI MELELUI PENDEKATAN KELOMPUK BERDASARKAN SOSIOMETRI

Zaenuddin Kabai



Abstrak : Penelitian action research ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan –kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan dasar akuntansi dalam mata pelajaran akuntansi SMA Negeri 2 Bantaeng. Penelitian dilakukan dikelas XI IPS SMA Negeri 2 Bantaeng. Pemecahannya dilakukan adalah dengan pembentukan kelompok belajar berdasarkan sosiometri dalam upaya mengaktifkan siswa dalam diskusi – diskusi, pada saat mereka menyelesaikan soal-soal persaman dasar akuntansi.
Penelitian menyimpulkan bahwa pengelompokan berdasarkan sosiometri dapat mengaktifkan siswa dalam belajar secara kelompok. Namun dalam pelaksanaannya kerja kelompok itu harus di barengi dengan bantuan oleh guru dari kelompok satu kekelompok berikutnya. Dari siklus ke siklus berikutnya hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal- soal persamaan akuntansi mengalami peningkatan.
Kata kunci : persamaan akuntansi , pendekatan kelompok berdasarkan sosiometri .


Persamaan dasar akuntansi adalah merupakan langkah awal dalam memasuki
pelajaran akuntansi secara keseluruhan. Di ibaratkan sebuah bangunan gedung, maka persamaan akuntansi adalah pondasinya .
Zaenuddin Kabai .Guru SMA Neg. 2 Bantaeng .Kab.Bantaeng . Telp 081342537529.


Kenyataan dilapangan siswa mengalami banyak kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal seperti itu, jika menerima soal-soal berbentuk persamaan akuntansi siswa kurang bersemangat dan tidak mau berusaha keras untuk memahami, apa lagi menyelesaikannya. Disisi lainnya. soal-soal ulangan harian pada pokok bahasan persamaan dasar akuntansi sebagian besar siswa tidak bisa menyelesaikannya, sehingga nilai ulangannya sulit ditingkatkan ( tidak tuntas ) yaitu rata-rata < 6,0. Makanya itu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi pada siswa kelas xi ips 1 SMA NEG. 2 Bantaeng , maka salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kelompok berdasarkan sosiometri.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas maka penulis mempermasalahkan sebagai berikut : Apakah pendekatan kerja kelompok berdasarkan sosiometri dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi dikelas XI IPS 1 semester ganjil tahun ajaran 2007/ 2008.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : a .bagi siswa ;(1) meningkatkan minat siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan dasar akuntansi ,(2) meningkatkan kemanpuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi (3) agar siswa dapat menyadari pentingnya belajar kelompok berdasarkan sosiometri ,(4) Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal persamaan dasar akuntansi. b. Bagi guru dapat ; (1) Memberikan sumbangan pengetahuan kepada guru lain tentang penelitian Action Research. (2) Mengetahui kekurangan / kemampuan guru sebagai peneliti.(3) Meningkatkan penggunaan tekhnik mengajar dengan belajar kelompok (5) Meningkatkan kesadaran untuk memperbaiki diri sendiri sebagai guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Sukardi (1983) menyatakan sosiometri adalah salah satu teknik pengumpulan data secara khusus berhubungan dengan interaksi dalam sebuah kelompok .Sedangkan Winatapura dkk (2005) mengatakan, metode kelompok sosiometri rasa ingin tahu, berekspresi yang kreatif , keterampilan bekerjasama,dan termotivasi dalam menyelesaikan dan menyimak pelajaran yang sedang dikaji . Lagipula tepat sekali untuk mengetahui apakah individu- individu disukai atau tidak dalam suatu kelompok (Madya Swarsih 2006) . Alipandie (1984) kebaikan/manfaat metode kelompok (1) meningkatkan kualitas kepribadian anak – anak dalam hal kerja sama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berpikir kritis, disiplin dan sebagainya, (2) menumbuhkan semangat persaingan positif dan konstruktif, (3) menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab yang pandai dapat membantu temannya yang kurang pandai demi nama baik kelompoknya. Apatah lagi untuk mengatasi keterbatasan baik dari segi alat, sarana dan kemampuan individual siswa, serta waktu yang tersedia sementara pekerjaan siswa diharapkan selesai secara bersamaan maka pendekatan atau metode kerja kelompok merupakan salah satu pendekatan yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok untuk menghindari persaingan negatif, siswa masa bodoh maka (1) ketepatan dalam merumuskan tujuan, (2) tugas dan kewajiban para murid dalam kelompoknya, (3) jumlah anggota tiap kelompok tidak terlalu besar yakni antara 4 – 5 orang tiap kelompok, (4) pembentukan kelompok melalui sosiometri, (5) menilai serta menyimpulkan hasil-hasil yang dicapai kelompok secara keseluruhan.






