Kamis, 30 September 2010

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN MENEMUKAN (INQUIRY) SISWA KLS XI IPS 2 SMAN 02 BANTAENG


UPAYA  PENINGKATAN  MOTIVASI BELAJAR  EKONOMI DENGAN PENDEKATAN MENEMUKAN  ( INQUIRY )  SISWA KELAS  XI IPS 2
SMA NEG . 02  KAB . BANTAENG

Oleh; Zaenuddin Kabai 

Abstrak; Penelitian tindakan kelas ( clasroom action research ) ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 2 Bantaeng. Pemecahannya dilakukan dengan pendekatan menemukan (inquiry) dalam pembelajaran ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi, dan hasil belajar ekonomi .           
            Sebanyak tiga siklus, dan setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Akhirnya menyimpulkan bahwa dengan pendekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan motivasi  siswa yang dibuktikan dengan; tingkat kehadiran siswa dikelas, keaktifan siswa untuk menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelempok, keaktifan siswa dalam mencatat materi pelajaran dan hasil ulangan harian dari siklus satu  ke siklus dua dan siklus ketiga mengalami peningkatan yang signifikan
Kata kunci Pembelajaran ekonomi, motivasi belajar, pendekatan inquiry.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Zaenuddin Kabai. Guru SMA Neg. 2 Bantaeng. Kab.Bantaeng.Telp081342537529
         Pandangan konstruktivisme menekankan bahwa strategi memperoleh lebih diutamakan ketimbang seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Sebab pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Sementara pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Makanya itu diperlukan stategi pembelajaran yang lebih berpihak pada pemberdayaan siswa. Selain itu secara garis besar penulis melihat bahwa  pelajaran ekonomi bagi setiap manusia terutama bagi siswa itu sendiri adalah merupakan suatu kemutlakan. Sebab tidak ada satupun aspek kehidupan terlepas dari kepentingan ekonomi. Dengan demikian wajarlah kalau dikatakan bahwa prestasi belajar ekonomi tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia, sebab tidak ada satu pun aspek kehidupan tanpa membutuhkan  ekonomi ( keuangan ) baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap anak didik harus dibekali dengan pemahaman ekonomi, karena ekonomi merupakan suatu ilmu yang menyangkut salah satu penentu kelancaran  proses kehidupan ummat manusia.
         Sekalipun kenyataannya kelas-kelas kita tidak produktif, kelas diisi dengan ceramah, sementara siswa dipaksa menerima dan menghapal, siswa kurang diberdayakan. Akibatnya proses pembelajaran ekonomi pada SMA Neg. 2 Bantaeng kelas XI IPS 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) kurang termotivasi, kurang bergairah, dan cenderung tidak aktif.
         Setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan siswa, sharing ideas dengan guru kolaborator, melihat nilai ulangan harian, nilai ulangan semister kelas sebelumnya, dan prosentase ketepatan menyelesaikan tugas-tugas siswa kelas XI IPS 2. Maka faktor utama dirasakan bahwa kurangnya motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran ekonomi adalah: perlunya model pembelajaran yang variatif  dimana siswa dilibatkan dalam mencari dan menemukan, serta memiliki apa yang mereka temukan. Selanjutnya  guru menjadi pasilitator untuk  mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat korelasi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari .
           Pada hal semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademik mereka dengan konteks ini semakin banyak makna mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Ketika pebelajar mampu mengerti makna dari pengetahuan dan keterampilan akan menuntun pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Sebaliknya manakala mereka tidak mampu mengerti makna dari pengetahuan dan keterampilan maka secara pasti mereka kehilangan penuntun dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
        Pendekatan CTL adalah konsep belajar disamping membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk lebih kreatif serta membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usahanya sendiri dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru  ketika ia belajar. Oleh karena itu dikatakan bahwa pendekatan contextual teaching and learning (CTL) adalah pendekatan yang melibatkan tujuh kompenen utama pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.          
     Oleh karena itu aktifitas siswa dalam proses belajar adalah mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan baik lingkungan kelas maupun lingkungan sosial dilapangan. Untuk itu  peningkatan motivasi  dalam pembelajaran ekonomi melalui pendekatan menemukan ( inquiry ) merupakan sebuah selusi yang harus direalisasikan melalui penelitian tindakan kelas .
         Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, penulis mencoba mengajukan permasalahan:(1) Apakah pembelajaran dengan pendekatan menemukan ( inquiry ) dapat meningkatkan motivasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS 2. SMA Neg. 2 Bantaeng tahun ajaran 2008 – 2009. (2) Bagaimana keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok (3) Bagaimana keaktifan siswa dalam mencatat materi pelajaran ekonomi (4) Bagaimana keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah (5) Berapa banyak siswa yang mendapat nilai ulangan harian diatas 6,5.    
        Adapun tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran ekonomi serta mendorong prestasi belajar menjadi lebih baik. Khususnya  untuk mencapai ; (1) Sekurang-kurangnya 70 % siswa termotivasi  belajar ekonomi (2) Suasana kelas kondusif untuk pembelajaran ekonomi (3) Sekurang-kurangnya 90% siswa mengumpulkan hasil tugas (4) Sekurang-kurangnya 85% siswa mendapat nilai dari tugas yang dikerjakan (5) Sekurang-kurangnya 85% siswa mendapat nilai ulangan harian 65 ke atas  (rata-rata 6,5) . 
        Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi siswa, guru, sekolah, maupun untuk pengembangan kurikulum yakni: (1) Siswa  termotivasi sehingga senang belajar ekonomi dan dapat memperoleh pengalaman belajar (2) Guru dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran (3) Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, dan sebagai bahan acuan dalam menyusun program peningkatan efektifitas pembelajaran ekonomi pada tahap berikutnya (4) Merupakan upaya penyempurnaan Kurikulum (5) Hasil ulangan harian 85 % siswa mendapat nilai diatas 6,5.
MOTIVASI
            Motivasi jika diperhatikan pada setiap saat adalah  suatu dorongan yang bersumber dari dalam diri  bagi pebelajar pada setiap proses. Kehadirannya terkadang dipengaruhi oleh faktor internal, dan faktor eksternal. Dalam belajar diperlukan suatu motivasi menuju pemusatan perhatian ( minat ) agar apa yang dipelajari dapat dipahami menuju perkembangan pola pikir, Whitehead dalam Johnson ( 2007 ) mengatakan tidak ada perkembangan mental tanpa adanya motivasi,dan minat. Sebab motivasi, dan minat adalah penyebab lahirnya sebuah aksi. Sedangkan aksi atau tindakan membutuhkan  perhatian dan pemahaman. Ketika siswa termotivasi, dan berminat maka secara pasti  dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan perilaku ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan motivasi, menurut Johnson ( 2007 )  proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan baik secara berkelompok maupun mandiri. Makanya itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan; (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar, (4) mengarahkan perhatian kepada harapan siswa masa datang .
         Victor H. Vroom  ( dalam Gibson, 1996 ) menyebutkan bahwa motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai dari seseorang. Jika keinginan seseorang terhadap sesuatu dan harapan memperolehnya kuat, maka dorongan untuk mendapatkannya pasti kuat. Sebaliknya jika harapan untuk memperoleh kecil maka motivasi untuk memperolehnya juga rendah.
            Seiring dengan ungkapan Siagian (1995) Inti teori harapan terletak pada kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan. Ketika dikaitkan dengan proses belajar ekonomi maka  ada tiga variabel dalam sebuah harapan yaitu: daya tarik, hubungan antara prestasi belajar dengan imbalan ( penilaian ), dan hubungan ( kaitan ) antara usaha dan prestasi belajar.
            Yang dimaksud dengan daya tarik ialah sampai sejauh mana hasil yang diperoleh dalam bentuk imbalan memainkan peranan dalam pemuasan kebutuhan siswa yang belum terpuaskan. Sedangkan  kaitan antara prestasi belajar dengan  imbalan ( penilaian ) ialah tingkat keyakinan siswa tentang hubungan antara prestasi belajarnya  dengan hasil yang dicapai, Dan yang dimaksud dengan kaitan antara usaha dan prestasi belajar adalah persepsi pebelajar tentang kemungkinan bahwa usahanya akan menjurus kepada prestasi belajar.
            Dengan demikian maka siswa manpu membebasakan dirinya untuk menggunakan gaya belajar sendiri, maju dalam kecepatannya sendiri, termotivasi untuk mengembangkan bakat mereka dengan menggunakan kecerdasan majemuk yang mereka sukai. Sebab sulit diingkari bahwa siswa memiliki keunikan tersendiri, para siswa memiliki kecepatan yang berbeda-beda , begitu pula motivasi , minat , dan bakat yang sangat bervariasi sekalipun dengan pendekatan yang sesuai dengan keragaman itu  dapat  berpengaruh positif terhadap perubahan sikap siswa .
           Sikap adalah perilaku yang timbul sebagai tanggapan terhadap suatu obyek baik itu sifatnya positif atau negatif. Sarwono ( 1996 ) mengatakan, sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sekalipun menurutnya,  sikap dapat bersifat positif atau negatif. Bagi siswa bersikap positif, kecenderungan perilaku mendekati,  menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan Sikap negatif cenderung menjauhi, menghindari, membenci atau tidak menyukai obyek tertentu. Perbedaan tersebut sebagai akibat dari perkembangan siswa itu sendiri. Lain halnya Sutarno ( 1993 ) memandang bahwa; (1) sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk oleh lingkungan sepanjang perkembangannya, (2) sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu sikap dapat dipelajari, (3) sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan dengan suatu obyek, (4) obyek suatu sikap dapat tunggal dan jamak (5) sikap mengandung motivasi.
       Berdasarkan pendapat tersebut, jelaslah bahwa sikap adalah suatu tindakan terhadap suatu obyek sebagai akibat dari adanya korelasi antara perasaan, keinginan, dan keyakinan untuk mencapai tujuan. Kaitannya dengan motivasi belajar sangat erat. Sebab ketika siswa termotivasi terhadap sesuatu maka cenderung berperilaku positif. Begitupula  pelajaran yang mereka hadapi maka secara pasti mereka mendekati, kemudian tekun belajar. Whitehead dalam Johnson ( 2007 ) mengatakan tidak akan ada perkembangan mental tanpa adanya motivasi. Karena motivasi adalah dasar dari perhatian dan pemahaman karena didorong oleh harapan untuk memperoleh kepuasan, kemudian melahirkan keterampilan. Ketika siswa memiliki ketiganya maka mereka sudah pasti memiliki kemandirian untuk mengaplikasikan kemanpuan mereka pada setiap kegiatan baik kegiatan yang sifatnya individu maupun kegiatan kelompok. Sekalipun motivasi itu bukan prestasi belajar tapi mempengaruhi proses untuk mencapai prestasi belajar.   
BELAJAR         
         Belajar menurut para ahli pendidikan adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Ketika kita sepakat dengan  pengertian belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan tapi lebih penting adalah  perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran bermutu. menyenangkan dan mencerdaskan siswa melalui pendekatan kontekstual. Karena CTL mengajak para siswa membuat hubungan – hubungan yang mengungkapkan makna . Hal inilah sehingga dikatakan CTL memiliki potensi untuk membuat para siswa termotivasi untuk  belajar ( Johnson 2007 ). Sehingga pada gilirannya siswa disamping dapat memiliki  pengetahuan yang mereka pelajari, dan juga sekaligus mengerti penerapannya dalam situasi kehidupan nyata mereka pada saat yang sama.  
          Menurut Usman ( 1996 ) dalam menciptakan kondisi belajar mrengajar sedikitnya ditentukan oleh lima variable, yaitu: (1) menarik minat dan perhatian siswa, (2) melibatkan siswa secara aktif, (3) membangkitkan motivasi siswa, (4) perinsif individualitas, serta  (5) peragaan dalam pengajaran.  
          Berangkat dari ungkapan bahawa, belajar merupakan suatu proses  perubahan tingkah laku pada diri seseorang menuju  perilaku  lebih  baik. Suryabrata  ( 2002 ) mengatakan  bahwa  belajar  adalah  proses  terjadinya  perubahan dimana pebelajar  memperoleh  kecakapan  baru  melalui  usaha  belajar tersebut. tentunya perubahan itu terjadi  dalam  bidang  keterampilan, kebiasaan, sikap positif , pengertian, pengetahuan  atau  apresiasi. Begitupula Crombach dalam ( Suryabrata,  2002 )  learning  in  shown  by  a  changes   in  behavior as a result of experience . Belajar  menurutnya  adalah    mengalami kemudian  dalam mengalami itu pebelajar memperagakan pancainderanya.
          Dengan dasar tersebut sehingga wajarlah kalau dikatakan bahwa belajar Pada hakekatnya adalah kegiatan manusia untuk mencari pengalaman dalam   usahanya untuk memecahkan persoalan-persoalan hidupnya, dalam bentuk   perubahan perilaku sebagai  hasil dari proses belajar, baik terencana maupun  tidak  terencana menuju kedewasaan. Freire ( 2007 ) mengatakan, belajar adalah sebuah bentuk penemuan kembali ( reinventing ), penciptaan kembali ( recreating ), penulisan ulang ( rewriting ), dan merupaka tugas seorang subyaek, bukan obyek.         
          Winkel ( 1998 ) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental / psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan sebagai produsen perubahan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan nilai sikap, sekalipun sifatnya relatif konstan dan berbekas. Lebih singkat lagi ungkapan Roth ( alam pasaribu,1983 ) bahwa belajar dari segi ilmu mendidik berarti perbaikan-perbaikan perilaku siswa dalam menuai prestasi. Karenanya dengan belajar siswa akan mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.
         Kaitannya dengan belajar ekonomi, siswa diharapkan memiliki pemikiran kedepan, mampu beradaptasi dengan lingkungannya serta memiliki kemampuan emosional (EQ). Makanya itu metode berpikir sistimatis dan terstruktur dengan baik merupakan suatu kebutuhan. Hal ini penting dalam menghadapi persaingan diberbagai aspek kehidupan. Proses pendewasaan pemikiran terutama dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab dibidang ekonomi, dan keuangan, baik ketika menjadi pelaku ekonomi swasta, pemerintah, maupun organisasi masyarakat .
         Pelajaran ekonomi pada SMA berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenytaan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teoiri serta berlatih memecahkan masalah ekonomi yang terjadi dilingkungan masyarakat. ( Depdiknas 2001 ). Untuk itu siswa diharapkan untuk mengetahui dan mengerti peristiwa  dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan setingkat idividu / rumah tangga, desa kecamatan, kabupaten ,propinsi, nasional, regional dan internasional. Selain itu membekali konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilu ekonomi, dan nilai-nilai serta etka ekonomi baik untuk kepentingna pada jenjang pendidikan selanjutnya, maupun utnuk kepentingan wirausaha.
         Dilihat dari segi ketuntasan belajar, pelajaran ekonomi diharapkan siswa dapat memahami peristiwa dan permasalahan dasar ekonomi dan menentukan pilihan pemenuhan kebutuhannya dengan sumber daya tersedia. Selajutnya memahami peristiwa ekonomi pokok ( produksi, konsumsi, dan distribusi ) baik yang terjadi dilingkungan sekitarnya mauput dilingkungan yang lebih luas. Begitupula konsep – konsep ekonomi yang dibutuhkan untuk memperdalam ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya. Terpenting lagi mampu mengidentifikasi permaalahan ekonomi yang terjadi didaerahnya walupun secara sederhana, serta manpu mencari alternatif pemecahannya, melalui aplikasi nilai-nilai etika ekonomi/bisnis dan jiwa wirausaha yang mereka miliki. Oleh karena itu pemahaman kurikulum mengenai misi, perspektif dan pendekatan masing-masing satuan kompetensi dasar yang harus dicapai adalah merupakan tugas utama bagi setiap guru. Bahkan sampai pada pengelolaan pembelajaran sesuai dengan potensi daerah, kondisi sekolah, mendorong siswa agar lebih memamfaatkan sumber-sumber belajar baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitarnya sebagaimana yang tertuang dalam hakekat pembelajaran berbasis CTL. Sebab kematangan pemahaman konsep akan mengarah pada pembentukan prilaku inovatif dan kreatif.            
