Jumat, 08 Maret 2013

PERANAN BELAJAR DALAM MENATA KEHIDUPAN HARI ESOK



PERANAN BELAJAR DALAM MENATA KEHIDUPAN HARI ESOK
Zaenuddin Kabai
Guru SMAN 2 Bantaeng
(081342537529)

PENDAHULUAN
                Barangkali penulis tidak terlalu berlebihan kalau sudah mengatakan bahwa tanpa belajar tidak mungkin mendapat ilmu apa lagi kalau dikatakan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebab ilmu atau ilmu pengetahuan kata suparlan (2003). Kalau hanya ilmu adalah mengenai sekitar pengetahuan fisis, dan karena itu praktis, pragmatis dan positivistis. Sedangkan pengetahuan menyangkut fisis, kualitatif, dan spekulatif. Kendatipun keduanya sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan manusia. Sebab ilmu membentuk daya intelegensi dan melahirkan adanya skill atau keahlian dan keterampilan yang bisa memproduksi dan mengkonsumsi masalah-masalah atau kebutuhan keseharian. sedangkan pengetahuan melahirkan daya moralitas keilmuan menuju  lahirnya tingkah laku dan aktifitas yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tercakup didalam tujuan akhir kehidupan manusia. oleh karena itu masalah belajar meruapakan masalah pendidikan. Sedangkan masalah mendidik adalah masalah setiap orang. Karena setiap orang sejak dahulu hingga sekarang tentu berusaha mendidik anak-anaknya dan atau anak-anak lain diserahkan kepadanya untuk dididik.                 Demikian pula masalah belajar dan mengajar dapat dikatakan sebagai tindakan pelaksanaan usaha pendidikan, adalah masalah setiap orang. Tiap orang boleh dikatakan selalu belajar juga dalam arti tertentu mengajar ; misalnya; guru mengajar murid-muridnya, atau membelajarkan murid-muridnya, kepada kantor mengkader pengawai-pegawainya, dokter mengajar pasien-pasiennya tentang cara-cara penjagaan kesehatan dan sebagainya.       Oleh karena belajar dan membelajarkan adalah masalah setiap orang, maka merupakan satu hal yang sangat penting dipermasalahkan pada tulisan ini adalah ,(1) Apakah belajar itu, (2)  Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi belajar, (3) mengapa belajar dikatakan menata hari esok. Dengan tujuan disatu sisi untuk memahami lebih jauh tentang apakah itu belajar. Disisi lainnya, Untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh dalam belajar, Untuk mengkaji mengapa belajar sehingga dikatakan menata hari esok. Agar dapat bermanfaat bagi  siapa saja yang ingin mengetahui tentang  (1) Apa itu belajar, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, (3) mengapa belajar dikatakan menata kehidupan hari esok.
BELAJAR
           Berbicara mengenai belajar,maka akan diperhadapkan dengan kata perbuatan. Sedangkan perbuatan itu bermacam-macam, begitu pula perbuatan belajar. Banyak kegiatan yang hampir setiap orang sepakati kalau disebut perbuatan belajar,misalnya mendapatkan perbendaharaan kata-kata baru, menghapal syair , menghapal nyanyian,dan bahkan pekerjaan yang sudah dilakukanpun terkadang masih dianggap belajar. Dalam kenyataan sehari-hari ada beberapa aktifitas sepertinya kurang begitu jelas apakah tergolong sebagai perbuatan (hal) belajar ,misalnya : mendapakan bermacam-macam sikap sosial (misalnya prasangka), kegemaran, pilihan dan lain-lainnya. Oleh karena itu Cronbach dalam (Suryabrata,2002) mengatakan belajar  sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu sipelajar mempergunakan panca inderanya. Begitu pula pendapat aliran skolastis, belajar pada hakikatnya ialah mengulang-ulang bahan yang harus dipelajari. Sehingga dengan demikian dapat dihayati dan diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan hidup baik sekarang maupun masa dating.Dalam waktu singkat belajar dengan tujuan untuk ulangan harian atau evaluasi lainnya. Sedangkan kebutuhan masa datang ilmu yang dipelajari dapat meningkatkan kecerdasan pebelajar agar kelak dapat bermakna baik untuk dirinya , masyarakat umum. Dapat dikatakan untuk kemaslahatan masyarakat banyak dan bukan untuk memusnahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak.  
                Berdasarkan pengertian tersebut maka tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa : (1) Belajar itu membawa perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu,yang tahu menjadi lebih tahu, (2) perubahan itu pada pokoknya adalah dari yang kurang lancar menjadi lancar atau menjadi paham atau mengerti,(3) Perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja(4) Mendapatkan kecerdasan baik untuk masa sekarang, maupun masa datang.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM BELAJAR
             