METODE PENELITIAN



Setting Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) atau lebih populer dengan istilah Classroom Action Research ( CAR ). Dengan tujuan akan mendeskripsikan gambaran tentang konstribusi pendekatan kerja kelompok berdasarkan sosiometri dalm pembelajaran akuntansi dengan pokus permasalahan mengenai peningkatan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi .
Waktu penelitian ini adalah kurang lebih 3 bulan ,yaitu mulai dari Agustus sampai bulan Nopember 2007. Secara operasional (aplikasi), penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru akuntansi pada kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bantaeng. Kolaborasi tersebut mulai dari pengamatan (observasi) awal, penentuan tindakan (strategi) yang digunakan, penyusunan rencana dan perangkat pembelajaran, penerapannya dikelas melalui siklus-siklus, sampai pada evaluasinya. Fokus masalah praktis yang dipecahkan adalah penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi dengan strategi yang ditentukan, yakni melalui pembentukan kelompok belajar berdasarkan sosiometri. Struktur proyek dimaksud dalam penelitian ini atau penerapannya adalah adanya berbagai tugas dan tahapan penyelesaiannya ditangani bersama antara peneliti dan guru. Sementara untuk para siswa, ditandai dengan berbagai tugas yang diselesaikan secara berkelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bantaeng. Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. PTK ini hanya dilaksanakan di kelas XI IPS 1 tahun pelajaran 2007/2008, dalam kurikulum 2004.Dengan jumlah siswa 39 orang .Instrumen yang digunakan penulis adalah pengumpulan data melalui lembar observasi,pedoman wawancara , dan lembar kerja siswa (LKS) .
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah (1) Keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada tiap siklus, (2) Keaktifan siswa mencatat pada tiap siklus, (3) Perolehan nilai hasil belajar siswa pada tiap siklus.
Adapun definisi operasional penelitian kali ini sebagai berikut : (1) Peningkatan keterampilan menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi, adalah ,melalui langkah-langkah sistimatis dalam proses pembelajaran dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi.(2) Pembentukan kelompok belajar berdasarkan Sosiometri adalah Proses pembentukan kelompok dalam proses pembelajaran akuntansi berdasarkan adanya hubungan sosial dan psikologi antara individu di suatu kelompok. Dengan menggunakan angket sosiometri.(3) Keaktifan siswa adalah kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan semangat optimis, dan dinamis, baik dalam belajar kelompok, maupun dalam mencatat pada setiap prosedur penyelesaian soal persamaan akuntansi. (4) Perolehan nilai hasil belajar adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi yang berwujud angka atau huruf.
Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS.1 SMA Negeri 02 Bantaeng tahun pelajaran 2007/2008 yang jumlahnya 39 orang. Kesemuanya siswa tersebut menjadi objek penelitian.Terdiri dari 21 orang siswa (53 persen) jenis kelamin laki-laki dan 18 orang siswa (47 persen) jenis kelamin peempuan .
Sebagai sumber data penelitian kualitatif , instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Kehadiran peneliti dalam setiap tindakan dikelas sangat menentukan dan menjadi kunci diperolehnya data yang valid dan akurat. Selanjutnya hasil observasi, wawancara, dan lembar kerja siswa (LKS) Pedoman observasi sebagai instrumen untuk merekam seluruh kegiatan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Melalui siklus – siklus tersebut diatas, pengumpulan data digunakan melalui observasi, wawancara, study dukumentasi , LKS.
Observasi melalui langkah – langkah (1) pengamatan terhadap aktivitas yang membangkitkan motovasi dan pemahaman siswa mengenai pengertian transaksi dan kejadian, melalui lembar kerja siswa (LKS), (2) pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam mencatat materi persamaan akuntansi, (3) keaktivan siswa dalam kerja kelompok, (4) pengamatan terhadap motivasi siswa dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi, (5) pengamatan terhadap keaktivan siswa dalam mengajukan jawaban.
Pada tahap penyelesaian soal – soal persamaan akuntansi, observasi dilaksanakan berdasarkan langkah tindakan pembelajaran bertahap (tiap tahap). Urutan langkah observasi tersebut adalah pengamatan terhadap beberapa kegiatan, yaitu (1) pada tahap pemberi jawaban dalam diskusi kelompoknya, (2) penulisan, dan analisis transaksi kedalam persamaan akuntansi, (3) penyusunan atau penulisan angka (nilai) rupiah dalam persamaan akuntansi, (4) pencatatan transaksi sesuai dengan urutan kejadian, (5) merevisi pekerjaan kelompoknya sendiri, maupun kelompok lainnya setelah dibacakan hasil pekerjaan kelompok lain .
Pada tahap penyajian, observasi dilakukan berdasarkan urutan langkah tindakan pembelajaran pada tahap tersebut. Adapun urutan langkah observasi ialah pengamatan terhadap kegiatan (1) memberikan komentar mengenai hasil pekerjaan kelompoknya,(2) menuliskan dipapan tulis hasil analisis transaksinya, (3) memberikan tanggapan atau penilaian kepada hasil kerja kelompok lain, (4) mendiskusikan hasil pekerjaannya masing-masing.
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru dikelas. Wawancara diarahkan untuk melengkapi data yang diperoleh dalam observasi, meminta tanggapan siswa dan guru pada setiap tahapan kegiatan penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi. Pada saat / tahap penyelesaian soal-soal wawancara diarahkan terhadap tanggapan siswa tentang, (1) menarik minat dan pemberian motivasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengundang jawaban spontan, (2) menulisakan jenis – jenis barang yang ada pada dirinya sekaligus memberi nilai/harga, (3) penilisan nama barang yang dimiliki kedalam persamaan akuntansi. Wawancara pada tanggapan tentang (1) penulisan transaksi dan kejadian dalam tabel persamaan akuntansi, (2) merevisi pekerjaan yang telah dibuat, (3) merevisi pekerjaan teman, (4) menuliskan kembali jawaban yang telah direvisi.
Studi dukumentasi adalah dengan meneliti rencana pembelajaran yang dibuat guru dan memeriksa hasil pekerjaan siswa yang diberikan melalui latihan (penugasan). Penugasan merupakan teknik pengumpulan data tentang pelaksanaan pembelajaran persamaan akuntansi dengan melalui kelompok sosiometri. Pada siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 2 BANTAENG. Penugasan dimulai dari tahap pengertian transaksi, analisis transaksi dan kejadian, dan penulisan kedalam persamaan akuntansi. Beban penugasan adalah lembar kerja siswa (LKS) yang terdiri dari (1) LKS. 1. deskripsi diri siswa, (2) LKS.1. Pengertian transaksi, persamaan transaksi, macam-macam transaksi dalam persamaan akuntansi, (3) LKS 2. Tabel pengisian hasil analisis transaksi dan kejadian dalam persamaan akuntansi, (4) LKS 3. Berupa lembaran untuk menyusun laporan keuangan.
Sebagai alat pengumpulan data ; Pedoman observasi adalah format khusus sebagai panduan peneliti untuk memperoleh data dari dokomen tertulis, proses pembelajara, maupun hasil belajar. Pedoman wawancara adalah format yang digunakan untuk mmemperoleh data atau memperoleh klarifikasi dari guru tentang data – data yang dianggap belum jelas.Selanjutnya Lembar kerja siswa (LKS) adalah format yang khusus digunakan siswa untuk mengerjakan soal latihan, penilaian dalam praktik (seperti penilaian diri sendiri, dan, menilai hasil kerja orang lain atau teman sejawat. Selain itu dilanjutkan dengan penugasan dimulai dari tahap pengertian transaksi, analisis transaksi dan kejadian.
Setelah seluruh data terkumpul maka peneliti melakukan uji validitas agar supaya hasil penelitian ini dapat meminimalisir keraguan, maka Borg dan Gall dalam (Wiriatmadja : 2006) mengatakan, ada lima kriteria validitas yakni : (1) validitas hasil, artinya sejauh mana tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakan atau dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan yang dicapai, (2) validitas proses, memeriksa kelayakan proses yang dikembangkan dalam berbagai fase penelitian tindakan, (3) validitas demokratis, menandakan bahwa penelitian tersebut harus dilaksanakan melalui kelaboratif, terutama mengenai perhatian terhadap bahan yang dikaji, (4) validitas katalitik, sejauh mana penelitian berupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan, dan motivasi transparansi dan transformasi visi dalam menghadapi kenyataan mereka sehari-hari, (5) validitas dialog, setelah data terkumpul maka untuk lebih memantapkannya melalui dialog dengan mitra peneliti dalam menyusun dan merevisi hasil penelitian beserta penafsirannya.
Berdasar dari teori tersebut maka penelitian kali ini melakukan pemeriksaan kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber teruama kepala sekolah. Setelah itu peneliti melakukan pengecekan kembali kebenaran hipotesis, dan analisis bersama kelaborator, kepada beberapa teman yang dianggap mengetahui tentang kriteria validitas data penelitian tindakan kelas (PTK). Hopkins dalam Wiraatmadja (2006).
Erickson dalam (Madya 2006) menegaskan bahwa kriteria validitas dasar untuk penelitian kualitatif adalah makna langsung dan lokal dari tindakan sebagaimana dibatasi dari sudut pandang peserta penelitiannya. Oleh karena itu obyektifitas dan keseriusan peneliti dan kelaborator sangat menentukan tinggi rendahnya validitas sebuah data penelitian.
Selain itu dalam pelaksanaan PTK, peneliti dan kelaborator silih berganti untuk memberi bimbingan. Salah satu diantaranya menjadi pengamat dan lainnya pembimbing atau penyaji materi akuntansi.
Penelitian ini menggunakan tiga jenis data, yaitu: (1) data hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan kelaborator, (2) data hasil belajar siswa yang terdiri dari tes awal, tes siklus I, siklus II, siklus III, dan tes akhir, dan (3) data hasil penyebaran angket kepada siswa.
Setelah data terkumpul diolah statistik dengan menggunakan teknik analisa deskriptif dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu guna mendiskripsikan karakteristik distribusi skor dari tiga variabel dengan fokus skor tertinggi, skor terendah dan presentase. Mengenai data keaktifan siswa baik dalam belajar kelompok maupun dalam mencatat materi pelajaran akuntansi dengan klasifikasi aktif, cukup aktif, dan tidak aktif. Sedangkan perolehan nilai hasil belajar siswa menggunakan klasifikasi : amat baik, baik, cukup, dan kurang. Selanjutnya akan digambarkan masing – masing dalam tabel distribusi frekuensi dengan klasifikasi nilai amat baik, baik, cukup, dan kurang.
Mengawali kegiatan dengan mengumpulkan fakta negatif bersama kelaborator selama berlangsungnya proses pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS.1 semester ganjil tahun ajaran 2007/2008. Selain itu mencari dokumen tertulis dari guru, dan staf tata usaha mengenai nilai siswa, wawancara dengan subyek terteliti. Setelah menemukan fakta negatif maka peneliti bersama kelaborator mengelompokkan fakta negatif dan memberi batasan bersama kelaborator.
Ternyata hasil pengelompokan tersebut ditemukan bahwa aktifitas siswa terhadap mata pelajaran akuntansi terutama mengenai penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi masih sangat lemah. Hal ini sebagai akibat dari metode pembelajaran masih sangat monoton yakni kurang bervariasi, tidak memberi praktek penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi.
Dengan dasar tersebut maka sepakatlah antara peneliti dan guru akuntansi sebagai kelaborator untuk melakukan tindakan kelas dengan kegiatan sebagai berikut : (1) menentukan jadwal kegiatan, (2) menyusun skenario pembelajaran, (3) menyusun pedoman wawancara, (4) menyusun pedoman observasi, (5) menyusun lembar kerja siswa (LKS), (6) menentukan bentuk soal, (7) menentukan berapa pertemuan tiap siklus, dan berapa siklus yang akan dilakukan. Terjadi kesepakatan bahwa kegiatan PTK dilaksanakan tiga siklus dan setiap siklus tiga kali pertemuan termasuk didalamnya studi pendahuluan.
Prosedur penelitian tersebut dilaksanakan dalam tindakan berdaur ulang (siklus) yang dilakukan sebanyak tiga siklus secara berurutan :menurut (Arikunto 2007) adalah ;
a. Studi Pendahuluan , Pelaksanaan kegiatan tersebut untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan mengidentifikasi masalah – masalah dallam proses pembelajaran dikelas terteliti. Kemudian dilanjutkan (1) pembuatan jadwal dan kegiatan penelitian dimulai dari bulan Juli sampai Oktober 2007, (2) pengamatan secara langsung terhadap jalannya proses pembelajaran dikelas dan hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal – soal akuntansi untuk memperkuat hasil observasi (pengamatan), dilakukan wawancara dengan guru dan beberapa orang siswa.Dalam observasi pendahuluan tersebut, diperoleh data bahwa pembelajaran akuntansi dikelas XI IPS SMAN 02 Bantaeng hasilnya belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi.
b. Perencanaan Tindakan ;(1)Membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan langkah – langkah kegiatan pembelajaran, (2) menyusun angket untuk siswa, (4) menyusun tes awal tentang pengetahuan dasar akuntansi, (5) mempersiapkan media LKS, (6) membuat alat evaluasi. Materi pelajaran yang dipilih untuk pelaksanaan tindakan ini adalah persamaan akuntansi (keseimbangan Neraca) kelas XI IPS semester ganjil dengan rincian pokok bahasan : (a) Transaksi usaha, (b) Persamaan akuntansi, (c) Pencatatan transaksi, (d) Pengaruh transaksi terhadapa persamaan akuntansi, (c) Laporan keuangan dari persamaan akuntansi. c . Pelaksanaan Tindakan ; Pelaksanaan PTK ini dlakukan dengan tiga siklus, dan setiap siklus tiga kali pertemuan (tatap muka) yang diamati oleh guru kolabrator. Setelah itu dilakukan pertemuan untuk mendiskusikan temuan – temuan yang ada dalam pelaksanaan tindakan dan sebagai bahan refleksi untuk kegiatan berikutnya. Langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas yaitu : (1) pendahuluan, mencek kehadiran siswa, apresepsi dan motivasi, (2) kegiatan inti yang terdiri dari : pembagiam kelompok dalam menyelasaikan soal – soal persamaan akuntansi, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok, (3) guru membuat catatan pribadi (catatan lapangan), (4) guru memberikan tes kepada siswa. d. Pengamatan (observasi) ; Pelaksanaan tindakan dan pengamatan (observasi) berlangsung bersamaan sebagai ciri penelitian kolaboratif. Demikian pula dalam peneltian ini, antara peneliti dan guru sebagai kolaborator saling berganti peran demi keakuratan data yang diperoleh. Pengamat melakukan kegiatan membuat catatan pribadi secara cermat sebagai bahan diskusi setelah selesai diterapkan dalam setiap pertemuan. Selama pengamatan berlangsung pengamat dilengkapi dengan instrumen pengumpul data dan catatan lapangan. Dengan demikian, semua indikator yang muncul dalam pembelajaran dapat diidentifikasi, direkam, dan didokumentasikan secara sistematis. Pengamatan (observasi) dilaksanakan terus menerus sejak tindakan pada siklus 1 sampai pada silklus berikutnya. Hasil pengamatan pada siklus 1, menjadi bahan pertimbangan pada siklus berikutnya. Setiap hasil pengamatan tersebut akan mempengaruhi penyusunan tindakan maupun tindakan pada siklus berikutnya.e. Refleksi untuk melihat kembali hal – hal yang telah dilaksanakan dalam setiap siklus, sehingga dapat ditemukan dimana kelebihan atau kekurangan tindakan tersebut. Oleh karena itu, refleksi dilakukan setiap akhir siklus. Dalam tahap ini diadakan diskusi dengan guru kolaborator untuk membahas (1) analisis hasil tindakan yang telah ditetapkan, (2) reevaluasi kesesuaian rencana yang telah disusun dengan tindakan yang diterapkan, termasuk temuan – temuan lain yang tak terduga, (3) menyimpulkan hasil tindakan pada siklus yang telah dilaksanakan dan menyusun rencana untuk siklus berikutnya.