          Melalui pelajaran ekonomi  dengan pendekatan menemukan ( inqiry ), maka siswa diharapkan mampu membentuk pola pikir sistimatis dengan proses belajar terus menerus dan berkesinambungan sekalipun tampa dibimbing oleh seorang pemandu atau guru. Disamping itu siswa diharapkan mampu memahami dan menjeneralisasikan mengenai pola laku dan pola tindak yang ada kaitannya dengan kehidupan mereka sehari – hari.  Pada akhirnya belajar ekonomi merupakan proses internal dengan mengarahkan segenap potensi fisik, psikologis, sehingga melahirkan kemampuan dibidang ekonomi guna memecahkan seluruh persoalan baik sekarang maupun masa datang dengan harapan terjadinya suatu perubahan perilaku menuju kedewasaan. Sekalipun harus disadari bahwa belajar terkadang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
         Nasution ( 1993 ) memandang  belajar itu bukanlah suatu aktifitas yang berdiri sendiri, tapi ada unsur-unsur lain ikut terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yakni; (1) faktor internal siswa terdiri dari jasmani dan rohani, (2) faktor eksternal seperti kondisi lingkungan, dan (3) faktor pendekatan belajar meliputi strategi dan cara belajar. Keterkaitan dari seluruh faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, seperti siswa bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung memilih pendekatan belajar paling sederhana dan tidak mendalam. Berbeda dengan siswa progressif disertai dengan dorongan orang tua secara positif akan memilih pendekatan belajar lebih mementingkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Dengan demikian muncullah siswa kreatif, inovatif, berprestasi tinggi, atau rendah, atau gagal sama sekali. 
         Keberagaman beberapa pengaruh baik itu dampaknya kecil maupun berdampak besar, maka peran dan fungsi asfek internal akan membangkitkan semangat bahwa kegiatan belajar ekonomi sebagai perwujudan dari gejolak pribadinya, akan melahirkan motivasi untuk melaksanakannya. Pada sisi eksternal agar lingkungan belajar siswa dapat mendukung  terciptanya suasana belajar efektip. Begitupula pendekatan belajar kearah peningkatan kualitas proses pembelajaran, dan hasil   belajar maksimal. Sebab proses dan hasil ibarat dua sisi mata uang, manakala yang satu tidak berfungsi maka sisi lainnya juga tidak bermakna. Begitupula proses tanpa orientasi hasil maksimal maka secara pasti mereka tidak termotivasi  untuk belajar .
         Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Akan tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Olehnya itu anak belajar dari mengalami, yakni mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.  Makanya itu para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subject matter). Mengapa dikatakan demikian sebab pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Suatu hal yang tak bisa diingkari bahwa manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Karenanya dalam pembelajaran, siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Bahkan proses belajar diharapkan dapat mengubah struktur otak secara terus menerus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.    
           Rukadjat ( 1973 ) mengatakan proses adalah cara-cara atau langkah-langkah khusus untuk mencapai beberapa perubahan sesuai keinginan dan kebutuhan. Oleh karena itu proses belajar berarti sebagai suatu  tahapan  perubahan perilaku kognisi (keyakinan), afeksi (perasaan), konasi (kecenderungan), kearah lebih baik dari sebelumnya. Perubahan tersebut muncul melalui fase-fase antara satu dengan lainnya bertahan secara berurutan dan fungsional. Jerome s ( dalam Muhibbin 2000 ) berpendapat bahwa proses pembelajaran siswa menempu tiga episode atau fase yakni; (1) tahap penerimaan materi, (2) tahap pengubahan materi, (3) tahap penilaian materi pelajaran.
         Tahapan penerimaan materi, seorang siswa sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Sementara dalam materi tersebut disatu sisi  berfungsi  sebagai  penambah  ilmu. Sisi lainnya berfungsi memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan sebelumnya.  Singkatnya, ada statis ada dinamis. Fase pengubahan materi pelajaran, setelah menerima imformasi maka pebelajar menganalisis, mengubah menjadi bentuk abstrak konseptual supaya kelak dapat dimamfaatkan untuk kepentingan kemajuan pada masa datang. Tahap evaluasi ( penilaian ) siswa dapat menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan mereka peroleh dan tingkat kemampuan mereka dalam memecahkan berbagai masalah baik sekarang maupun masa datang. Hal ini dapat terwujud manakala imformasi yang diterima tersimpan kemudian mendapatkan kembali pada saat mereka butuhkan.
PENDEKATAN  KONTEKSTUAL
         Johnson (2007), mengatakan bahwa hakekat pendekatan kontekstual terdiri dari tiga kata yakni; makna, bermakna, dan dibermaknakan. Oleh karena itu pengelolaan proses pembelajaran terutama guru sebagai petugas terdepan  diharuskan menempuh  tujuh cara yakni: (1) pembelajaran berbasis problem, (2) menggunakan konteks yang beragam, (3) mempertimbangkan keberagaman siswa, (4) memberdayakan siswa untuk belajar mandiri, (5) belajar melalui kolaborasi, (6) menggunakan penilaian autentik, (7) mengejar standar tinggi .              
            Pendekatan konkestual  ini membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang  diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan model pembelajaran ini motivasi dan minat belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
            Kedudukan guru dalam penerapan CTL adalah (1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa  belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan menemukan untuk semua topik, (3) mengajukan pertanyaan guna mengembangkan sifat ingin tahu siswa, (4) melakukan pembelajaran kelompok dalam rangka menciptakan masyarakat belajar, (5) menunjukkan beberapa contoh, bahkan kalau perlu menghadirkan model sebagai contoh  pembelajaran (6) melakukan refleksi disetiap akhir pertemuan tiap siklus, (7) melakukan penilaian yang sebenarnya, baik dalam proses maupun diluar proses agar supaya pebelajar dapat merasakan makna dari pembelaajaran yang mereka lakukan.
PENDEKATAN MENEMUKAN ( INQUIRY )
          Pembelajaran dengan pendekatan inquiry pada hakekatnya adalah merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru diharuskan selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan . Topik mengenai tenaga kerja dan pembangunan ekonomi ditemukan sendiri oleh siswa, dan bukan menurut buku. Akan tetapi melalui observasi ( observation ), bertanya ( questioning ), mengajukan dugaan (hipothesis ), pengumpulan data ( data gathering ), dan penyimpulan ( conclussion )             
            Dirjen Dikdasmen ( 2003 ) Tertulis bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Olehnya itu suatu keharusan bagi guru dalam merancang pembelajaran khususnya pembelajaran ekonomi merujuk pada kegiatan menemukan, baik cara penyelesaian soal-soal ekonomi didalam buku  referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang  mereka hadapi, maupun mencocokkan kunci jawaban yang disediakan oleh guru pada setiap buku referensi. 
           Roestiyah ( 2001 ) mengatakan, agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Selain tiu diharapkan siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Apatah lagi kalau diharapkan mereka mampu berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya yang benar. Maka pelaksanaan inquiry  menurut Rostiyah ( 2001 )  sebagai berikut: ( 1 ) guru mempersiapkan  permasalahan yang akan dikaji di kelas, ( 2 ) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing – masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan,  kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya didalam kelompok, ( 3 ) Setelah hasil kerja kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik, ( 4 ) Akhirnya hasil kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas, ( 5 ) Dari sidang plenolah kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Kesimpulan terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan.
            Adapun keunggulan pendekatan inquiry  menurrut Roestiyah ( 2001 ) adalah : ( 1 ) dapat  membentuk dan mengembangkan “sel – consept” pada diri  siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide – ide lebih baik, ( 2 ) membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, ( 3 ) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya  sendiri,  bersikaf obyektif, jujur, dan terbuka, ( 4 ) mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri, ( 5 ) memberi kepuasan yang bersifat intrinsik,( 6 ) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang, ( 7 ) dapat mengembangkan bakat atau kecakapan indifidu, ( 8 ) memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri, ( 9 ) siswa dapat menghindari siswa dari cara – cara brelajar yang tradisional, ( 10 ) dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 
PENDEKATAN INQUIRY  DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI
          Berdasar dari uraian tersebut maka  langkah - langkah pelaksanaan kegiatan menemukan ( inquiry ) sebagai berikut: (1) merumuskan masalah upaya perluasan kesempatan kerja, peningkatan kualitas kerja, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi, (2) mempersiapkan soal – soal dengan kunci jawaban, siswa mengamati atau melakukan observasi mengenai kunci jawaban tersebut diberbagai buku ekonomi yang berkaitan dengan permasalahan, dan kunci jawaban,(3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen, (4) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok, (5) Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi, (6) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif  berisi penemuan, baik di kelas maupun diperpustakaan untuk pembelajaran ekonomi, (7) siswa menganalisis bersama kelompoknya dan menyajikan hasil kerjanya dalam tulisan, gambar mengenai prosedur perluasan keempatan kerja, peningkatan kualitas kerja, faktor – faktor pendorong / penghambat pembangunnan dan pertumbuhan ekonomi, (8) Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok, (9) pebelajar membuat laporan dan  mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kelompok pada  teman sekelas, (10) Guru, peneliti silih berganti mengamati, membimbing, dan memotivasi siswa untuk mengusulkan pendapat, (11) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan, (12) Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman  siswa dari hasil pembelajaran tersebut. (13) Penutup; setiap akhir pertemuan guru menyisakan waktu untuk meminta tanggapan mengenai kegiatan ( refleksi ) pembelajaran yang baru saja dialami.      
         Adapun penelitian sebelumnya adalah Bisa Agus (2002) penelitiannya, dengan  judul   pengaruh  latar  belakang  pendidikan  dan motivasi   belajar terhadap  tingkat  keterampilan teknik pada siswa BLK 1 Makassar, bahwa motivasi belajar   berpengaruh   positif   dan    signifikan   terhadap   tingkat  keterampilan teknik siswa BLK 1 Makassar. Selanjutnya Khotimah (2002) dalam kajiannya mengenai  pengaruh partisipasi orang tua dan motivasi belajar belajar terhadap prestasi  belajar  siswa Madrasah Aliyah Negeri Kab. Tulung agung dengan salah satu kesimpulannya terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN
       Setting Penelitian, Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tindakan kelas (PTK) dengan istilah Classroom Action Research (CAR) karena penelitian kualitatif, maka penelitian ini didasarkan pada data alamiah berupa kata-kata dalam mendeskripsikan obyek terteliti. Penelitian ini dilaksanakan SMA Negeri 2 Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan semester ganjil tahun ajaran 2008/2009, sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ). Dengan subyek; siswa kelas XI IPS 2 semester ganjil SMAN. 02 Bantaeng yang jumlahnya 42 orang sebagai sumber data. Selain itu guru dan peneliti bersama kolaborator. Kelas ini dipilih karena baik tingkat kemampuan akademik meupun latar belakang sosial kehidupannya siswa sangat heterogen.
       Selajutnya, variabel yang akan diselidiki adalah motivasi belajar, dan hasil belajar dengan pendekatan inquiry dengan pokok bahasan ketenagakerjaan, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan definisi operasional; (1) Motivasi adalah dorongan baik dari dalam maupun dari  luar untuk belajar sehingga terjadi suatu proses menuju peningkatan hasil belajar, (2) Belajar Pada hakekatnya  adalah  kegiatan manusia untuk mencari pengalaman dalam usahanya untuk    memecahkan   persoalan-persoalan  hidupnya,  agar kelak akan mengantar indifidu kearah kedewasaan, (3) Hasil belajar adalah perolehan nilai dari proses belajar pada setiap mata pelajaran atau setiap pokok bahasan yang diwujudkan dengan nilai huruf atau angka, (4) Pembelajaran dengan pendekatan inquiry pada hakekatnya adalah merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
        Adapun tekhnik pengumpulan data adalah, Melalui siklus – siklus tersebut, pengumpulan data digunakan tekhnik observasi , wawancara , dan lembar kerja siswa(LKS), dan mencari jawaban pada buku referensi ekonomi yang relevan diperpustakaan. Selain itu melalui observasi dengan langkah-langkah; (1) pengamatan terhadap aktivitas kearah peningkatan motivasi dan pemahaman terhadap pentingnya mengetahui angkatan kerja, tenaga kerja, ksempatan kerja, kualitas kerja, pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi (2) pengamatan terhadap keingin tahuan siswa terhadap tenaga kerja dan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, (3) pengamatan terhadap aktivitas dalam kesiapan mewakili kelompok dalam penyajian  hasil kerja kelompok dalam sidang pleno, (4) pengamatan terhadap kegiatan diskusi kelompok pada saat pembahasan dan pengkajian kunci jawaban yang ditugaskan, (5) pengamatan terhadap kegiatan pengumpulan data mengenai kesempatan kerja dan kualitas kerja yang telah ditugaskan, (6) pengamatan terhadap kegiatan pada saat kerja kelompok. (7) pengamatan pada saat mengembangkan konsep dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain.
         Pelaksanaan observasi dilaksanakan berdasarkan langkah tindakan pembelajaran pada tiap tahap. Urutan langkah tersebut, pengamatan terhadap beberapa kegiatan yakni; (1) pada saat diskusi mengenai pengertian tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja, (2) diskusi mengenai perbedaan mendasar pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, (3) upaya mengatasi pengangguran, (4) langkah – langkah untuk meningkatkan kualitas kerja, (5) memeriksa hasil kerja kelompok, (6) pemeriksaan hasil kerja individu yang ditugaskan oleh guru .
     Tekhnik wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru dikelas. Wawancara diarahkan untuk melengkapi data observasi, meminta tanggapan siswa dan guru pada setiap tahap kegiatan pembelajaran ekonomi. Pada tahap kerja kelompok dalam menyelesaikan LKK. Wawancara tersebut difokuskan pada tanggapan siswa tentang; (1) apresepsi dan motivasi, tanya jawab mengenai pengertian tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, (2) pemahaman terhadap pentingnya untuk mengetahui dmpak pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi, (3) penulisan terhadap jenis pekerjaan yang tersedia baik formal maupun nonformal yang ada di Kab. Bantaeng, (4) pembuatan urutan pekerjaan yang telah disebutkan. 
              Wawancara difokuskan pada; (1) tanggapan  mengenai hasil kerja kelompok lain, (2) merevisi sendiri hasil kerja kelompoknya bersama guru pembimbing dan peneliti, (3) menuliskan kembali hasil revisi.
              Studi dokumentasi mengenai rencana pembelajaran guru, dan memeriksa hasil pekerjaan siswa. Penugasan, penyajian hasil kerja kelompok melalui pleno. Untuk menilai sejauh mana motivasi  siswa terhadap pembahasan masalah yang telah ditugaskan. Penugasan dimulai dari tahap untuk menemukan bahasan yang sesuai dengan kunci jawaban dari soal dan jawaban yang ditugaskan, tekhnik penugasan dengan menggunakan instrumen berupa lembaran yang terdiri dari: (1) lembar soal dan kunci jawaban yang akan dibahas didalam buku referensi diperpustakaan, (2) lembar kerja siswa (LKK. 1 ) mengenai Kesempatan kerja, (3) LKK 2 mengenai peningkatan kualitas tenaga kerja, (4) LKK 3, pembangunan ekonomi ( 5 ). LKK 4. Mengenai pertumbuhan ekonomi . 
 Adapun alat pengumpulan data; (1) pedoman observasi adalah format khusus sebagai pedoman untuk memperoleh data dari dokumen tertulis, proses pembelajaran maupun hasil belajar. (2) Pedoman wawancara adalah format untuk memperoleh data atau memperoleh klarifikasi dari guru tentang data-data yang dianggap belum jelas. Format ini juga digunakan untuk meminta tanggapan siswa tentang proses pembelajaran yang telah dilaksanakan atau untuk meminta klarifikasi tentang hal-hal yang belum terekam dalam format observasi, (3) lembar kerja siswa (LKS) adalah format khusus untuk mengerjakan soal latihan, (4) lembar soal beserta kunci jawaban untuk dicocokkan, dan dibahas melalui  buku referensi ekonomi yang relevan  dengan permasalahan. 