              Menyimak keempat makna dalam pengertian belajar, maka timbul pertanyaan mengapa tidak semua pebelajar dapat mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang ikut berpengaruh didalamnya, yakni; faktor ekstern dan intern pebelajar.
               Faktor ekstern yang sering berpengaruh dalam kegiatan belajar diantaranya; (1) faktor non sosial seperti kondisi alam, waktu, tempat, pasilitas belajar harus memenuhi syarat pertimbangan didaktis, psikologis, dan faedagogik, dan andragogi.  Suryabrata (2002).(2) faktor sosial dalam belajar seperti pada waktu belajar kedatangan tamu, percakapan disamping ruangan yang sementara ujian, atau keluar masuk ruangan dan sebagainya. Hal seperti ini terkadang mengganggu proses belajar dan ujung-ujungnya prestasi belajar ikut terpengaruh, karena perhatian tidak terfokus pada hal yang dipelajari. Oleh karena itu menurut Sardiman (2003) pengaturan terhadap kondisi pembelajaran merupakan suatu keharusan agar pelaksanaan belajar berlangsung sesuai dengan keinginan pendidikan.
              Faktor Intern, dalam hal ini dapat digolongkan menurut Dan Zigen dalam (Suryabrata,2002) menjadi dua yakni; (1) faktor fsiologis dalam belajar yang terdiri dari; tonus jasmani pada umumnya, dan  keadaan fungsi-fungsi jasmani/fsiologis tertentu, (2) faktor-faktor fsiokologis dalam belajar terdiri dari; bakat, minat, sikap dan usaha belajar, kecerdasan dan intelegensi, motivasi pebelajar.
           Faktor fsiologis dalam belajar dari segi keadaan tonus jasmani pada umumnya, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar. Keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Hal ini mungkin sebagai akibat dari; (1) karena kekurangan kadar makanan, ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mangantuk, lekas lelah dan sebagainya. Apatah lagi anak-anak usia muda, pengaruhnya masih sangat besar Dan Zigen dalam ( Suryabrata,2002). (2) beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu, penyakit-penyakit seperti pilek,infliensa, sakit gigi, batuk dan sejenisnya biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit seperti itu sangat mengganggu aktifitas belajar, (Suryabrata,2002).
            Faktor fsiologis dari segi keadaan fungsi-fungsi jasmani/fsiologis tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera (Suryabrata, 2002). Berfungsi baiknya panca indera adalah merupakan syarat utama berlangsungnya belajar dengan baik. Terutama pada belajar dengan melalui system persekolahan. Dewasa ini system persekolahan seperti mata dan telinga sangat memegang peranan. Karena itu menjadi kewajiban setiap pendidik untuk menjaga agar panca indera anak didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat prefentif, seperti adanya pemeriksaan dokter secara priodik, penyediaan alat-alat pelajaran, serta perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid dikelas (pada sekolah-sekolah) dan sebagainya. Akan tetapi manakala terdapat salah seorang siswa mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran maka penggunaan kaca pembesar, menggunakan buku dengan cetakan tulisan besar, alat bantu pendengar guna mambantu dalam pengadaptasian materi pelajaran dalam kelas. Selanjutnya sebagai program tambahan adalah dengan pengajaran dan tes tambahan yang berfokus pada pemahaman kata-kata dengan mulut, penggunaan bahasa isyarata dan ejaan dengan menggunakan jari-jari tangan (Sardiman,2003).
            Faktor-faktor psikologis dalam belajar dari segi bakat, Rukadjat (1973) Melihat pengertiannya maka, bakat adalah kemampuan khusus sebagai pembawaan dari lahir dan sering juga diistilahkan kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Bahkan ada pendapat mengatakan, kecepatan belajar yang ada dalam diri siswa disekolah itu dapat terjadi karena pembawaan mereka sejak lahir. Sekalipun ada pendapat bahwa bukanlah semata-mata karena bakat yang menyebabkan orang berhasil dalam belajar akan tetapi masih banyak yang lainnya.
             Faktor-faktor psikologis dalam belajar dari segi minat, Rukadjat (1973) mengatakan, minat adalah kemampuan yang terdapat dalam hati atau suatu gairah, keinginan. Oleh karena itu kesuksesan belajar sangat dipengaruhi oleh apakah peserta belajar menaruh minat pada pelajaran tersebut dan bahkan ingin memilikinya apalagi ingin mengaplikasikannya setelah mereka miliki. Begitupula sebaliknya pebelajar akan menghindari pelajaran manakala tidak berminat dan kalau membelakangi secara pasti tidak mungkin memilikinya. Salah satu hal dapat memperkuat minat, manakala dilingkungan indifidu bersangkutan dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuannya.              
            Faktor-faktor psikologis dalam belajar dari segi sikap dan usaha belajar, Rukadjat (1973), belajar sangat dipengaruhi oleh pendirian dan kreatifitas peserta belajar secara sukarela, bahkan ada yang mengatakan bahwa cerdas bagaimanapun seseorang tidak mungkin akan sukses belajar manakala tidak ditunjang oleh sikap positif dan usaha sukarela dalam menghadapi proses pembelajaran yang dijalaninya itu.                 
            Faktor-faktor psikologis dalam belajar dari segi kecerdasan dan intelegensi, Menurut beberapa ahli diantaranya; Symderman dan Rothan (suryabrata, 2002) intelegensi terdiri dari tiga bagian yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan untuk berpikir dan memberikan alas an atau jawaban yang abstrak, dan kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), Senada ungkapan Super dan Crites dalam(Suryabrata 2002) intelegensi, kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman. Begitupula Garet dalam (Veizey,1982) intelegensi adalah kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian dan symbol-simbol. Tidak jauh berbeda ungkapan Bischof dalam (Suryabrata 2002) bahwa intelegensi, kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.Bahkan lebih jelas lagi Faham Teologis, mengatakan bahwa intelegensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang untuk memilih atau menentukan mana ayng haram dan mana yang halal, selanjutnya mampu menentukan pilihan kearah yang benar.
            Berdasar dari pendapat dari beberapa ahli tersebut , maka suatu kawajaran jika intelegensi dapat diklasifikasikan manjadi empat macam; Intelegensi question (IQ), kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seseorang, Sedangkan Emosional Quetsion(EQ),kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, begitupula Spiritual Quetsion(EQ), kemapuan keberpihakan seseorang kepada kebenaran ayng hakiki, dan tidak ketinggalan Sosial Quetsion(SLQ). Kemampuan yang dimiliki setiap orang untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru , serta mampu melakukan refleksi terhadap situasi yang berkembang, dan sekaligus melakukan partisipasi aktif dalam melakukan suatu perubahan untuk kemaslahatan orang banyak.
           Faktor-faktor psikologis dalam belajar dari segi metivasi belajar, Merupakan suatu dorongan baik itu dari dalam individu maupun yang bersumber dari luar ekstern menurut Maslow yang dikutip oleh Frendsen (dalam Suryabrata 2002) motif-motif untuk belajar karena adanya kebutuhan fisik, adanya kebutuhan rasa aman, karena ingin merasa aman/bebas dari kehawatiran, karena butuh rasa cinta/perhatian,karena butuh penghargaan dari masyarakat.Pendapat lain seperti Arden N.Frandsen, bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar ;(1)adanya sifat ingin  tahu dan menyelidiki dunia yang lebih luas,(2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju,(3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,guru,dan teman-teman.(4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru,baik dengan koperatif maupun kompetisi,(5) adanya ganjaran atau hadiah sebagai akhir dari belajar,(6)adanya keinginan rasa aman bila menguasai pelajaran.
          Menyimak kedua pendapat tersebut maka barangkali tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, motivasi intern berasal dari adanya sifat kreatifitas dan keinginan selalu ingin tahu kepada seluruh aspek terutama apa yang mereka pelajari demi perkembangan kearah kemajuan.Sedangkan motivasi ekstern lahir karena keinginan untuk mendapatkan pengakuan diberbagai pihak secara universal.