HASIL PANALITIAN

1. Deskripsi kondisi awal siswa
Deskripsi kondisi awal responden atau subyek penelitian ini meliputi : jenis kelamin, dan tingkat pemahaman siswa kelas XI IPS.1 SMA Negeri 2 Bantaeng tahun ajaran 2007/2008.
a. Jenis kelamin
Berdasar data yang dihimpun melalui absen kelas, diperoleh jumlah responden 39 orang siswa kelas XI IPS.1 yang dijadikan sebagai subyek penelitian kali ini. Kemudian dari 39 orang tersebut 21 orang siswa (53 persen) jenis kelamin laki-laki dan 18 orang siswa (47 persen) jenis kelamin perempuan.
b. Tingkat pemahaman
Tabel 1.Deskripsi hasil belajar studi pendahuluan
Interval Kategori F %
0 - 55 kurang 34 87,16
56 - 75 cukup 5 12,72
76 - 85 baik 0 0
86 - 100 amat baik 0 0
Jumlah 39 100
Gambaran tersebut diatas menunjukkan bahwa 34 orang (87,18 persen) masih memiliki nilai kurang , 5 orang (12,72 persen ) cukup . Sedangkan rata-rata hasil belajar 4,8 alias lebih rendah dari nilai enam < 6.
Setelah selesai pengecekan secara keseluruhan maka peneliti bersama kelaborator bekerja sama untuk menyusun instrumen yang terdiri dari; lembar observasi, skenario pembelajaran, dan lembar kerja siswa (LKS). Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang dibagi menjadi tiga siklus. Tiap siklus terdiri tiga kali pertemuan secara berdaur ulang.
Tindakan awal guru bersama peneliti melakukan kegiatan : (1) memperkenalkan mengenai pendekatan belajar kelompok melalui sosiometri guna memudahkan dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi, (2) mengajak siswa agar mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan pendekatan kelompok sosiometri dengan aktif, (3) membimbing siswa agar dapat memahami konsep transaksi, persamaan akuntansi dan laporan keuangan dengan pendekatan kerja kelompok, (4) memberi kesempatan pada siswa untuk mewakili kelompoknya dalam mengajukan pertanyaan dan saran-saran atau ide, pada setiap kegiatan pembelajaran, (5) tidak menutup kemungkinan adanya variasi bahasa agar siswa tidak terlalu tegang dalam KBM. Selain itu peneliti bersikap ramah, sabar, komunikatif, penuh perhatian terhadap siswa yang mengalami kesulitan dengan mendekati setiap kelompok , (6) memberi konsep dan praktek transaksi keuangan atau menjawab pertanyaan guru. Tidak terlupakan untuk memberi semangat bagi siswa yang belum berhasil, (7) menugaskan siswa untuk bekerja kelompok.
2. Deskripsi siklus pertama
Perencanaan tindakan : (1) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi ,(2) Guru akan membagikan LKS kepada tiap kelompok, (3) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok, (4) Guru akan membuat catatan pribadi (catatan lapangan), (5) Guru akan memberikan tes kepada siswa.
Pelaksanaan 7–8–2007, semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara berkesinambungan selama tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengabsen kehadiran siswa , kemudian mengimformasikan pokok bahasan yang menjadi fokus kajhian , (2) Guru melakukan apresepsi dan motivasi ,(3) memberi penjelasan singkat mengenai prosedur penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi, (4) bersama kelaborator silih berganti membimbing ,mengamati siswa dalam kerja kelompok, (5) memberi kesempatan tiap kelompok untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya ,dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengoreksi kesalahan, serta memberi penilaian .(6) setiap akhir pertemuan setiap siklus siswa diberi motivasi agar pada pertemuan berikutnya lebih aktif ,dan antusias, (7) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan usul mengenai pelaksanaan kerja kelompok berdasarkan sosiometri , (8)kemudian peneliti bersama kelaborator membimbing kelompok untuk menyimpulkan materi ajar.
Pengamatan, berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya belajar kelompok ada beberapa siswa dari kelompok II yang main-main sambil melihat kelompok lain. Sementara itu seorang siswa pasif, karena ia murid terlambat hadir dikelas sehingga informasi awal tidak dimengerti. Guru memotivasi supaya aktif berinteraksi dengan kelompoknya. Pada setiap kelompok paling antusias menyelesaikan tugas rata-rata 2-3 orang. Sedangkan anggota yang lain cukup aktif apabila diawasi oleh guru.
Pengamatan diluar belajar kelompok, yaitu guru memeriksa buku cacatan masing-masing siswa setelah penyajian materi. Ternyata ada beberapa siswa yang tidak mencatat dengan alasan pulpen macet, tidak ada pulpen dan sebagainya. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, datanya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel. 2. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada siklus 1

No . Keaktifan Siswa belajar Siklus 1
Kelompok
F %
1. Aktif 17 50%
2. Cukup Aktif 14 38%
3. Tidak Aktif 8 12%
Jumlah 39 100%

Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel .3. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus 1.
No. Keaktifan Siswa Mencatat Siklus 1
Materi Pelajaran
F %
1. Aktif 26 67 %
2. Cukup Aktif 5 13 %
3. Kurang Aktif 8 20 %

Jumlah 39 100%

Ditinjau dari perolehan nilai hasil tes, dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel.4. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus 1.
Kelompok Interval Siklus 1 Kualitas
Nilai nilai nilai
F %
1. 0 - 55 28 71,79 Kurang
2. 56 - 75 11 28,21 Cukup
3. 76 - 85 0 0 Baik
4. 86 - 100 0 0 Amat baik

Jumlah 39 100

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang ada 28 orang (71,79 persen) dari 39 siswa.Sekalipun jika dibanding dengan nilai awal hanya ata – rata 4,8 .Sementara siklus pertama ini mengalami peningkatan menjadi 5,5 lengkapnya lihat lampiran 5 tabel 13.Sekalipun masih lebih kecil dari enam (< 6).
Refleksi berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus 1 ditemukan kegagalan, yaitu : (1) Dilihat dari keaktifan belajar kelompok, siswa yang tidak aktif ada 8 orang (20 persen) dari 39 orang siswa. (2) Dilihat dari keaktifan mencatat materi yang diberikan, siswa yang kurang aktif mencatat 8 orang (20 persen) dari 39 siswa.(3) Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai cukup (56 – 75) ada 11 orang(28,21 persen), tetapi memperoleh nilai kurang (0 – 55) ada 28 orang siswa (71,79 persen) dari 39 siswa.Hal ini terlihat siswa kategori nilai kuang semakin sedikit yakni dari 34 orang menjadi 28 orang.Selain itu nilai rata – rata meningkat dari 4,8 menjadi 5,5 sekalipun masih <6.
Memperhatikan kenyataan pada siklus I, ternyata siklus kedua merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan.