Untuk melihat keabsahan sebuah data penelitian, maka setiap peneliti diharuskan mempersiapkan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur  output dari proses. Oleh karena itu  peneliti dan kolaborator saling mengecek/ menilai kemudian memutuskan manpu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur ( validitas ), dan konsisten ( reliabilitas ) atau tidak  alat pengumpul data dalam penelitian. Makanya proses kolaborasi dalam penelitian senantiasa dimantafkan. Selain itu dengan menggunakan berbagai sumber data guna meningkatkan kualitas penelitian yakni; data dari guru, data dari siswa itu sendiri baik dalam proses maupun diluar proses pembelajaran. Selanjutnya kritikan setiap siklus sebagai refleksi tetap dipertahankan guna peningkatan mutu pengambilan keputusan. Kemudian terpenting lagi manakala peneliti memang betul-betul ingin melakukan suatu perubahan baik dari segi proses pembelajaran maupun peningkatan hasil belajar siswa .
Setelah data terkumpul maka dilanjutkan dengan menyeleksi data guna memperoleh data yang valid dan reliabel yakni: menentukan relevansi dengan masalah yang ingin dipecahkan dengan harapan agar dalam menganalisis hasil PTK tidak menyulitkan peneliti, atau dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya.
Adapun tekhnik analisa data menurut Miller & Herman dalam aqib (2006) digunakan model alur, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahapan analisa data tersebut dapat terjadi secara bersamaan dan berulang selama penelitian dan sesudah tindakan penelitian dilakukan . Begitupula Zuriah Nurul ( 2003 ) penggunaan analisis statistik dalam rangka memberikan gambaran tentang data hasil penelitian kualitatif melalui pemberian skor. Terutama untuk mengetahui  motivasi belajar, hasil belajar, ketepatan dalam menyelesaikan tugas – tugasnya baik kelompok maupun perorangan, ketepatan waktu menyetor pekerjaan rumah , serta keaktifan siswa baik dalam proses maupun diluar proses pembelajaran dengan melihat catatan ekonomi terutama pokok bahasan yang menjadi obyek kajian .
Reduksi data dilakukan setelah data dikumpulkan melalui kegiatan observasi, penugasan, dan wawancara. Kemudian dilanjutkan dengan penyeleksian ( reduksi ), pengkodean, dan pengklasifikasian data. Data yang terkumpul diseleksi sehingga diperoleh data yang valid sesuai dengan tahapan pelaksanaan tindakan. Data – data yang valid, relevan dengan masalah penelitian dianalisis guna pengambilan kesimpulan.
Untuk memudahkan proses analisa data, maka setelah diseleksi sesuai dengan perolehan data dan diberi kede. Hanya saja harus disadari bahwa pengklasifikasian dan pemberian kode data diatur sesuai dengan jenis data perolehan . Pengklasifikasian dan pemberian kode tersebut : (1) data proses penyajian materi ekonomi diberi kode (pros. Peny. M.A) , tahap pembentukan kelompok diberi kode (pemb.klpk ), data proses kerja kelompok (pros.kerj.klpk) , dan (2) data peleno hasil kerja kelompok ( pen.yang hk.klpk) , data pemberian tanggapan terhadap penyajian  kelompok lain ( penilaian sejawat ) diberi kode ( penil.sej.).
Kegiatan reduksi data terhadap semua data perolehan dari seiap tindakan penelitian. Acuan pereduksian data adalah masalah penelitian dan sesuai dengan kebutuhan data, sebab untuk menjelaskan masalah terteliti.
Setelah reduksi data, serta penetapan data terpilih, kemudian disajikan melalui pemaparan seluruh data terpilih. Pada tahapan ini, data penelitian sudah terorganisir dalam bentuk satuan-satuan imformasi sesuai dengan jenis masalah.
 Penulisan, penyajian, dan penilaian disajikan secara terstruktur dan sistimatis. Selain itu tergambar pula perkembangan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran ekonomi  pada pokok bahasan tenaga kerja, petumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi. Begitupula kesulitan, serta hambatan selama proses pembelajaran baik siswa, maupun guru. Sungguh pun demikian sangat diharapkan penyajian data secara cermat agar penarikan kesimpulan, peneliti tidak mengalami kesulitan. Refleksi data pada sajian tiap siklus menjadi dasar utama bagi penyempurnaan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara penafsiran makna penyajian data. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak terlalu melenceng keluar dari harapan maka sebelum kesimpulan akhir peneliti melakukan kesimpulan sementara. Hasil penafsiran makna data tersaji akan diverifikasi melalui pengujian keabsahan data untuk memperoleh simpulan akhir agar dapat dipercaya sesuai dengan ketentuan. Jelasnya rambu-rambu analisis data disesuaikan dengan jenis dan sumber data yang akan dianalisis.
Berdasar dari hasil pengelompokan data negatif dari pebelajar, ternyata ditemukan bahwa  siswa di kelas tesebut disinyalir motivasi belajarnya rendah yang diakibatkan dari pendekatan dalam pembelajaran ekonomi kurang variatif.
Dengan dasar tersebut sepakatlah antara peneliti dengan kolaborator untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan kegiatan sebagai berikut: (1) menyusun skenario pembelajaran, (2) menyusun pedoman observasi, (3) menyusun pedoman wawancara, (4) menyusun LKS/LKK, (5) menentukan bentuk soal, (6) menentukan berapa pertemun tiap siklus, dan berapa siklus yang akan ditempuh, (7) manentukan jadwal kegiatan, dan pendekatan dalam pembelajaran. Disepakati bahwa PTK dengan pendekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi, dilaksanakan tiga siklus, dan setiap siklus tiga kali pertemuan termasuk didalamnya studi pendahuluan.
        Adapun prosedur pengumpulan data penelitian melalui (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan, (5) evaluasi dan (6) perefleksian. Prosedur tersebut dilaksanakan berdaur ulang (siklus), yang dilakukan dalam tiga siklus. Tiap siklus tiga kali pertemuan.
       Setelah dilakukan pengkajian reflektif yang didasar pada pendapat guru, dan melakukan kajian teoritis, maka ditetapkan tindakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar ekonomi dengan pendekatan inquiry. Kegiatan ini dilaksanakan akhir juli  2008 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Bantaeng.
.





HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A . Hasil Penelitian
Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan setelah instrumen penelitian telah dipersiapkan . Instrumen tersebut diantaranya lembar observasi kegiatan pembelajaran, baik lembar observasi siswa , maupun lembar observasi guru .Pelaksanaan tindakan dibagi dalam tiga siklus secara berkelanjutan .
1.   Deskripsi kondisi awal siswa
      Deskripsi kondisi awal responden atau subyek penelitian ini meliputi : jenis  kelamin , motivasi belajar siswa , serta hasil belajar  siswa kelas XI IPS.2 SMA Negeri 2 Bantaeng tahun ajaran 2008/2009 semister ganjil
a.  Jenis kelamin
             Berdasar data yang dihimpun melalui absen kelas, diperoleh jumlah responden 42 orang siswa kelas XI IPS.2  yang dijadikan sebagai subyek penelitian kali ini . Kemudian dari 42 orang tersebut 30 orang siswa ( 71,43 persen ) jenis kelamin laki-laki dan 12 orang siswa (28,57  persen) jenis kelamin perempuan.Ternyata setelah dilakukan pengecekan ulang ada 4 orang sejak naik kelas XI IPS  mereka tidak pernah muncul ,tidak lama kemudian setelah dikonsultasikan bersama wali kelasnya maka dinyatakan bahwa siswa tersebut pindah .    
b.   Motivasi Belajar
             Berdasar dari hasil wawancara mengenai materi pelajaran ekonomi ternyata sebagian besar masih menganggap bahwa pelajaran tersebut tidak terlalu penting terutama pada pokok bahasan ketenaga kerjaan dan pembangunan ekonomi . Hal ini lebih dibuktikan lagi hasil pre tes menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih sangat rendah . Begitupula tingkat pemahaman mengenai pokok bahasan tersebut  . Terbukti ketika ditanyakan mengenai pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi mereka pasif . Apalagi ketika diberi tugas untuk mencari permasalahan pembangunan dibeberapa buku ekonomi diperpustakaan mereka menganggap sebuah penyiksaan . Selain itu tes tertulis dari 5 nomor pertanyaan hanya 1 nomor yang mampu dijawab dengan benar. Selebihnya masih belum mampu dijawab dengan benar.Agar lebih jelas perhatikan tabel 1 berikut.
   Tabel 1.Deskripsi hasil belajar studi pendahuluan

NO

Interval

Kategori & Simbol

F

%
1
2
3
4
5
86  -  100
76  -   85
66   -   75
56 ---65
0   -   55
Amat Baik  (A)
Baik  (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
0
0
2
4
32
0
0
5,3
10,5
84,2

Jumlah

38

100,0

Gambaran tersebut diatas menunjukkan bahwa 32 orang (84,21 persen) masih memiliki nilai kurang sekali , 4 orang (10,5  persen ) kurang . Sedangkan rata-rata hasil belajar 4,8 alias lebih rendah dari nilai enam  < 6.         
             Setelah selesai pengecekan secara keseluruhan maka peneliti bersama kolaborator bekerja sama untuk menyusun instrumen yang terdiri dari ; lembar observasi, skenario pembelajaran, dan lembar kerja kelompok (LKK). Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang dibagi menjadi tiga siklus. Tiap siklus terdiri tiga kali pertemuan secara berdaur ulang.
             Pada awal tindakan guru adalah ; (1) memperkenalkan bagaimana cara menemukan sendiri ( inquiry ) masalah dalam pembelajaran ekonomi kepada siswa , (2) mengajak siswa agar mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan inquiry dengan selalu kritis , kreatif dalam memahami konsep ketenagakerjaan terutama pada peningkatan kualitas tenaga kerja , (3) membimbing siswa agar dapat memahami konsep tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja  yang disajikan guru dengan menggunakan pendekatan inquiry , (4) memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan ide-ide , dan pertanyaan pada setiap bahasan yang belum jelas , (5) tidak terlupakan selingan variasi bahasa guna mengurangi ketegangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran . Selain itu peneliti dan kolaborator bersifat ramah , sabar , komunikatif , penuh perhatian terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, (6) memberi pujian kepada siswa yang berhasil memahami suatu permasalahan atau memjawab dengan benar pertanyaan guru , begitupula memberi semangat bagi siswa yang belum berhasil , (7) menugaskan siswa untuk bekerja mandiri dengan menggunakan soal – soal yang sudah tersedia kunci jawabannya untuk dicocokan pembahasannya pada buku ekonomi yang telah ditentukan , dan bahasan tenaga kerja , kualitas tenaga kerja , pertumbuhan ekonomi , dan pembangunan ekonomi . Siswa diminta secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran , dan bukan hanya penerima imformasi secara pasif .
2.. Siklus pertama .
Pada siklus ini , tindakan kelas guru membuat skenario pembelajaran agar motivasi siswa senantiasa meningkat sesuai dengan harapan , selain itu guru berusaha bersikap rama , komunikatif , sabar , dan simpati terhadap siswa . Dengan pendekatan iquiry  guru senantiasa berupaya mengoptimalkan kegiatan belajar guna peningkatan motivasi belajar siswa , dan  siswa dapat mencari , mengolah sendiri melalui buku referensi ekonomi diperpustakaan . Kemudian hasil kajiannya didiskusikan bersama kelompoknya . Dengan meningkatnya motivasi , kreatifitas siswa , maka pada gilirannya siswa akan lebih mudah memahami serta menerapkan konsep ketenagakerjaan dan pembangunan , baik pada pokok bahasan tenaga kerja , kualitas tenaga kerja , pertumbuhan ekonomi , pembangunan ekonomi .maupun pada pokok bahasan lainnya . Sehingga pada gilirannya hasil belajar ekonomi akan ikut meningkat .
Perencanaan tindakan ;(1) Siswa akan diminta belajar dari teman melalui kerja kelompok , diskusi , saling mengoreksi dalam  kelompok untuk mengerjakan LKKS tenaga kerja dan kualitas kerja , (2)Guru akan membagikan LKKS kepada tiap kelompok , (3) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok , (4)Guru akan membuat catatan pribadi ( catatan lapangan ), (5) Guru akan memberikan tes kepada siswa
    Pelaksanaan tindakan  26 jjuli  2008 , semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran. Dilihat dari segi siswa , motivasi belajar mulai meningkat , hal ini dibuktikan bahwa perhatian siswa tertuju pada imformasi guru mengenai tujuan , dan manfaat  pendekatan inquiry dalam rangka  pendewasaan  berpikir  siswa . Beberapa siswa mulai aktif dengan menanggapi pertanyaan atau mengajukan pertanyaan . Sekalipun pada siklus pertama ini volume siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai ekonomi masih sedikit . Terbukti dari hasil pengamatan mengenai keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat peleno  dengan pendekatan inquiry sebagai berikut ;
Tabel  2. keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat      peleno  Siklus I

NO

Keaktifan & Simbol

F

%

1
2
3
4

Aktif   (A)
Cukup Aktif (CA)
Kurang aktif (KA)
Tidak aktif (TA)

3
10
19
6

7,89
26,32
     50.00
15,79

Jumlah

38

100,0





 



Berdasar dari tabel 2 mengenai keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok masih bervariasi siswa aktif barulah 3 orang ( 7,89 persen ) dari 38 siswa ,  sedangkan cukup aktif 10 orang ( 26,32 persen )dari 38 siswa , dan kurang aktif sebanyak 19 orang ( 50  persen ) dari 38 siswa ,dan tidak aktif 6 orang (15,79 persen) karena mereka tidak hadir .
           Selanjutnya mengenai penyelesaian tugas – tugas PR juga mengalami hal serupa terlihat pada tabel berikut :
Tabel. 3 . Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas PR pada siklus 1