MENGAPA BELAJAR DIKATAKAN PERSIAPAN HARI ESOK    
            Kemajemukan kebutuhan-kebutuhan pebelajar, maka sebagai pendidik diharapkan senantiasa mengenal kebutuhan mana yang dominan bagi anak didiknya sebagai pebelajar sekalipun usia muda terkadang belum jelas cita-cita masa depan yang sebenarnya.Karena itulah sebagai pendidik diharapkan berinisiatif untuk merumuskan tujuan-tujuan sementara yang dekat sebagai cita-cita sementara supaya hal ini merupakan motivasi atau pendorong yang kuat bagi siswa untuk belajar.
           Hal inilah sehingga belajar dikatakan penentu utama hari esok, sebab yang dilakukan hari ini adalah untuk masa datang. Belajar hari ini tiada lain untuk masa datang, makanya itu secara teoritis kegagalan dalam pembelajaran hari ini merupakan gambaran untuk kegagalan hari esok. Menata masa depan tanpa belajar maka sama halnya merencanakan kegagalan. Maka dari itu, pandangan teologis mengatakan bahwa untuk menggapai kebahagiaan dunia, kuasai ilmu pengetahuan, begitupula kebahagiaan dihari kemudian kuasailah ilmu. Sementara ilmu pengetahuan tidak akan mungkin tanpa belajar. Apatahlagi ketika mengharapkan eksitensi masa depan yang cemerlang tidak akan mungkin tanpa Iman dan Ilmu. 