3. Deskripsi siklus kedua
Perencanaan tindakan : (1)Guru akan menyajikan materi pelajaran,(2) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk membahas penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi, (3) Guru akan membagi LKS kepada setiap kelompok, (4) Guru akan memberikan kesempatan kepada siswa secara kelompok untuk menanyakan hal–hal yang belum jelas,(5) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok, (6) Guru akan memperhatikan pemahaman seluruh siswa terhadap materi yang diberikan dan memeriksa catatan siswa setelah materi disajikan,(7) Guru akan membuat catatan pribadi , (8) Guru akan memberikan tes kepada siswa.
Pelaksanaan 28–8–2007, semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara berkesinambungan selama tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengabsen kehadiran siswa , kemudian mengimformasikan pokok bahasan yang menjadi fokus kajian , (2) Guru melakukan apresepsi dan motivasi ,(3) memberi penjelasan singkat mengenai prosedur penyelesaian soal-soal persamaan akuntansi, (4) bersama kelaborator silih berganti membimbing ,mengamati siswa dalam kerja kelompok, (5) memberi kesempatan tiap kelompok untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya ,dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengoreksi kesalahan, serta memberi penilaian .(6) setiap akhir pertemuan setiap siklus dilakukan evaluasi secara menyeluruh sebagai motivasi agar pada pertemuan berikutnya lebih aktif ,dan antusias, (7) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan usul mengenai pelaksanaan kerja kelompok berdasarkan sosiometri ,kemudian menyimpulkan materi ajar. (8) peneliti dan kelaborator bersama – sama memberi penguatan mengenai hasil kerja kelompok agar kepercayaan diri siswa lebih mantap.
Pengamatan : Berdasarkan dari catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar kelompok seorang siswa melempar step ex kearah temannya berulang ulang, guru menegur dan menyuruh aktif berinteraksi dengan kelompoknya masing – masing. Dua orang siswa lainnya berbincang – bincang tentang hal diluar diskusi. Sementara itu seorang siswa melamun dan ditegur oleh guru. Pada setiap kelompok yang paling antusias membahas tugas yang diberikan rata – rata ada 2 atau 3 orang, dan anggota yang lain cukup aktif.
Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu guru memeriksa buku catatan setiap siswa setelah materi diberikan. Ternyata masih ada siswa yang tidak mencatat dengan alasan bukunya salah bawa dan sebagainya. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok, datanya dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa ada 3 orang (8 persen) yang tidak aktif dari 39 siswa. Agar lebih jelas maka berikut ini :


Tabel 6. keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada siklus II
Siklus II
NO Kategori
F %
1. Aktif 21 54
2. Cukup Aktif 15 38 3. Tidak Aktif 3 8

Jumlah 39 100

Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi yang diberikan melalui pengamatan lembar catatan lapangan dapat dilihat pada tabel 7, sebagai berikut :

Tabel 7. Keaktifan siswa mencatat pada siklus II
Siklus II
NO Kategori F %

1. Aktif 27 69
2. Cukup Aktif 10 26 3. Kurang Aktif 2 5

Jumlah 39 100

Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang tidak aktif yaitu 2 orang (5 persen) dari 39 orang.
Ditinjau dari perolehan nilai tes dapat dilihat pada tabel 8. dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang tersisa 2 orang (5,13 persen) dari 39 orang siswa, tetapi mendapat nilai cukup bertambah dari 11 orang menjadi 37 orang. Agar lebih jelas perhatikan tabel 8 berikut :
Tabel 8. distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Pada Siklus II
Kelompok Interval Kategori Siklus II
Nilai Nilai
F %
1. 0 - 55 Kurang 2 5,13
2. 56 - 75 Cukup 37 94,87
3. 76 - 85 Baik 0 0
4. 86 - 100 Amat Baik 0 0

Jumlah 39 100

Refleksi. Berdasarkan hasil pelaksanaan pada pengamatan pada siklus II, ada sedikit peningkatan dibandingkan siklus I yaitu : (1) Dilihat dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok yang tidak aktif 3 orang (8 persen) dari 39 orang,(2) Dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, yang tidak aktif 2 orang (5 persen) dari 39 orang ,(3) Dilihat dari perolehan nilai, yang memperoleh nilai cukup 37 orang (94,87 persen) dari 39 siswa , walaupun siswa memperoleh nila kurang masih ada 2 orang (5,13 persen). Sehingga untuk siklus III perlu perbaikan guna mencapai yang lebih baik lagi dari pada silklus I dan II. Sekalipun jika dilhat dari rata-rata perolehan nilai terjadi peningkatan dari 4,8 menjadi 5,5 kemudian 6,6 .

4. Deskripsi siklus Ketiga
Perencanaan Tindakan : (1) Guru akan menyajikan materi pelajaran ,(2) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk membahas penyelesaian soal – soal persamaan akuntansi, (3) Guru akan membagikan LKS kepada setiap kelompok,(4) Siswa akan diberi kesempatan secara kelompok untuk menanyakan hal – hal yang belum jelas,(5) Guru akan membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian soal –soal akuntansi,(6) Guru akan membuat catatan pribadi, (7) Guru akan memberikan tes kepada siswa.
Pelaksanaan 23–10–2007, semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara berkesinambungan selama tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengabsen kehadiran siswa , kemudian mengimformasikan pokok bahasan yang menjadi fokus kajian , (2) Guru melakukan apresepsi dan motivasi ,(3) memberi penjelasan singkat mengenai prosedur penyusunan laporan keuangan perusahaan jasa ,dengan suber data dari persamaan akuntansi, (4) bersama kelaborator silih berganti membimbing ,mengamati siswa dalam kerja kelompok, (5) memberi kesempatan tiap kelompok untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya ,dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengoreksi kesalahan, serta memberi penilaian .(6) setiap akhir pertemuan setiap siklus siswa diberi motivasi agar pada pertemuan berikutnya lebih aktif ,dan antusias, (7) siswa diberi kesempatan untuk mengajukan usul mengenai pelaksanaan kerja kelompok berdasarkan sosiometri ,kemudian menyimpulkan materi ajar. (8) pada pertemuan terakhir siklus ketiga peneliti dan kelaborator melakukan evaluasi secara menyeluruh (9) peneliti dan kelaborator bersama – sama memberi penguatan mengenai hasil kerja kelompok agar kepercayaan diri siswa lebih mantap.
Pengamatan : Berdasarkan catatan lapangan, pada setiap berlangsungnya belajar masing – masing kelompok. Peneliti dan guru berkeliling melihat – lihat cara kerja masing – masing kelompok. Secara bergantian guru membimbing bagaimana cara yang benar dalam menyelesaikan soal – soal persamaan akuntansi yang diberikan. Pada saat bersamaan, sewaktu guru memberikan bimbingan kepada kelompok IV, ada seorang siswa dari kelompok II sedang bercermin dan guru menegurnya supaya aktif berinteraksi dengan kelompoknya. Seperti biasa Dodi(nama samaran) pasif dan guru maklum kerena dia agak ada kelainan.
Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu guru memeriksa catatan setiap siswa setelah materi disajikan. Ternyata semua siswa mencatat kecuali yang tidak hadir. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, dapat dilihat pada tabel 9, sebagai berikut :
Tabel 9. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok pada siklus III
Siklus
NO Kategori
F %
1. Aktif 28 71
2. Cukup Aktif 10 26
3. Tidak Aktif 1 3

Jumlah 39 100

Tabel 10. Keaktifan siswa mencatat materi pelajaran pada siklus III
Siklus
NO Kategori
F %
1. Aktif 33 85
2 Cukup Aktif 5 12
3. Kurang Aktif 1 3

Jumlah 39 100

Tabel 11. Distribusi Frekuensi perolehan nilai siklus III
Kelompok Interval Kategori Siklus III
Nilai Nilai
F %
1. 0 - 55 Kurang 1 3
2. 56 - 75 Cukup 2 5
3. 76 - 85 Baik 14 36
4. 86 - 100 Amat Baik 22 56