NO

Siswa yang menyetor tugas PR

F

%
1
2
3
Tepat waktu (Tw)
Terlambat (TL)
Tidak menyetor(TM)
6
10
22
15,79
26,32
57,89

              Jumlah

38

100







                     Melihat tabel 3  diatas , 22 orang siswa (57,89 persen) tidak menyetor tugas PR  , dari 22 orang tersebut 6 orang memang tidak ikut pembelajaran .Sedangkan 10  orang (26,32 persen) terlambat , menyetor tepat waktu 6 orang ( 15,79 persen ) . Dari 16  tugas yang disetor tersebut mendapat nilai masih bervariasi ,  terdapat 3 orang (18,75) persen bernilai baik , 9 orang (56,25) persen memperoleh nilai cukup , 1 orang ( 8,25 ) persen dari 16 orang , sedang mendapat nilai sangat kurang 3 orang ( 18,75 ) persen dari 16 siswa ,  hal ini  terlihat sebagai berikut :
Tabel 4 . Distribusi Frekwensi nilai tugas PR yang disetor .Siklus I
NO
Interval
Kategori &Simbol
f
%
1
2
3
4
5
86  -100
76  -  85
66  -  75
56  -  65
0  -   55
Amat Baik (A)
Baik  (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
0
3
9
1
3
0
18,75
56,25
  8,25
18,75
Jumlah
16
100,00
Rata-rata nilai 69,75 (6,98)
Pengamatan, berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya pembelajaran dengan  yang main-main sambil melihat kelompok lain pada saat mendiskusikan hasil kajian kelompoknya diperpustakaan . Sementara itu seorang siswa pasif, karena ia murid terlambat hadir dikelas sehingga informasi awal tidak dimengerti . Begitupula ketidak aktifan yang lainnya karena mereka senantiasa diliputi keragu – raguan atau takut salah . Olehnya itu  Guru memotivasi supaya aktif berinteraksi dengan kelompoknya . Pada setiap kelompok paling antusias menyelesaikan tugas rata-rata 2-3 orang . Sedangkan anggota yang lain cukup aktif apabila diawasi oleh guru . sebagian besar siswa belum aktif . Kendatipun pada umumnya setuju dengan model pembelajaran dengan pendekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi , dan bahkan ada juga agar  pendekatan tersebut tersebut digunakan untuk seluruh mata pelajaran selain mata pelajaran ekonomi . Agar mereka lebih terbiasa menemukan sendiri pemecahan masalah yang mereka hadapi .              Pengamatan diluar belajar kelompok, yaitu guru memeriksa buku catatan masing-masing siswa setelah penyajian materi. Ternyata ada 2 orang  siswa (4,76) persen yang tidak mencatat dengan  alasan  tidak ada pulpen . Sedangkan siswa yang aktif mencata sebanyak 14 orang (36,8) persen, cukup aktif 16 orang (42,1) persen , kurang aktif 2 orang (5,3) persen , tidak aktif 6 orang (15,8) persen .
             Agar lebih jelas mengenai keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, lihat  tabel 5.Sebagai berikut :
   Tabel .5. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus 1.

No

Keaktifan Siswa Mencatat
Materi Pelajaran

F

%
1
2
3
4
Aktif (A)
Cukup aktif (CA)
Kurang aktif (KA)
Tidak ada catatan (TA)
14
16
2
6
36,8
42,1
5,3
15,8
              Jumlah
38
100,0
.









           Dilihat dari segi guru , hasil pemantauan oleh kolaborator dengan lembar observasi guru (LOG) menunjukkan bahwa pendekatan inquiry  yang disajikan belum mampu membangkitkan motivasi siswa untuk aktif dan kreatif , dan bersemangat dalam mengikuti KBM . Hal ini disebabkan karena pendekatan tersebut yang dilakukan oleh guru untuk mengantar materi pembelajaran masih kurang dipahami oleh pebelajar mengenai makna dari kegiatan tersebut atau masih bercorak memaksakan , dan belum menjadi sebuah motivasi . Guru belum menunjukkan bimbingan yang optimal sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan inquiry . Pada tahap ini guru sudah mulai membantu siswa mebahas  suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan .Mengenai pemahaman ekonomi , dengan PTK dengan pendekatan menemukan  dalam upaya peningkatan motivasi belajar ekonomi siswa , telah mengantarkan siswa hanya sampai  pada nilai rata-rata 5,92. Untuk itu perolehan nilai hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut: :      
        Tabel.6. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai ulangan harian    Siswa pada      Siklus 1.

NO

Interval

Kategori

F

%
1
2
3
4
5
87  -  100
76  -   85
66   -   75
56 ---65
0   -   55
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
0
0
2
17
13
0
0
6,25
53,12
40,63

Jumlah

32

100,0
            Rata-rata nilai 59,22 (5,92)
     Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang ada 17 orang (53,12 persen)  dari 32 siswa . Sekalipun jika dibanding dengan nilai awal hanya rata – rata 4,8 . Sementara siklus pertama ini mengalami peningkatan menjadi 5,92
 Refleksi , berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus 1 ditemukan kegagalan, yaitu : (1) pada saat pembentukan kelompok kelas menjadi ribut , (2)  Dilihat dari keaktifan dalam menanggapi hasil kerja  kelompok pada saat peleno hasil kajian kelompok , siswa yang tidak aktif ada  6 orang   (15,79 persen) dari 38 orang siswa , kurang aktif 19 orang (50  persen) dari 38 siswa , (3) Dilihat dari keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas PR terlihat 22 orang siswa (57,9 persen) tidak menyetor tugas PR  , dengan demikian yang menyetor hanya 16 0rang ( 42,1 persen ) dari 38 0rang siswa , (4) Dari 16 orang siswa menyetor tugas mendapat nilai  baik 3 orang ( 7,9 persen ) dari 16 orang . Mendapat nilai cukup 9 orang ( 23,7 persen ) dari 16 orang . Sementara 1 orang (2,6  persen ) dari 16 orang memperoleh nilai kurang . Sedang 3 orang ( 7,9  persen ) dari 16 orang memperoleh nilai sangat kurang . Dilihat dari keaktifan mencatat materi yang diberikan , siswa yang kurang aktif mencatat 2 orang ( 5,3 persen ) dari 38 siswa ,  tidak mencatat sama sekali 9 orang ( 23,7 persen ) , (5) Dilihat dari perolehan nilai ulangan harian, siswa yang memperoleh nilai cukup (66 – 75)  ada 2orang(6,3 persen), tetapi memperoleh nilai kurang (56 – 65) ada 17 orang siswa (53,13 persen) dari 32 siswa . Sedangkan nilai sangat kurang  (0-55) sebanyak 13 orang (40,6 persen) dari 32 orang siswa . Hal ini terlihat siswa kategori nilai kurang belum terjadi perubahan sekalipun nlai rata-rata meningkat dari 4,8 pada saat tes awal meningkat menjadi 5,92 . (6) siswa masih meragukan hasil temuannya , terbukti pekerjaan siswa ada coretan beberapa kali padahal jawaban tersebut sudah benar , (7) dengan demikian maka harus dipebaiki dalam tindakan berikutnya ?     
             Berdasarkan hasil  refleksi pada siklus I , kemudian didiskusikan bersama kolaborator , diputuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus 2 sebagai berikut  ; (1) pada saat pembentukan kelompok , guru akan menyampaikan syarat pembentukan kelompok (misalnya dua meja menjadi satu kelompok , sehingga tinggal memutar tempat duduk agar bisa berhadapan), (2) Guru harus meningkatkan kualitas KBM dengan tekhnik pengajaran penekanan pada proses penemuan , pemecahan masalah agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa  secara optimal agar minat dan motivasi belajar siswa tumbuh dan
    berkembang kearah peningkatan , (3) tekhnik pelaksanaan pendekatan inquiry  agar lebih variatif dengan menampilkan gambar atau bagan – bagan untuk memancing keaktifan , kreatifitas , dan gairah belajar siswa . Sehingga terwujud apa yang dikatakan pembelajaran aktif , kreatif , kritis , efektif , dan menyenangkan , (4) Keaktifan guru dalam memantau KBM siswa lebih ditingkatkan  dalam rangka mengetahui hanbatan – hambatan siswa dalam memahami suatu masalah .(5) memberi nilai atau pujian bagi siswa yang berhasil dan memotivasi untuk bangkit bagi siswa yang belum berhasil , (6) memberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep atau menyelesaikan tugas – tugasnya , (7) memberi kesempatan bagi siswa yang ingin mencocokkan hasil temuannya agar kebenaran yang diperoleh lebih meyakinkan .  
3 . Siklus Kedua  
             Hasil refleksi tindakan pada  siklus pertama menunjukkan temuan berupa kelemahan atau kekurangan . Setelah mengakomodasi masukan dari siklus 1 dalam rencana perbaikan tahap 2 , memilih topik pembelajaran lanjutan dari topik siklus 1 .Yaitu ;  Kesempatan kerja dan kualitas tenaga kerja , pembangunan ekonomi , dan pertumbuhan ekonomi  Topik yang sama dipilih karena masih belum mencapai target yang direncanakan sebelumnya .  
Perencanaan tindakan ;(1) Tetap pada komitmen untuk meningkatkan kualitas KBM dengan menggunakan berbagai metode , media lebih variatif , agar motivasi belajar siswa tetap lestari dalam peningkatan .(2) akan diminta belajar kelompok untuk mengerjakan soal – soal yang berkaitan dengan topik : Kesempatan kerja dan kualitas tenaga kerja , pembangunan ekonomi , dan pertumbuhan ekonomi , (2) Guru akan membagikan soal – soal  kepada tiap kelompok,(3) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok , (4)Guru akan membuat catatan pribadi ( catatan lapangan ) , (5)Guru akan memberikan tes kepada siswa
         Pelaksanaan tindakan  16 Oktober 2008 , semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran. Dilihat dari segi siswa , motivasi belajar mulai meningkat , hal ini dibuktikan bahwa perhatian siswa tertuju pada imformasi bagaimana cara memecahkan masalah yang sudah ditemukan . Beberapa siswa mulai aktif dengan menanggapi pertanyaan atau mengajukan pertanyaan.Sekalipun pada siklus pertama ini volume siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai ekonomi masih sedikit . Terbukti dari hasil pengamatan mengenai keaktifan siswa  dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat peleno hasil kajian kelompok  pada tabel 7 . Tersisa 3 orang siswa (7,9 persen) belum aktif menanggapi hasil kerja kelompok karena mereka tidak hadir , sedangkan 18 orang (47,4 persen) cukup aktif, yang aktif sudah meningkat dari 6 orang menjadi 16 orang (42,1 persen). Kemudian ketika dperhatikan motivasi siswa dari segi penyelesaian tugas PR juga mengalami peningkatan dimana siswa yang menyetor tugas meningkat menjadi 32 orang (84,2 ) persen dari 38 orang siswa . Sekalipun dari jumlah tersebut yang tepat waktu sebanyak 20 orang (52,6) persen , dan terlambat 12 orang ( 31,6) persen . Jelasnya perhatikan tabel 7 dan  8 berikut :
Tabel 7 . Keaktifan siswa dalam dalam menanggapi hasil kerja kelompok Siklus II