PENUTUP
           Belajar, merupakan usaha disengaja secara sukarela menuju pada perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari kurang lancar menjadi lancar suatu ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar kelak menjadi miliknya, kemudian dapat dijadikan sebagai alat dalam menata kehidupan hari esok yang lebih baik. Sekalipun dalam belajar tidak terlepas dari beberapa pengaruh baik itu bersumber dari dalam diri (intern) pebelajar maupun bersumber dari luar (ekstern). Dari kedua faktor tersebut saling berpengaruh antara satu dengan lainnya, kendatipun kesemuanya itu yang paling menentukan terletak pada penanaman motivasi terhadap peserta belajar.
             Oleh karena proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, maka diharapkan pendidik mengatur faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh positif bagi anak didik.Selain itu heterogenitas aspirasi para anak didik perlu diketahui oleh kalangan pendidik dan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut. Kemudian tidak kalah pentingnya pembuatan tujuan-tujuan sementara yang dekat adalah merupakan suatu alternatif guna memberi arah kepada usaha mereka dalam belajar.
           Selain itu tidaklah berlebihan jika dijadikan suatu kesepakatan bahwa belajar merupakan prasyarat utama untuk meraih kehidupan masa datang lebih baik. Sebab tanpa belajar maka ilmu pengetahuan dan tekhnologi sulit diperoleh. Begitupula masa depan yang lebih baik tanpa IPTEK maka sulit untuk menjadi miliknya. Tidak heran kalau pakar pendidikan menilai behwa kegagalan dalam belajar berarti kegagalan dalam memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga berakibat kegagalan masa depan. Singkatnya sukses belajar berarti sukses masa depan.
           

Daftar Bacaan

Amirin Tatang M, 1996.Pokok-pokok Teori system. Jakarta :Rajawali pers.
Rukadjat Adjak dkk, 1973. Psikologi Pendidikan. Jakarta ;Depdikbud
Salim Peter, 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Penerbit Moderen English press.
Sardiman, 2002.Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta; PT.Raja GrafindoPersada
Suhartono Suparlan,2003. Filsafat ilmu Pengetahuan. UNM Makassar
Suryabrata Sumadi, 2002.Fsikologi Pendidikan.Jakarta ; PT.Raja Grafindo persada
Veisey John, 1982. Pendidikan di Dunia Modern. Jakarta ; Gunung Agung.