Jumlah 39 orang 100

Refleksi. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pengamatan pada siklus III terlihat adanya peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan II Dengan demikian, pelaksanaan siklus III dapat dikatakan berhasil. Hal ini dibuktikan dari nilai rata – rata siklus II. 6,6 meningkat menjadi 7,9 pada siklus III.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) siklus pertama, kedua dan ketiga mengenai pembelajaran akuntansi dengan menggunakan pendekatan kelompok yang dibentuk melalui sosiometri menunjukkan hasil menggembirakan yakni keaktivan siswa baik dalam kerja kelompok, mencatat materi persamaan akuntansi, maupun hasil belajar akuntansi pada pokok bahasan persamaan akuntansi secara berangsung-angsur ikut meningkat.
Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa pada permulaan tindakan pembelajaran dengan pendekatan kelompok sosiometri menunjukkan bahwa keaktivan siswa cukup baik. Ditandai oleh perhatian siswa dalam mencatat materi persamaan akuntansi, kerja kelompok.
Pelaksanaan siklus pertama, siswa sudah mulai tertarik mengikuti kegiatan belajar kelompok sosiometri. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok sudah mulai nampak. Begitu pula dalam menjawab pertanyaan guru, dan menanggapi jawaban kelompok lainnya sudah mulai nampak. Menanyakan pada guru dan peneliti jika ada yang belum dimengerti, ataupun kepada teman-temannya ikut mewarnai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Seklaipun jumlahnya masih belum memadai yang berani mengemukakan pendapatnya kepada guru. Siswa kurang aktif di setiap kelompok masih sangat jelas kelihatan, dan bahkan ada juga masih pura-pura aktif sehingga pada saat evaluasi siklus kedua sudah rampung terdapat 8 orang (20 persen) tidak aktif dan 14 orang (30 persen) cukup aktif, 17 orang (50 persen) aktif dalam belajar kelompok. Selain itu hasil observasi diluar belajar guru masih menemukan 8 orang siswa (20 persen) tidak aktif mencatat materi pelajaran persamaan akuntansi. Begitu pula perolehan hasil tes masih ditemukan 28 orang (71,79 persen) masih bernilai kurang , sedangkan nilai rata – rata 5,5.
Sedangkan pada siklus kedua, motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini ditandai dengan berkurangnya siswa yang tidak aktif kerja kelompok hanya 3 orang (8 persen). Sementara hasil observasi di luar proses pembelajaran siswa yang kurang aktif mencatat materi pelajaran persamaan akuntansi tersisa 2 orang (5,13 persen). Selain itu perolehan nilai hasil tes siswa bernilai kurang 2 orang (5,13 persen) serta siswa bernilai cukup 37 orang (94,87 persen).dari 39 siswa.Sedangkan nilai rata – rata 6,6.
Berdasarkan hasil analisis tersebut menandakan bahwa suasana proses pembelajaran dengan pendekatan kelompok sosiometri nampak bergairah dan berkembang. Jumlah siswa yang berani menjawab pertanyaan baik untuk mewakili kelompoknya maupun secara individu semakin meningkat. Mengajukan pendapat atau berdiskusi mengenai persamaan akuntansi semakin meningkat. Kondisi proses belajar mengajar semakin bergairah, hal ini sebagai akibat dari peningkatan motivasi, dan aktivitas peserta belajar semakin meningkat. Pada siklus kedua ini siswa mulai dapat menyusun rangkuman materi pelajaran persamaan akuntansi dalam bentuk catatan.
Selanjutnya siklus ketiga, kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan kelompok sosiometri sudah cukup optimal. Lembar catatan persamaan akuntansi sebagai alat untuk menyusun laporan keuangan baik neraca, laporan laba rugi, maupun laporan perubahan modal ikut lebih mengaktifkan siswa sehingga suasana kegiatan belajar mengajar semakin antusias. Keaktifan siswa dan optimisme juga semakin ikut meningkat. Pembelajaran model ini semakin menarik, semangat optimis dan inovatif semakin menajam. Pertanyaan dan usulan mengenai KBM semakin bertambah. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan siswa dalam belajar kelompok bertambah 28 orang (71 persen ) dan cukup aktif 10 orang ( 16 persen ) sedangkan tidak aktif hanya satu orang (3 pesen ) kaena siswa tersebut ada kelainan .Begitupula keaktifan dalam mencatat materi pelajaran sebanyak 33 orang (85 persen ) dan cukup aktif 5 orang (12 persen ) sedangkan kurang aktif hanya satu orang . Selain itu perolehan nilai amat baik sebanyak 8 orang (20,51 persen ),nilai baik sebanyak 15 orang ( 38,46 pesen ) sedangkan 16 orang ( 41,03 persen )
Memperoleh nilai cukup .Rata – rata nilai evaluasi hasil belajar meningkat dari 6,6 menjadi 7,9. Dengan demikian jika digambarkan secara keseluruhan mulai dari stadi pendahuluan ,rata – rata nilai 4,8 ,siklus I rata – rata nilai 5,5 siklus II rata – rata nilai 6,6 kemudian pada siklus III rata – rata nilai menjadi 7,9.
Pada siklus ketiga ini siswa semakin antusias untuk mewakili kelompok sebagai pembicara mengenai hasil kerja kelompoknya semakin mengalami peningkatan. Keaktifan siswa berdasarkan hasil pengamatan kelaborator baik dalam proses belajar maupun di luar proses pembelajaran menunjukkan bahwa, untuk kerja kelompok hanya satu orang tidak aktif, sedangkan keaktifan dalam mencatat materi akuntansi juga tersisa satu orang kurang aktif. Begitu pula perolehan nilai hasil tes memperoleh nilai kurang yakni bagi yang tidak aktif kerja kelompok karena diduga ada kelainan. Dengan demikian, pelaksanaan siklus ke III dikatakan berhasil meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi kelas XI IPS.1 SMA Negeri 2 Bantaeng semester ganjil tahun ajaran 2007/2008.
Berdasar dari hasil analisis dari kuesioner yang dibagikan kepada siswa terteliti diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa menyatakan : (1) belajar dengan pendekatan kelompok yang dipilih berdasarkan sosiometri dapat memotivasi siswa untuk aktif kerja berkelompok, (2) belajar kelompok dapat saling membantu untuk memahami permasalahan pelajaran yang dihadapi, (3) dapat menanamkan semangat persatuan, (4) menumbuhkan persaingan positif, (5) belajar kelompok dapat meningkatkan kualitas kepribadian dalam hal kerja sama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari kajian pustaka, dan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) maka peneliti berkesimpulan bahwa : Pembelajaran akuntansi dengan pendekatan kelompok berdasarkan sosiometri dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan akuntansi .
Saran

Berdasarkan hasil – hasil penelitian, maka dalam pembentukan kelompok belajar yang berdasarkan sosiometri, guru hendaknya dalam mengadakan pengamatan secara cermat dan lebih teliti mengenai alasan – alasan pentingnya pemilihan teman belajar bersama. Hal itu bertujuan agar kelompok yang terbentuk betul – betul yang heterogen, terutama dalam kemampuan akademisnya. Selain itu jumlah anggota setiap kelompok hanya sekitar 4 – 5 orang .

DAFTAR PUSTAKA
Alipandi. 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya : Usaha Nasional.


Arikunto Suharsimi. 1992. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara.

_______________. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.


Aqib Zainal, 2006. Penelitian tindakan kelas untuk guru. Bandung : CV.Yrama Widya.


__________, 2004. Karya tulisilmiah bagi pengembangan profesi guru. Bandung : CV. Yrama Widya.


Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas SMP. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.


Haryanto. 1989. Akuntansi Untuk SMA. Surakarta : PT Intanpariwara.


Madya Suwarsih, 2006. Teori dan praktik penelitian tindakan (Action Research). Bandung : Alfabeta.


Mantja, W. 2003. Etnograf : Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. Malang : Wineka Media.


Nasution, 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.


Nataatmadja. 1988. Akuntansi Untuk SMA. Bandung : Ganeca Exact.


Sudjana. 1988. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.


Sukardi. 1983. Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP. FKIP.


_______. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.


Soemarno. R. 1993. Akuntansi Untuk SMTA. Jakarta : Salemba empat.


Walgito, Bimo. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Yogyakarta : Audi Off Set.


Winataputra dkk, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Universitas Terbuka.


Zuriah Nurul, 2003. Penelitian tindakan Publishing. Malang : Bayu Media.


PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SMA NEGERI
KABUPATEN BANTAENG


ZAENUDDIN KABAI


Abstract : This research aimed at describing the backgroung of the teachers’ satification, the teachers’ evaluation on the influence of the headmasters’ managerial competence on the teachers’ working satisfication at State Senior High School in Bantaeng District. This survey method. The population consisted of the teachers of State Senior High Schools in Bantaeng District. The samples were taken by using random sampling whose number was 50 persons. All the reguired data were collected through observation, documentation, and interview with the help of an instrument in the form of a questionnaire which had been tried out before, and it wasfound to be valid and reliable. The collected daa were analized by usiing descriptive statistical analis and inferential analysis. (correlation and reqression). The results of the research showed that according to the teachers’ evaluation, there is a positive land significant influence of the headmasters’ managerial competence on the working satisfaction of the teachers of State Senior High Schools in Bantaeng District. It can be concluded that the higher the teachers’ evaluation of the headmasters’ managerial competence is, the higher the the teachers’ working satisfaction will be. In other words, the improvement of the headmasters’ managerial competence can cause the improvement of the teachers’ working satisfaction at State Senior High School in Bantaeng District. This means that whether the teachers; working satisfaction is high or low, it is determined by the headmasters’ managerial competence.