NO

Keaktifan & Simbol

F

%

1
2
3
4

Aktif  (A)
Cukup Aktif  (CA)
Kurang aktif  (KA)
Tidak aktif  (TA)

16
18
1
3

42,1
47,4
2,6
7,9

Jumlah

38

100,0

          



Tabel 8. Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas PR pada siklus II

NO

Siswa yang menyetor tugas PR

F

%
1
2
3
Tepat waktu (TW)
Terlambat (TI)
Tidak menyetor (TM)
20
12
6
52,6
31,6
15,8

Jumlah

38

100,0








            

Dari 32  orang  siswa yang menyetor tugas dan mendapat nilai sudah menunjukkan hasil  yang menggembirakan . Perhatikan Tabel 9 . berikut :
Tabel 9. Distribusi frekwensi nilai tugas PR yang disetor siklus II
NO
Interval
Kategori & Simbol
F
%
1
2
3
4
5
86 -  100
76 -    85
66 -   75
56  -   65
0  -     55
Amat Baik  (A)
Baik  (B)
Cukup  (C)
Kurang  (D)
Kurang sekali (E)
3
20
9
0
0
9,4
62,5
28,1
0
0
Jumlah
32
100,00









Rata-rata nilai 80 (8,0),
Tabel 9 menunjukkan tugas PR yang mendapat nilai amat baik sebayak 3 orang (9,4 ) persen dari 32 orang , siswa mendapat nilai baik sebanyak 20 orang (62,5) persen , serta nilai cukup sebanyak 9 orang ( 28,1 ) persen .
            Pengamatan, berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya belajar kelompok ada beberapa siswa dari kelompok 2 yang main-main sambil melihat kelompok lain pada siklus I sedangkan pada siklus kedua ini tidak lagi ada siswa yang ditemukan main-main . Sementara itu siswa pasif berubah menjadi cukup aktif, karena  murid terlambat hadir dikelas sudah tidak ada lagi sehingga informasi awal dapat  dimengerti . Guru memotivasi supaya lebih  aktif lagi berinteraksi dengan kelompoknya. Setiap kelompok antusias menyelesaikan tugas-tugasnya sekalipun masih ada yang belum aktif. Sedangkan anggota yang lain cukup aktif sekalipun tidak diawasi oleh guru. Namun demikian sebagian besar siswa setuju dengan penedekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi , dan bahkan ada juga yang mengusulkan sebaiknya pendekatan tersebut digunakan untuk seluruh mata pelajaran selain ekonomi .  
               Suasana kelas mulai nampak bergairah , berkembang , siswa pada pertemuan siklus pertama terlambat memasuki ruang belajar berubah menjadi cepat hadir , karena model pembelajaran yang dialaminya sudah mulai dirasakan mamfaatnya . Begitupula kepakuman berubah menjadi aktif dan antusias . Hal ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan , dan banyaknya yang bersedia menjawab pertanyaan guru atau menanggapi suatu permasalahan . Interaksi guru dengan siswa , maupun antara siswa dengan siswa semakin meningkat . KBM siswa tampak lebih aktif , kreatif, kritis dan bergairah .
                Dari segi guru , hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi guru (LOG) aktifitas guru pada siklus kedua , kegiatan pembelajaran semakin meningkat . Ransangan agar siswa  berpikir kritis dan kreatif semakin bervariasi sehigga aktifitas mengajar guru terlihat bergairah dan energik . Dengan penampilan demikian maka kejenuhan siswa dalam melakukan pembelajaran dapat ditiadakan , berubah menjadi aktif , dan berani menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya sendiri . Pertanyaan bermunculan , dan mengemukakan pendapat semakin marak , dan semaki rasional .  
               Pengamatan diluar belajar kelompok , yaitu guru memeriksa buku cacatan masing-masing siswa setelah penyajian materi . Ternyata tidak ada lagi siswa yang tidak mencatat . Sedangkan siswa yang aktif mencata sebanyak 24 orang (63,16persen) dar 38 orang siswa , cukup aktif  8  orang (21,05 persen) , dan kurang aktif 2 orang (5,26 persen ).Tidak ada catatan 4 orang (10,53 persen)
             Agar lebih jelas mengenai keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, lihat  tabel 10 . Sebagai berikut :
            Tabel 10. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus II.
No
Keaktifan Siswa Mencatat
Materi Pelajaran
F
%
1
2
3
4
Aktif  (A)
Cukup aktif  (CA)
Kurang aktif  (KA)
Tidak mencatat (TM)
24
8
2
4
63,16
21,05
 5,26
10,53
Jumlah
38

100,0

Pada tahap ini guru tidak lagi terlalu  membantu siswa membuat rangkuman suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan , akan tetapi siswa sudah mulai membuat rangkuman sendiri . Kedudukan guru dan peneliti pada tahap ini hanya sebagai pemberi penguatan dari hasil pemikiran siswa . Mengenai pemahaman ekonomi , dengan PTK dengan pendekatan inquiry dalam upaya peningkatan motivasi belajar ekonomi siswa , hal ini tergambar dari hasil analisis tes akhir siklus ini setelah pembelajaran pokok bahasan ketenaga kerjaan , dan pembangunan ekonomi dengan pendekatan inquiry dapat  mengantarkan siswa pada nilai rata-rata 6,0. Olehnya itu tes menjukkan suatu peningkatan terhadap pemahaman terhadap mata pelajaran akuntansi.
            








 Untuk itu perolehan nilai hasil tes dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut :  
Tabel 11 . Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Ulangan Harian Siswa pada  Siklus II.

NO

Interval

Kategori

F

%
1
2
3
4
5
86  -  100
76  -   85
66   -   75
56 ---65
0   -   55
Baik sekali (A)
Baik  (B)
Cukup  (C)
Kurang  (D)
Kurang sekali (E)
0
0
5
26
4
0
0
14,3
74,3
11,4

Jumlah

35

100,0
 Rata – rata nilai 63 (6,3)
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang ada 26 orang (74,3 persen)  dari 35 orang siswa yang ikut .Sedangkan mempeoleh nilai cukup sebanyak 5 orang (14,3 persen) ,sementara nilai kurang sekali sebanyak 4 orang (11.4 persen) Sekalipun jika dibanding dengan nilai siklus I(satu)  rata – rata 5,92 .Sementara siklus II(dua) ini mengalami peningkatan menjadi 6,3.
         Refleksi berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II ditemukan kegagalan, yaitu : (1)  Dilihat dari keaktifan dalam menanggapi hasil kerja  kelompok pada saat pleno , siswa yang tidak aktif masih ada 3 orang   (7,89 persen) dari 38 orang siswa karena mereka tidak hadir , kurang aktif 4 orang karena pada saat mengangkat tangan untuk menanggapi tidak terlihat oleh guru (2) Dilihat dari keaktifan mencatat materi yang diberikan, sebagian besar siswa  aktif , sekalipun masih ada yang hanya aktif  kalau diberi komando,  (3) Dilihat dari perolehan nilai ulangan harian , siswa yang memperoleh nilai cukup (66 – 75)  ada 5 orang ( 14,3 persen ) dari 35 orang siswa yang ikut, tetapi memperoleh nilai kurang (56 – 65) masih  ada 26 orang siswa (74,29 persen) dari 35 siswa. Akan tetapi belum ada yang memperoleh nilai baik apatah lagi nilai amat baik .Sedang nilai kurang sekali sebanyak 4 orang (11,43 persen) 35 orang siswa yang hadir. Hal ini terlihat siswa kategori nilai kurang sudah terjadi perubahan mendasar sekalipun nlai rata-rata meningkat dari 5,92 pada siklus 1(satu)  meningkat menjadi 6,3 pada siklus 2 (dua) ini. Memperrhatikan kenyataan pada siklus II, ternyata hasilnya masih dianggap belum memuaskan sehingga siklus ketiga masih sangat diperlukan.
 Refleksi
           Pada siklus dua ini memang terlihat sudah ada peningkatan , akan tetapi peningkatan tersebut menurut peneliti masih dianggap perlu perbaikan dimana : (1) siswa masih ada yang belum maksimal keaktifannya , karena guru pada saat memandu kurang memperhatikan siswa yang mengangkat tangan ,(2) masih ada siswa dikelas tersebut belum pernah hadir , (3) siswa masih kaku dalam mencari pemecahan masalah didalam buku referensi diperpustakaan . 
               Berdasar dari analisis hasil observasi , catatan harian , dan wawancara singkat terhadap siswa sebagai bahan untuk menentukan tindakan selanjutnya , setelah diadakan refleksi , kemudian hasil diskusi bersama kolaborator  diperoleh hasil sebagai berikut  ; (1) Guru  memperhatikan sebaik - baiknya  kepada siapa saja yang ingin menanggapi hasil kerja kelompok lain , (2) Guru harus lebih meningkatkan kualitas KBM dengan media dan tekhnik pengajaran dengan penekanan pendekatan inquiry secara optimal agar minat dan motivasi belajar siswa tumbuh dan berkembang kearah peningkatan,(3) pendekatan ini diharapkan lebih terarah  agar lebih variatif untuk memancing keaktifan , kreatifitas , dan gairah belajar siswa . Sehingga terwujud apa yang dikatakan pembelajaran aktif , kreatif , kritis , efektif , dan menyenangkan , (4) Keaktifan guru dalam memantau KBM lebih ditingkatkan  agar hanbatan – hambatan siswa dalam memahami suatu masalah dapat diatasi . (5) Peneliti dan kolaborator diharapkan lebih aktif lagi dalam membimbing baik secara berkelompok maupun perorangan , (6) penggunaan peta konsep ketenaga kerjaan , pertumbuhan ekonomi , dan pertumbuhan ekonomi untuk menunjukkan keterkaitan antara kualitas tenaga kerja dan pertumbuhan , perkembangan ekonomi , (7) memberi nilai atau pujian bagi siswa yang berhasil dan memotivasi untuk bangkit siswa yang belum berhasil ,(8) memberi bimbingan bagi siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep atau menyelesaikan tugas – tugasnya .(9) bersama kolaborator mencari tahu kemana siswa yang tiga orang tersebut sehingga tidak pernah mengikuti pelajaran selama dua siklus yang lalu .
 4. Siklus Ketiga  
             Hasil refleksi tindakan pada siklus kedua menunjukkan masih adanya ditemukan kelemahan atau kekurangan , sehingga tindakan pada siklus ketiga masih diperlukan  pemantapan agar lebih meningkat lagi . Oleh karena itu peneliti tetap melakukan langkah sebagai berikut :  
Perencanaan tindakan ; (1) Tetap pada komitmen untuk meningkatkan kualitas KBM dengan menggunakan pendekatan inquiry lebih variatif , agar peningkatan motivasi belajar siswa tetap lestari dalam peningkatan . (2) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk mengerjakan soal – soal mengenai  dampak dari kualitas tenaga kerja , penganngguran terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi , kemudian mempertanggung jawabkan didepan kelompok lain dikelas melalui pleno , (3) Guru akan membagikan soal – soal  pada tiap kelompok,  (4) Siswa diminta menyajikan hasil kerja kelompoknya didepan kelompok lain melalui peleno , (5) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok, (6) Peneliti dan kolaborator mengamati jalannya penayangan hasil kerja kelompok , (7) Guru akan membuat catatan pribadi (catatan lapangan) , ( 8)Guru akan memberikan tes kepada siswa secara keseluruhan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari siklus II ke siklus III.
Pelaksanaan tindakan  18 Oktober 2008 , semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran . Dilihat dari segi hasil pengamatan kolaborator pada proses belajar mengajar pada siklus kedua menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan , sehingga siklus ketiga diharapkan dapat mengantisipasi kekurangan tersebut . Baik guru maupun siswa telah terbiasa melakukan sendiri  dalam proses belajara mengajar . Penyampaian materi ajar melalui pendekatan inquiry sudah cukup optimal , siswa semakin termotivasi dan materi pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.
Proses penentuan , penemuan , pemecahan masalah  pada siklus ketiga dilakukan sendiri oleh siswa peneliti dan kolaborator hanya menentukan topik bahasan , dan bertindak sebagai pasilitator , diskusi antara siswa dengan siswa , tanya jawab dengan guru berlansung elok dan dinamis . Terutama mengenai manfaat kualitas tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi , dampak negatif pengangguran terhadap pertumbuhan , dan pembangunan ekonomi . Begitupula hasil pengamatan agar dalam merekam ilmu dapat lebih bermakna manakala pebelajar melakukan sendiri .
Suasana belajar mengajar cukup kondusif , guru dapat membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk menyampaikan pendapat dan pertanyaan kemudian dilanjutkan kedalam diskusi kelas baik guru maupun antar siswa dikelas . Gairah belajar siswa semakin meningkat . Terbukti dari penampilan suasana KBM , keaktifan siswa mengajukan pertanyaan maupun menanggapi suatu permasalahan semakin tampak . Hasil pengamatan mengenai keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat peleno sebagai berikut :
Tabel  12 . Keaktifan siswa dalam menanggapi  hasil kerja kelompok pada siklus III