Dewasa ini kepuasan kerja karyawan pada setiap lembaga atau organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit sudah mulai marak diperbincangkan. Kendatipun mengenai kepuasan kerja guru sampai saat ini penulis menilai bahwa kepuasa kerja guru masih sangat langka dalam perbincangan, baik tingkat daerah, regional, dan tingkat nasional. Padahal kepuasan kerja guru dimana-mana di Indonesia masih sangat memprihatinkan, kecuali bagi guru-guru yang memiliki penghasilan tambahan, terutama di Kabupaten Bantaeng, kepala sekolah hanya mampu menindak lanjuti instruksi atasan sebagai pelarian atau alasan mengenai ketidak berdayaan untuk mengatasi kesenjangan antara beban jasa yang semakin hari semakin melebar dan semakin dalam. Hal ini penulis tertarik untuk mengkaji karena beberapa alasan yaitu : (1) kepuasan kerja merupakan gejala alamiah yang sulit dihindarkan oleh individi karena hampir semua kondisi kerja dapat pula menyebabkan ketidak puasan kerja dan pada saat yang sama dapat pula menyebabkan kepuasan kerja. (2) para ahli mengatakan faktor isi pekerjaan dan kondisi pekerjaan atau konteks pekerjaan memberikan sumbangan labih besar terhadap kepuasan kerja guru (Gibson, 1996). Sekalipun kepuasan kerja guru bukanlah kinerja guru tapi sangat mempengaruhi kinerja / prestasi kerja. Sebab motivasi kreativitas yang productif dan prestasi kerja meningkat manakala kepuasan kerja tinggi. Bagi individu ketidakpuasan kerja adalah salah satu penyebab munculnya stres.
Kepala sekolah sebagai manajer puncak dan guru merupakan sumber belajar utama bagi siswa, disamping sumber belajar lainnya. Dengan demikian guru-guru memiliki peranan yang sangat dominan dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Sementara peranan guru secara maksimal dapat terlaksana manakala kepuasan kerja guru dapat terpenuhi. Dalam rangka itulah kemampuan manajerial kepala sekolah dan kepuasan kerja guru merupakan komponen utama sekolah dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas suatu sekolah. Sebab kepuasan kerja mencerminkan disiplin, moral dan prestasi.
Pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru dalam rangka pengembangan kegiatan belajar mengajar disekolah merupakan obyek kajian tersendiri. Hal tersebut menjadi penting karena hubungan keduanya akan menjadi penentu bagi kemajuan sekolah itu sendiri pada umumnya dan suksesnya proses belajar mengajar adalah merupakan inti kegiatan sekolah pada khususnya.
Penelitian tentang kemampuan manajerial kepala sekolah dan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja guru di sekolah sebagai dua komponen yang sangat menentukan keberhasilan sekolah, yang kajiannya berdasarkan pada teori manajemen pendidikan (sekolah).
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka penulis menjadikan masalah utama dalam penelitian ini, sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru pada sekolah menengah atas negeri (SMAN) di Kabupaten Bantaeng?. Dengan berdasarkan pada obyek kajian dalam penelitian ini dan formulasinya yang diangkat, secara umum penelitian ini bertujuan : (1) Untuk memperoleh gambaran secara empirik tentang kemampuan manajerial kepala sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Bantaeng. (2) Untuk memperolah gambaran secara empirik tentang kepuasan kerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Bantaeng. (3) Untuk mengetahui dan mendapatkan data empirik tentang pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru pada SMAN di Kabupaten Bantaeng.
Adapun beberapa manfaat yang dapat ditarik sehubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini, diantaranya : (1) Bagi Departemen Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagai instansi pembina SMA Negeri, para kepala sekolah dan guru-guru SMA Negeri, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan SMA Negeri dan kepuasan kerja guru yang tercermin dalam belajar mengajar di sekolah. (2) Bagi para peneliti yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan komparasi dalam melihat fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan mengenai pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (3) Bagi para praktisi pendidikan dan masyarakat umum, dapat menjadi bahan bacaan dan tambahan informasi bagi pengembangan wawasan intelektual. (4) Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya, akademik, khususnya dalam ilmu manajemen pendidikan.
Kepuasan kerja adalah sesuatu yang bersifat individu.setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan, akan dirasakan dan sesuai dengan keinginan individu maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
Guru, adalah tenaga kependidikan yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (undang-undang sisdiknas, 2003). Sedangkan sebagai pendidik adalah merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik. Bahkan pada pasal 40 hak dan kewajiban guru telah termuat di dalamnya.
Hasibuan (2003) mengatakan kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Hal ini tercermin pada moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Selanjutnya mengatakan bahwa kepuasan kerja dapat diperoleh di dalam pekerjaan dan diluar pekerjaan. Hal ini senada diungkapkan oleh siagian (2003) bahwa kepuasan kerja merupakan cara pandang seseorang baik atau buruk – positif maupun negatif terhadap kehidupan organisasinya. Sedangkan Syarif (2003) mengatakan bahwa kepuasan kerja karyawan akan mencapai manakala karyawan merasa bahwa pekerjaannya bermanfaat, merasa memiliki tanggung jawab terhadap hasil kerjanya, dan memperoleh pengetahuan dari pekerjaannya.
Menurut Sudirman (2003) mengatakan, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.
Herzberg (dalam Gibson, 1996) mengatakan bahwa kepuasan kerja dapat dilihat datri segi : isi perkerjaan (intrinsik) : (1) pencapaian prestasi, (2) pengakuan, (3) tanggung jawab, (4) kemajuan pekerjaan, (5) kemungkinan berkembang, sedangkan konteks pekerjaan (ekatrinsik) meliputi : (1) upah dan gaji, (6) mutu supervisi, (7) mutu hubungan inter-personal antara sesama rekan, atasan dan bawahan.
Menurut Riduwan (2002) mengenai indikator kepuasan kerja guru hampir senada dengan pendapat sebelumnya. Tapi pendapat ini telah memfokuskan kepada kepuasan kerja guru yakni sebagai berikut :
Dimensi intrinsik (isi pekerjaan) terdiri dari : mengelola PBM, menguasai bahan pelajaran sesuai dengan kurikulum, mengelola kelas, menggunakan media sumber belajar, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa, mengenal fungsi dan program pelajaran BP dan menyelenggarakannya, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Sedangkan dimensi ekstrinsik (konteks pekerjaan) terdiri dari : upah dan gaji serta insentif lainnya, hubungan dengan atasan, hubungan dengan rekan sekerja, hubungan dengan siswa, sarana dan prasarana, iklim organisasi, ketenangan kerja, insentif dan kesejahteraan lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, Hasibuan (2003), Rivai (2003), Robbins (1999) secara terperinci mengenai beberapa alasan yang menimbulkan atau mendorong kepuasan kerja antara lain : (1) pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keahlian. (2) tempat kerja sesuai dengan harapan. (3) pekerjaan yang menyediakan perlengkapan yang cukup. (4) pekerjaan yang menyediakan informasi yang cukup lengkap. (5) pimpinan yang lebih banyak mendorong tercapainya suatu hasil dan tidak terlalu banyak mendorong tercapainya suatu hasil dan tidak terlalu banyak atau ketat melakukan pengawasan. (6) pekerjaan yang memberikan penghasilan cukup memadai. (7) tantangan pekerjaan untuk mengembangkan diri. (8) pekerjaan yang memberikan rasa aman dan ketenangan. (9) harapan yang dikandung oleh pegawai, guru itu sendiri. (10) sikap rekan kerja / komunikasi antara sesama rekan kerja.
Adam Smith (Nurdin, 1987) mengatakan bahwa sumber kemakmuran adalah kerja. Jadi setiap orang yang melakukan kegiatan pikir (otak), mental atau fisik dengan mendapatkan imbalan dalam bentuk sarana kebutuhan hidup, berarti ia bekerja. Pada dasarnya orang bekerja tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga untuk mencapai taraf hidup lebih baik. Dari beberapa uraian mengenai kerja, maka pada hakekatnya kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang baik melalui tenaganya maupun pikirannya dengan mendapat imbalan. Begitu pula kerja guru sebagai pendidik, pembimbing, fasilitator guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka wajarlah kalau dari hasil kerja mendapat imbalan setimpal agar mereka memperoleh kepuasan kerja.
Teori kepuasan kerja, menurut Maslow (dalam Siagian, 1995) mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan keamanan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuan esteen, (5) kebutuhan untuk aktualisasi diri. Begitu pula teori n – Ach dari Mc Celland (dalam Gibson, 1996) mengatakan ada tiga faktor yang menjadi motivasi kuat bagi seseorang untuk berprestasi, yakni : (1) kebutuhan akan kekuasaan (need for power), (2) kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), (3) kebutuhan akan keberhasilan (need for achievement). Teori ini berusaha menjelaskan prestasi kerja dari sudut pandang psikologi yang lebih menekankan prestasi kerja dari sudut pandang psikologi yang lebih menekankan prestasi kerja sebagai suatu prilaku (achievement oriented behavior). Selanjutnya teori “X – Y” dari Douglas (Thoha, 2004) mengenai teori X mengatakan bahwa sebagian besar manusia pada hakekatnya adalah : (1) tidak suka bekerja, (2) tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah, (3) mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi, (4) hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja, (5) harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan Teori Y mengasumsikan bahwa, semua orang pada dasarnya kreatif dan menganggap bahwa : (1) bekerja sama dengan bermain, cukuo menarik dan bahkan mengasyikkan, (2) orang mempunyai kemampuan untuk mengawasi dirinya sendiri, (3) setiap orang memiliki kemampuan kreatifitas, (4) disamping itu, orang juga memiliki kebutuhan rasa aman, ingin bergaul, ingin dihargai, dan ingin menonjolkan diri, dan (5) orang perlu dimotivasi untuk bekerja. Sedangkan teori dua faktor – Herzberg (Gibson, 1996) berkesimpulan bahwa penyebab ketidakpuasan kerja guru, dan penyebab kepuasan kerja guru perlu mendapat perhatian. Untuk itu kemampuan manajerial kepala sekolah dapat mengkaji dan meneliti secara cermat agar penyebab ketidakpuasan kerja guru dapat dihilangkan guna menumbuh kembangkan kepuasan kerja guru. Sebaliknya penyebab kepuasan kerja guru dilestarikan guna menghindari lahirnya ketidakpuasan kerja guru. Selanjutnya teori keadilan, Gibson (1996) mengatakan bahwa seseorang yang bekerja dalam rangka memperoleh tukaran imbalan dari organisasi, di motivasi oleh suatu keinginan untuk diperlakukan adil di pekerjaan. Tidak ketinggalan teori harapan dari Victor H.Vroom (dalam Gibson, 1996) menyebutkan bahwa suatu motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai dari seseorang. Jika keinginan seseorang terhadap sesuatu dan harapan memperolehnya kuat, maka dorongan untuk mendapatkannya pasti kuat. Sebaliknya jika harapan untuk memperoleh kecil maka motivasi untuk memperolehnya juga rendah.
Hakekat kemampuan manajerial, menurut Rivai (2003), Harsey dalam (Wahjosumidjo, 2003) mengenai keterampilan manajerial yang efektif, maka ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer, adalah : kemampuan teknis, hubungan, konseptual.
Kepala sekolah sebagai manajer. Menurut Wahjosumidjo (2003) mengatakan bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganizir, memimpim dan mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berpijak dari uraian diatas, yang dimaksud dengan kemampuan manajerial adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan segala sumber daya baik materil, maupun non materil melalui kemampuan perencanaan, kemampuan pengorganisasian, kemampuan pengarahan / kepemimpinan / menggerakkan (aktuating), kemampuan penyeliaan (supervisi).
Kemampuan manajerial kepala sekolah menurut Leslie (2003), Robbins (1999), Hasibuan (2003), Wahjosumidjo (2003), dan Riduwan (2002) adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan segala sumber daya baik materil maupun non materil melalui kemampuan merencanakan : menurut Riduwan (2002) terdiri dari : (1) mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru; (2) mampu mengumpulkan, mengolah data dan informasi; (3) mampu merumuskan faktor eksternal / internal yang menghambat dan mendorong kemampuan manajerial; (4) mampu memilih alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah; (5) mampu mengambil keputusan yang tepat; (6) mampu melaksanakan kegiatan manajerial yang meliputi : mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efesiensi dalam mencapai tujuan, merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan; (7) mampu merumuskan pengalokasian anggaran; prioritas, dan isentif secara adil, transparansi serta akuntable. Kemampuan pengorganisasian Menurut Riduan (2002) ialah : (1) mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru, (2) mampu memciptakan suasana harmonis, (3) mampu membina kerja sama yang efektif, (4) mampu berkomunikasi secara efektif, (5) mampu mengukur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan. Kemampuan memimpin / mengarahkan Menurut Riduwan (2002) ialah : (1) mampu meng-koordinier kegiatan secara efektif dan efisien, (2) mampu memberi motivasi untuk mencapai tujuan, (3) mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan. Kemampuan pengawasan : (1) mampu menentukan standar kualitas pekerjaan, (2) mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai, (3) mampu menentukan dan mengadakan tindakan perbaikan (Melayu, 2003).


METODE PENELITIAN
Jenis penelitian, penelitian ex – post pacto dengan metode Survei dengan melakukan pengumpulan data dilapangan populasi (seluruh guru SMA Negeri di Kabupaten Bantaeng). Kemudian membuat tekasiran secara akurat berdasarkan data yang dikuantifikasi mengenai berbagai karakteristik responden yang terpilih sebagai sampel penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelasional. Apakah terdapat pengaruh atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiono, 2004). Dengan harapan agar permasalahan di lapangan dapat terjawab. Terutama mengenai pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri di Kab.Bantaeng. Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Kemampuan manajerial kepala sekolah sebagai variabel bebas (X) dan kepuasan kerja guru sebagai variabel terikat (Y).
Defenisi Operasional Kepuasan Kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan seorang guru dalam menilai pekerjaannya sebagai suatu yang dapat memuaskan kebutuhannya baik yang bersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Indikatornya dapat dilihat dari dua segi yakni : dari segi isi pekerjaan (intrinsik) terdiri dari : 1) tanggung jawab; 2) kemajuan pekerjaan; 3) pencapaian prestasi; 4) pengakuan; 5) kemungkinan untuk berkembang. Sedangkan dari segi konteks pekerjaan (ekstriksik) terdiri dari : 1) upah dan gaji; 2) insentif dan kesejahteraan lainnya; 3) situasi dan kondisi tempat kerja.
Definisi operasioal kemampuan manajerial adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan segala sumber daya baik materiil maupun non materiil melalui kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi.
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri di Kab.Bantaeng yang tersebar pada 4 (empat) SMA Negeri dengan jumlah anggota populasi 117 orng. Sebahagian dari populasi tersebut akan dipilih sebagai sampel dengan teknik Random Sampling. Tiro (2003). Dari semua guru yang ada pada 4 sekolah tersebut, dipilih sebagai responden sebanyak 50 orng.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah berupa lembaran kuesioner. Lembaran kuesioner tersebut digunakan untuk mengukur variabel pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru melalui penilaian guru-guru berdasarkan apa yang dialami dan dirasakan selama mereka bertugas di tempat tersebut. Kuesioner di susun dan diberikan kepada responden dalam bentuk tertutup dengan menyediakan lima alternatif jawaban sebagai pilihan responden.
Uji coba instrumen pada sampel yang diambil populasi yang tidak termasuk dalam anggota sampel penelitian, sehingga sampel uji coba instrumen setara dengan sampel penelitian. Setelah instrumen terkumpul dari responden dibuatkan tabulasi data dan dianalisis dengan menggunakan komputer program excel. Untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dari pearson. Sedangkan untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus alfa crombach. Hasil uji coba perhitungan validitas dan realibilitas instrumen penelitian dari setiap variabel dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Kuesioner penilain guru-guru mengenai kemampuan manajerial kepala sekolah. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson. Dari 45 item kuesioner di uji coba, terdapat 33 item kuesioner yang valid dan 12 item tidak valid (drop).
2. Kuesioner kepuasan kerja guru. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson. Dari 58 item kuesioner kepuasan kerja guru yang di uji coba, terdapat 46 item kuesioner yang valid dan 12 item tidak valid (drop).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi responden dalam penelitian ini meliputi : jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan masa kerja. Tergambar kepuasan kerjanya sangat bervariasi, namun ketika ditinjau secara keseluruhan keempat tinjauan tersebut memiliki rata-rata kepuasan kerja tinggi.
Analisis pengaruh kemampuan menajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru berdasarkan hasil penelitian diatas, maka analisis regresi linier sederhana dengan model skor kepuasan kerja guru dapat digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. “Terhadap pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru”. Dengan kata lain di duga bahwa semakin tinggi kemampuan manajerial kepala sekolah semakin tinggi pula kepuasan kerja guru dan sebaliknya semakin rendah kemampuan manajerial kepala sekolah maka kepuasan kerja guru semakin rendah atau dengan kata lain semakin banyak guru yang merasa tidak puas. Terbukti hasil analisis regresi sederhana bahwa pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru cukup signifikan. Hal ini menandakan bahwa kepuasan kerja guru sangat ditentukan oleh kemampuan manjerial kepala sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru, artinya semakin tinggi atau semakin mantap kemampuan manajerial kepala sekolah maka semakin tinggi pula kemampuan kerja guru, maka dengan demikian dapat dipastikan bahwa disiplin kerja, moral kerja, prestasi kerja pasti ikut meningkat (Hasibuan, 2003). Begitu pula tingkat kemangkiran, turn over pasti menurut atau bahkan tidak ada (Siagian, 2003). Gambaran ini menunjukkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya mengelola proses pendidikan dan pengajaran di SMA Negeri di Kab.Bantaeng masih perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh berbaga faktor yang telah dijelaskan pada kajian teori bahwa fungsi manajemen terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan belumlah berjalan secara maksimal. Mungkin disebabkan oleh banyaknya aktifitas / kegiatan kepala sekolah mengenai tugas dan tanggung jawabnya, atau kepedulian kepala sekolah terhadap guru sebagai pembantunya dalam mengelola sekolah yang menjadi tanggung jawabnya masih belum maksimal,s ehingga penilaian guru-guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah masih bervariasi antara sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut seorang kepala sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengawasi seluruh kegiatan sangat dibutuhkan kemampuan oleh seorang kepala sekolah sebagai manajer di sekolah, karena dapat berakibat terhadap kepuasan kerja guru. Sebab hasil analisis data penelitian mengenai pengaruh kemampuan manajerial terhadap kepuasan kerja guru menunjukkan hasil sangat signifikan. Dengan demikian suatu pertanda bahwa semakin tinggi penilaian guru-guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru-guru di SMA Negeri Kab.Bantaeng. Sedangkan kepuasan kerja guru dapat mengakibatkan meningkatnya moral kerja guru, kedisiplinan guru-guru, dan bahkan prestasi kerja guru ikut meningkat (Hasibuan, 2003). Selanjutnya tingkat kemangkiran guru-guru, Turn Over dapat diredam (Siagian, 2003). Selanjutnya kepuasan kerja guru dari segi : (1) isi pekerjaan (intrinsik) terdiri dari : tanggung jawab, kemajuan pekerjaan, pencapaian prestasi, pengakuan, dan kemungkinan untuk berkembang; (2) konteks pekerjaan (ekstrinsik) terdiri dari : upah dan gaji, kondisi kerja, status pekerjaan, prosedur pekerjaan, mutu supervisi, mutu hubungan interpersonal, sarana dan prasarana, iklim organisasi dan ketenangan kerja. Deskripsi hasil penelitian memberikan informasi bahwa kepuasan kerja guru pada SMA Negeri Kab.Bantaeng masih perlu ditingkatkan.
Kepala sekolah sebagai manajer harus bertanggung jawab terhadap kepuasan kerja. Sehingga dengan demikian input, proses, dan output sekolah dapat memenuhi tuntutan kurikulum. Jika hal ini terwujud maka sekolah sebagai tempat pembinaan, pengembangan potensi (candradimuka) generasi muda guna melahirkan alumni yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kemandirian, kepedulian sosial, kepekaan terhadap situasi, dan kemampuan bekerja sama antara sesama manusia dimana saja mereka berada dapat terwujud menjadi suatu kenyataan. Akan tetapi manakala sebaliknya dimana sekolah hanya mampu melahirkan alumni yang tidak mampu berbuat apa-apa kecuali hanya dengan selembar surat tanda tamat belajar (STTB). Akibatnya sekolah sebagai idaman masyarakat akan berubah menjadi kebencian masyarakat. Karena harapan masyarakat mengenai kualitas alumni sangat jauh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga pada gilirannya masyarakat semakin menjauh dari sekolah, dan manakala hal ini terjadi maka secara pasti negeri in iakan mengalami kesulitan berkepanjangan.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabanya pula. Inisiatif dan kreatifitas menuju kepada perkembangan dan kemajuan (development oriented). Kendatipun demikian dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan yang dialami sekolah baik berupa atau bersifat material seperti perbaikan gedung, penambahan ruang, penambahan perlengkapan, media pengajaran dan sebagainya, maupun yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak. Kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri. Tapi bersama guru-guru, orang tua siswa atua komite sekolah, serta pihak pemerintah setempat. Begitu pula kompensasi berupa tambahan penghasilan seperti insentif guru-guru, pemberian dana kelebihan jam mengajar, transportasi pelaksanaan remedial dan pengayaan tidak mungkin dapat diselesaikan kepala sekolah tanpa partisipasi orang tua dan subsidi pemeritah.
Keterbatasan Penelitian. Tidak bisa diingkari bahwa kurangnya pengalaman penelitian, kesibukan responden, keterkaitan responden dengan prestasi hampir tidak ada, unsur subyektifitas antara peneliti dan responden sulit dihindari, sekalipun demikian upaya maksimal peneliti untuk meminimalisir kesalahan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah SMA Negeri di Kab.Bantaeng berada pada kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. (2) kepuasan kerja guru pada SMA Negeri di Kab.Bantaeng berada pada kategori tinggi, dan sangat tinggi. (3) hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri Kabupaten Bantaeng. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru.