NO
.Keaktifan Siswa belajar
Kelompok

F

%
1
2
3
4
Aktif  (A)
Cukup aktif  (CA)
Kuarang aktif  (KA)
Tidak aktif  (TA)
35
3
0
0
92,11
7,99
0
0

Jumlah

38

100,00

Melihat tabel 12 .Tersebut diatas , 35 orang siswa (92,11 persen)  aktif menanggapi hasil kerja kelompok , sedangkan 3  orang (7,99 persen) cukup aktif.
Pengamatan, berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya belajar kelompok perhatian siswa terhadap penyajian materi pokok : dampak pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi , pembangunan ekonomi dengan pendekatan inquiry sangat antusias . Interaksi baik antara guru dengan siswa , maupun antara siswa dengan siswa cukup optimal dan akrab . Sebagian besar siswa sudah berani menjawab pertanyaan , maupun mengajukan pertanyaan dalam forum peleno . Pada siklus ketiga ini siswa sudah dapat menemukan , memecahkan sendiri permasalahan pembelajaran , serta menyusun rangkuman secara sederhana mengenai materi pelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry . Sementara itu siswa pasif berubah menjadi cukup aktif, karena  murid terlambat hadir dikelas sudah tidak ada lagi sehingga informasi awal dapat  dimengerti. Tampa dimotivasi oleh guru mereka tetap aktif berinteraksi dengan kelompoknya . Setiap kelompok antusias menyelesaikan tugas - tugasnya sehingga tidak ada lagi yang tidak aktif. Sedangkan anggota yang cukup aktif sisa 3 (tiga) orang.Itupun siswa yang memang pertemuan pada siklus sebelumnya tidak hadir karena aktif dalam acara 17 agustus  , sekalipun tidak diawasi oleh guru. Suatu kewajaran manakala  sebagian besar siswa setuju dalam setiap  pembelajaran  menggunakan pendekatan inquiry  terutama  pembelajaran ekonomi , dan bahkan ada juga yang mengusulkan sebaiknya pendekatan  tersebut digunakan untuk seluruh mata pelajaran selain ekonomi .  
               Suasana kelas mulai nampak bergairah , berkembang , siswa pada pertemuan siklus pertama terlambat memasuki ruang belajar berubah menjadi cepat hadir , karena model pembelajaran yang dialaminya sudah mulai dirasakan mamfaatnya . Begitupula kepakuman berubah menjadi aktif dan antusias . Hal ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan , dan banyaknya yang bersedia menjawab pertanyaan guru atau menanggapi suatu permasalahan . Interaksi guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa semakin meningkat . KBM siswa tampak lebih aktif , kreatif , dan bergairah .
                Dari segi guru , hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi guru (LOG) aktifitas guru pada siklus ketiga , kegiatan pembelajaran semakin meningkat . pemberian motivasi guru  semakin bervariasi sehigga aktifitas mengajar guru terlihat bergairah dan energik . Dengan penampilan demikian maka kejenuhan siswa dalam melakukan pembelajaran dapat ditiadakan , berubah menjadi aktif , dan berani menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya sendiri . Pertanyaan bermunculan dalam peleno hasil kajian , dan suasana pleno  semakin dinamis , dan semakin rasional .
          Kemudian jika dperhatikan mengenai penyelesaian pekerjaan rumah (PR) siswa yang menyetor tepat waktu mengalami peningkatan . Hanya saja ada dua orang terlambat karena pada saat penyetoran siswa tersebut mengikuti kegiatan ekstra OSIS atau mewakili sekolah untuk ikut dalam pertandingan nyanyian solo tngkat kabupaten . Selanjutnya perhatikan tabel 13 berikut : 
          Tabel 13. Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas PR Siklus III

NO
Ketepatan waktu penyetoran

F

%
1
2
3
Tepat waktu (TW)
Terlambat  (TL)
Tidak menyetor  (TM)
36
2
0
94,74
5,26
0
Jumlah
38
100,0

          Dari keseluruhan yang menyetor tugas PR terlihat 36 orang  (94,74 persen) tepat waktu , terlambat 2 orang (5,26 persen) . Sedangkan mendapat nilai amat baik  13 orang (34,21 persen) dari 38 siswa , bernilai baik sebanyak 25  orang (65,79 persen) dari 38 siswa .  Untuk itu perhatikan tabel 14 berikut :    
         Tabel 14 . Distribusi frekwensi nilai tugas PR yang disetor Siklus III

NO

Interval

Kategori

F

%

1
2
3
4
5

86   -   100
76   -   85
66   -   75
56   -   65
0   -   55

Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Sangat kurang (E)

13
25
0
0
0

34,21
65,79
0
0
0

jUMLah

38

100,00
         Rata –rata nilai 84,63 (8,5)
               Pengamatan diluar belajar kelompok, yaitu guru memeriksa buku cacatan masing-masing siswa setelah penyajian materi . Ternyata tidak ada lagi siswa yang tidak mencatat .Sedangkan siswa yang aktif mencata sebanyak 36 orang (94,74 persen) dari 38 siswa , cukup aktif  2 orang  ( 5,26 persen ) dari 38 siswa . Agar lebih jelas, lihat  tabel 15 . Sebagai berikut :
                 Tabel 15 . Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus III.

NO

Keaktifan siswa mencatat materi pelajaran

F

%
1
2
3
4
Aktif  (A)
Cukup  Aktif  (CA)
Kurang Aktif  (KA)
Tidak mencatat (TM )
36
2
0
0
94,74
5,26
0,0
0,0

Jumlah

38

100,0
           Pada tahap ini guru tidak lagi membantu siswa membuat rangkuman suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan , akan tetapi siswa sudah mulai membuat rangkuman sendiri.Kedudukan guru dan peneliti pada tahap ini hanya sebagai pemberi penguatan dari hasil pemikiran siswa . Mengenai pemahaman ekonomi , dengan PTK dengan pendekatan inquiry dalam upaya peningkatan motivasi belajar ekonomi siswa , hal ini tergambar dari hasil analisis tes akhir siklus ini setelah pembelajaran tenaga kerja dan pembangunan ekonomi ternyata dengan model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inquiry dapat  mengantarkan siswa pada nilai ulangan harian mencapai rata-rata 7,64 . Hal tersebut menunjukkan suatu peningkatan terhadap pemahaman terhadap mata pelajaran ekonomi . Untuk itu perolehan nilai hasil ulangan harian  dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut :  







Tabel 16. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai ulangan harian Siswa pada Siklus III.

NO

Iterval

Kategori

F

%

1
2
3
4
5

86  -   100
76   -   85
66   -   75
56   -    65
0   -      55

Amat Baik (A)
Baik  (B)
Cukup  (C)
Kurang  (D)
Kurang sekali  (E)

2
9
24
3
0

5,26
23,69
63,16
7,89
0

Jumlah

38

100,0

Rata- rata nilai  76,84 ( 7,64)
            Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang sekali sudah tidak ada  lagi, sedangkan yang mendapat nilai kurang sebanyak 3 (7,89 persen).Sedangkan mempeoleh nilai cukup sebanyak 24 orang (63,16 persen) , sementara nilai baik 9 orang (23,69 persen) . Sedangkan nilai amat baik 2 orang (5,26 persen) dari 38 siswa . Rata – rata nilai UH 7,18  Dengan rata-rata tersebut , suatu pertanda bahwa terjadi kenaikan  dari siklus II ke- siklus III  ini mengalami peningkatan dari 6,3   menjadi 7,64.
         Refleksi berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus III menunjukkan bahwa: (1)  Dilihat dari keaktifan dalam menanggapi hasil kerja  kelompok pada saat presentasi hasil kajian dari perpustakaan , sebahagian besar siswa aktif  (2) Dilihat dari keaktifan mencatat materi pelajaran seluruh siswa sudah menyadari bahwa catatan itu sangat penting , dan sebagai alat bantu dalam mengulangi kembali apa yang telah dipelajari . Hal inilah sehingga  siswa  aktif , sekalipun  sekalipun tampa diberi komando , (3) Dilihat dari perolehan nilai ulangan harian , siswa yang memperoleh nilai kurang baik (56 – 65)  ada 3 orang (7,89 persen) dari 38 orang siswa , sedangkan yang memperoleh nilai kurang (0 – 55) sudah tidak ada lagi. Selanjutnya  memperoleh nilai cukup baik sebanyak 24 orang (63,16 persen) dari 38 siswa , nilai baik (76-85) sebanyak 9 orang (23,69 persen).Siswa yang mendapat nilai amat baik sebanyak 2 orang (5,26 persen). Dengan demikian dari ketiga siklus tersebut jika dilihat dari segi rata – rata perolehan nilai mulai dari studi awal rata-rata nilai 4,8. Hasil evaluasi siklus I rata-rata nilai 5,92. Kemudian silus II rata-rata perolehan nilai 6,3.Sedangkan pada siklus III rata-rata nilai 7,64. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa tejadi peningkatan hasil belajar ekonomi dengan menggunakan pendekatan iquiry.Selain itu siswa yang mencapai rata-rata nilai ulangan harian diatas 6,5 sebanyak 35 orang (92,11 persen) dari 38 orang siswa. Dengan demikian tidak diperlukan lagi untuk siklus berikutnya sekalipun yang tiga orang ini yang belum tuntas akan diberi tugas perorangan bagi guru bidang studi bersangkutan.    
B . Pembahasan