IMPLIKASI PENELITIAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa implikasi hasil penelitian ini. Perumusan implikasi penelitian menekankan pada upaya untuk lebih meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah menengan atas negeri (SMAN) dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja guru di SMA Negeri Kab.Bantaeng. Upaya - upaya tersebut akan diuraikan berikut ini : upaya meningkatn penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja guru.
Hasil analisis dan kesimpulan penelitian menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah denghan kepuasan kerja guru. Temuan tersebut memberikan pengertian bahwa upaya peningkatan penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah juga merupakan upaya peningkatan kepuasan kerja guru SMA Negeri Kab.Bantaeng dalam melakukan tugas pokoknya sebagai tenaga pendidik.
Temuan lain diperoleh dari penelitian ini adalah diketahuinya bahwa penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala SMA Negeri Kab.Bantaeng termasuk dalam kategori tinggi. Sehingga temuan ini dapat digeneralisasikan bahwa penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah menengah atas (SMA) Negeri di Kab.Bantaeng dapat mendorong guru untuk meningkatkan kepuasan kerja guru dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru SMA Negeri, ini terbukti dari perolehan skor kepuasan kerjanya berada pada kategori tinggi.
Uraian tersebut diatas, dapat dipahami bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan atau mempertahakan kepuasan kerja guru SMA Negeri di Kab.Bantaeng dapat dilakukan dengan jalan berupaya mempertahankan dan meningkatkan penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah. Oleh karena itu dengan melakukan faktor tersebut, maka upaya peningkatan dan mempertahankan kepuasan kerja guru, kepala sekolah senantiasa melakukan : (1) mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memperoleh kepuasan kerja menuju terwujudnya kedisiplinan kerja, moral kerja, dan prestasi kerja secara maksimal. (2) pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap guru, dan bukan berdasarkan perasaan. Hal ini merupakan suatu upaya untuk menanamkan kesadaran bagi setiap guru mengenai betapa pentingnya potensi kreatifitas, dan inisiatif yang produktif bagi setiap guru. Dengan demikian maka setiap guru akan termotivasi berprilaku dengan penuh dedikasi demi tercapainya kerja sama antar sesama guru. (3) pemberian imbalan dan penghargaan bagi prestasi guru secara adil adalah merupakan suatu langkah kepala sekolah guna mempertahankan dan meningkatkan kepuasan kerja guru. Bahkan dapat melahirkan persaingan positif diantara guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik yang profesional. (4) upaya peningkatan mutu pengawasan, penegakan kedisiplinan, serta penilaian di berbagai segi bagi setiap guru dan karyawan (pegawai) di lingkungan SMA Negeri Kab.Bantaeng, adalah merupakan suatu upaya untuk meningkatan kepuasan kerja guru yang memiliki dedikasi bagi guru dan pegawai yang masih apatis. (5) penyegaran berupa pendidikan atau pelatihan dalam rangka pengembangan karir guru terutama yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. (6) mengupayakan untuk pengadaan ruangan khusus bagi guru yang kondisinya cukup memadai atau memungkinkan guru dapat mendiskusikan perkembangan-perkembangan dalam mengajar. Hal ini penting agar guru dapat bertukar pikiran atau bertukar pengalaman sesuai dengan kondisinya yang dialami. Ruang ini juga dapat digunakan oleh guru untuk melayani siswa-siswi yang memiliki masalah khusus. (7) menata ruang guru, karena ruangan yang tertata dengan rapi dapat menimbulkan kepuasan kerja, sebaliknya ruangan yang tidak beraturan cenderung melahirkan ketidak puasan kerja guru. (8) menyediakan fasilitas ruangan yang memadai seperti ventilasi, menghindari kelembaban udara dalam ruangan, serta peralatan yang memadai. (9) penciptaan rasa aman dan kenyamanan bagi guru, karena guru yang merasa terganggu / terancam dan kurang nyaman baik bersumber dari dalam maupun bersumber dari luar sekolah dengan sendirinya tidak dapat menikmati kepuasan kerja secara maksimal, akibatnya turn over, tingkat kemangkiran pasti meningkat.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka diajukan bebeapa saran sebagai berikut : (1) kepala sekolah senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerialnya meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Sebab keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh moral kerja, kedisiplinan guru, dan prestasi kerja guru. Sementara ketiga faktor tersebut terlaksana manakala kepuasan kerja guru dapat tercapai atau ditingkatkan. (2) kepuasan kerja guru dapat ditingkatkan melalui peningkatan kedisiplinan, moral kerja, dan prestasi kerja guna mewujudkan sekolah sebagai candradimuka demi terwujudnya insan madani, cerdas, makarya, sebagai candradimuka demi terwujudnya insan madani, cerdas, makarya, dan imani. (3) kepada saudara-saudari senasib sepenanggungan sebagai tenaga educatif pada seluruh lembaga pendidikan, kiranya lebih bersikap idealistis dalam menanggapi kebijakan kepala sekolah, pemberian penghargaan, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan situasi pekerjaan yang ada di lingkungan kerja sebagai salah satu upaya untuk membangun kondisi kerja yang sehat. (4) sudah saatnya pemerintah memikirkan bahwa, dalam mempromosikan kepala sekolah diprioritaskan kepada guru yang memiliki kemampuan manajerial sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan. Agar tidak terlalu banyak menyita waktu dan biaya untuk melakukan pelatihan secara berulang-ulang. (5) kepada peneliti berikutnya, kiranya dapat memperhatikan hal-hal yang lebih bersifat kualitatif dalam mengkaji dan menganalisis kepuasan kerja guru.

DAFTAR PUSTAKA
Amirin, M. Tatang. 1996. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Amstrong, Michael. 2003. How to be an Even Better Manager (Menjadi Manajer yang Lebih Baik Lagi). Batam Centre, 29432 : Binarupa Aksara, PO.BOX 238

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta : PT. BPFE.

Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Gibson, 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1 (satu). Edisi Kedelapan. Jakarta : Binapura Aksara.

Gilpin, Robert. 2002. Tantangan Kapitalisme Global Ekonomi Abad Ke-21. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.

Hadiyanto, 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hardjito, Dydiet. 1997. Manajemen Situasi. Jakarta : PT. Praduya Paramita

Hasibuan, S.P. Malayu. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Proses, Produk dan Masa Depannya. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Kuntjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kuswandi. 2004. Cara Mengukur Kepuasan Kerja Karyawan. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Leslie, W. 2003. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Moeljarto. 2002. Pembangunan Dilema dan Tantangan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mudyahardjo, Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan – Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.

Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia). Jakarta Timur : Prenada Media.

Nurdin, Syarief. 1987. Pegangan Ekonomi (3) SMA Kurikulum 1994. Bandung : CV.Armico.

Rais, Soenjoto. 1998. Masalah Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional dari Orde Baru ke Masa Reformasi. Surabaya : Airlangga University Press.

Riduwan. 2002. Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.

Rukadjat, Adjat dkk. 1973. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Robbins P. Stephen. 1999. Manajemen (Management, Sixth Edition). Jakarta : PT.Prenhallindo.

Salusu, J. 2003. Pengembalian Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Siagian, S.P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Siagian, S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Singarimbun, Masri. 1999. Metode Penelitian Survei. Jakarta : PT. Pustaka LP.3 ES Indonesia.

Sugiono. 2003. Metode Penelitian Aministrasi. Bandung : CV. Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Syafri. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta Selatan : Ghalia Indonesia.

Thoha, Miftah. 2001. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Prilaku. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Tiro, Muh. Arif. 2000. Analisis Regresi dengan Data Kategori. Makassar : Badan Penerbit UNM.

Tiro, Muh. Arif. 2002. Analisis Korelasi Regresi, Edisi Kedua. Makassar : Makassar State University Press.

Tiro, Muh. Arif. 2003. Dasar-dasar Statistika. Makassar : Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Townsend, Robert. 1998. Reinventing Leadership (Menciptakan Kembali Kepemimpinan). Strategi untuk Memberdayakan Organisasi. Batam Centre : 29432. Interaksara.

Undang-Undang Sisdiknas. 2003 (UU RI No. 20 Th. 2003). Jakarta : Sinar Grafika.

Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah – Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yukl, Gary. 1994. Kepemimpinan dalam Organisasi (Leadership in Organizations 3). Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo.

Zamroni. 2003. Pendidikan untuk Demokrasi. Tantangan Menuju Civil Society. Yogyakarta : Bigraf Publishing.