              Penelitian tindakan kelas (PTK) Siklus pertama,kedua,dan ketiga .Mengenai pembelajaran dengan pendekatan inquiry menunjukkan hasil menggembirakan yakni, motivasi belajar dan hasil belajar ekonomi siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa pada permulaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa cukup baik, ditandai oleh perhatian siswa terhadap kehadiran siswa untuk belajar, menyelesaikan tugas – tugas baik tugas indipidu maupun tugas kelompok mulai nampak, keaktifan siswa dalam kerja kelompok, dan antusias dalam mengkaji permasalahan diperpustakaan sudah mulai nampak, kegiatan belajar mengajar ekonomi mulai aktif dan dinamis.
              Pelaksanaan siklus pertama, siswa sudah mulai tertarik mengikuti kegiatan belajar dengan pendekatan inquiry. Siswa sudah mulai aktif menanggapi dan bukan lagi sebagai penerima informasi secara pasif. Siswa belajar dengan teman melahirkan kerja sama kelompok, diskusi, saling mengoreksi, dan bukan belajar secara individual. pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru, maupun mengajukan pertanyaan kepada guru manakala ada yang belum dimengerti, ataupun kepada teman-temannya. Kendatipun jumlahnya masih sedikit yang berani mengemukakan pendapatnya kepada guru. Sebagian besar siswa masih bingung bagaimana cara menemukan masalah  yang disajikan oleh guru yaitu berupa tulisan, peta konsep tenaga kerja dan pembangunan ekonomi sebagai alat peraga  untuk menjelaskan materi ekonomi. Sebagian besar dari siswa belum menelaah isi materi pembelajaran saat itu. Disisi lain masih adanya siswa terlambat hadir sehingga penjelasan awal kurang dipahami, pada gilirannya mereka hanya tinggal diam, dan bahkan sempat mengganggu konsentrasi temannya. Berbagai alasan untuk membela diri, kendatipun demikian guru hanya meberi motivasi agar mereka tidak terlambat lagi pada pertemuan berikutnya, sekaligus diarahkan ke proses pembelajaran .
             Pelaksanaan siklus kedua, motivasi belajar siswa meningkat, ditandai dengan meningkatnya keaktifan, dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dengan pendekatan ini  menunjukkan bahjwa suasana kelas nampak bergairah dan berkembang . Keberanian siswa menjawab pertanyaan semakin meningkat, begitupula pertanyaan, pendapat silih berganti terlontar suatu pertanda bahwa motivasi, daya kritis anak sedikit demi sedikit mulai tumbuh,  dinamika kelas semakin nampak, sehingga pada gilirannya tanya jawab mewarnai proses pembelajaran tidak dapat dihindari. Apatah lagi penerapan inquiry  oleh guru semakin bervariasi, yaitu berupa alat praga , dan siklus berpikir rasional. Kondisi proses belajar mengajar semakin bergairah, hal ini sebagai akibat dari peningkatan motivasi dan aktivitas peserta belajar semakin meningkat. Pada siklus kedua ini peneliti dan kolaborator tidak lagi terlibat dalam penyusunan rangkuman materi pembelajaran, akan tetapi siswa sudah mulai menyusun sendiri secara sederhana dalam bentuk tulisan.
              Pelaksanaan siklus ketiga,  Kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan inquiry sudah cukup optimal. Pemaparan hasil kajian melalui kerja kelompok semakin berkualitas, proses pengkajian untuk menemukan , memecahkan masalah ketenaga kerjaan dan pertumbuhan ekonomi, serta pembangunan ekonomi semakin mantap. Selain itu pemberian contoh disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari maupun gambaran kehidupan ketika pebelajar berhasil menamatkan diri disekolah lanjutan atas.
            Baik guru, maupun siswa telah terbiasa dengan pendekatan inquiry. Pada siklus ini motivasi belajar siswa semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) semakin antusias, dinamis, serta keaktifan dan kreatifitas, diiringi dengan semangat optimis juga semakin meningkat. Langkah – langkah pelaksanaan pendekatan ini  disajikan guru semakin menarik sehingga perhatian siswa semakin meningkat . Semangat optimis dan inovasi siswa  semakin menajam, karena semakin banyak usulan dan pertanyaan mengenai upaya mengatasi pengangguran, dampak kualitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi. Pada siklus ini siswa telah merasakan manfaat pendekatan ini,  berdiskusi baik dengan guru, maupun dengan siswa lainnya, terutama   pada bahasan yang membutuhkan data-data atau gambar maupun hasil pengamatan , serta hasil bacaan lainnya . Begitupula  keaktifan siswa dalam mencatat materi pembelajaran tidak ada lagi ditemukan yang tidak aktif, karena mereka sadar bahwa dengan mencatat materi ajar adalah merupakan salah satu penunjang utama terhadap peningkatan hasil belajar ekonomi.Tampa mencatat maka dapat dipastikan bahwa akan mengalami hambatan manakala siswa belajar sendiri untuk mengulang hasil pembelajaran disekolah. Dengan inilah sehingga hasil akhir siklus ketiga upaya pelaksanaan tindakan kelas ini telah mendapatkan hasil positif dan signifikan .
          Hasil penelitian membuktikan bahwa melalui pembelajaran dengan pendekatan inquiry  dapat meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan aktivitas belajar siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar di SMA Neg.2 Bantaeng kelas XI IPS 2.Tahun ajaran 2008 / 2009 . Perolehan nilai rata-rata nampak pada hasil tes pada setiap siklus sebagai berikut ; Studi awal rata-rata nilai 4,8 . Rata-rata nilai silus satu 5,92.Rata-rata nilai siklus dua 6,3.Rata-rata nilai siklus tiga 7,64.
           Berdasar dari hasil analisis  kuesioner yang dibagikan kepada siswa diperoleh hasil bahwa sebagian besar dari siswa menyatakan  bahwa belajar dengan pendekatan inquiry ; menyenangkan , menarik perhatian , menambah semangat belajar, merangsang keaktifan siswa , menumbuh kembangkan daya kritis , dapat meningkatkan hasil belajar , pelajaran mudah dipahami , dalam belajar tidak fakum karena terlatih untuk berpikir menuju penemuan , serta pemecahan masalah .   
             Karena pendekatan kontekstual siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, bukan hanya penerima imformasi secara pasif. Begitupula siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, tidak dengan belajar indifidual. Selain itu pelajaran senantiasa dikaitkan dengan kehidupan nyata, bukan hanya teoritis yang sangat abstrak. Dilihat dari segi perilaku siswa dibangun atas kesadaran diri sendiri, bukan karena kebiasaan. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman, dan bukan atas dasar latihan. Pemberian hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, bukan karena pujian atau nilai rapor. Perbuatan siswa untuk tidak melakukan yang jelek bukan karena takut melainkan  karena  dia sadar hal itu keliru dan merugikan . Guru tidak lagi sebagai penentu jalannya proses pembelajaran, tapi siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing – masing. Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan, dan bukan disepelekan . Hasil belajar diukur tidak dengan tes semata, tapi berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes dan lain lain. Begitupula tempat berlangsungnya PBM tidak hanya terjadi dikelas, tapi diberbagai tempat, konteks, dan setting . Penyesalan adalah hukuman perilaku yang jelek, dan bukan sanksi yang dijadikan hukuman bagi perilaku yang jelek. Sehingga siswa sadar dan berperilaku baik karena motivasi intrinsik, dan bukan karena motivasi ekstrinsik. Kesadaran untuk berperilaku baik karena mereka sadar bahwa itulah yang terbaik dan bermanfaat, dan bukan karena terbiasa melakukan atau dengan hadiah yang menyenangkan.     

KESIMPULAN
         Hasil penelitian tindakan kelas mengenai proses belajar mengajar ekonomi dengan pendekatan menemukan ( inquiry ) dapat meningkatkan motivasi belajar okonomi siswa kelas XI IPS 2. SMA  Neg. 2 Bantaeng semister genap tahun ajaran 2008 / 2009. Hal ini dibuktikan oleh: (1). Rata – rata hasil ulangan harian dari siklus satu kesiklus dua, dan    siklus tiga menunjukkan secara berturut – turut dari 5,92. 6,3. pada siklus 3 mencapai 7,18. (2). Keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok mengalami peningkatan yang signifikan dari 7,89 %, 42,11 % menjadi  92,11 %. (3). Keaktifan siswa dalam mencatat materi pelajaran ekonomi dari 42,11%, 63,16% manjadi 94,74 %.(4). Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah 95,2 % tepat waktu. Sedangkan nilai tugas PR yang disetor mendapat nilai baik dan amat baik.(5). Siswa yang mendapat nilai ulangan harian diatas 6,5. sebanyak 35 orang (92,11 %) dari 38 siswa.  
SARAN
       Maksimalisasi hasil pembelajaran dalam proses belajar mengajar maka disarankan sebagai berikut : (1) . Setiap guru diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan cara berpikir sistimatis pada diri siswa sejalan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dan perolehan nilai hasil belajar.(2). Pendidikan melalui pendekatan menemukan  ( inquiry ) pada pembelajaran ekonomi di SMA merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa .

Daftar Pustaka
Alipandi. 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya : Usaha Nasional.
Arikunto Suharsimi. 1992. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara.
_______________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Aqib Zainal, 2006. Penelitian tindakan kelas untuk guru. Bandung : CV.Yrama          Widya.
__________, 2004. Karya tulisilmiah bagi pengembangan profesi guru. Bandung : CV. Yrama Widya.
Arsyad ,      2002. Media Pembelajaran Jakarta;PT.Raja Grafindo Persada.
A.Kosasih .  2002.  Optimalisasi Media Pembelajaran.Jakara ; PT.Grasindo.
 Argo Dadang , 2007 .Ekonomi 2 Kelas XI SMA dan MA . Bandung : PT.Rosda  Karya.
Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas SMP. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Dirjen Dikdasmen , 2003 . Pendekatan Kontekstusl . Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Freire Paulo  , 2007 . Politik Pendidikan : Kebudayaan , Kekuasaan , dan Pembebasan . Yogyakarta : Pustaka Pelajar .
Gibson. 1996.  Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1 (satu). Edisi Kedelapan. Jakarta : Binapura Aksara

Johnson  B. Elaine,2007. Contextual Teaching and Learning Bandung :            Mizan and learning (MLC)
Madya Suwarsih, 2006. Teori dan praktik penelitian tindakan (Action Research).    Bandung : Alfabeta.
Mantja, W. 2003. Etnograf : Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. Malang : Wineka Media.
 Muliawati Weni. Dkk , 2007 . Ekonomi untuk Kelas XI SMA – MA  Bandung :       Acarya Media Utama .
Nasution, 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta    :    Bumi Aksara.
Nurdin , 2007. Ekonomi untuk SMA – MA Kelas XI IPS ,  Makassar : Mitra Media .
Sudjana. 1988. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.                                                               Sukardi.          1983. Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP. FKIP.
 _______.          2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Roestiyah  2001 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta ; PT.Rineka Cipta .
Ritonga MT, 2007 . Buku Ekonomi SMA Jilid 2, Jakarta : PT. Phibeta
Suryabrata , 2002.  Psikologi Pendidikan .Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.
Siagian   ,     1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya.Jakarta ;PT. Rineka Cipta.    
Soetarno ,       1993.Psikologi sosial.Yokyakarta;Kanisius.
Sudremi Yuliana , 2007. Ekonomi 2 SMA/MA Jakarta : PT.Bumi Aksara .
Thoha  ,     2004 . Perilaku Organisasi .Jakarta ;PT. Raja Grafindo.
Usman,M.U. (1996).Menjadi guru profesional . Bandung : Remaja Rosda Karya.
Walgito, Bimo. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Yogyakarta : Audi Off Set.
Wiriaatmadja. 2006 . Metode Penelitian Tindakan Kelas .Jakarta ; PT.Remaja                                                 Rosdakarya.
 Winataputra dkk, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Universitas Terbuka.                                                                                                                                                                                                      
Waluyo Indarto , 2007. Ekonomi Kontekstual Untuk SMA & ma Kelas XI
                                          Surakarta : CV . Media Tama
Zuriah Nurul, 2003. Penelitian tindakan Publishing. Malang : Bayu Media.






.