Jumat, 21 November 2008

ARTIKEL

PROFESIONALISME GURU DALAM TANTANGAN AKSELERASI DINAMIKA PENDIDIKAN           DENGAN PERKEMBANGAN EKONOMI ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN *)

                                                        Oleh ; Zaenuddin Kabai . **)

      Berbagai asumsi mengatakan bahwa kemajuan masyarakat moderen dewasa ini tidak mungkin dicapai tampa kehadiran sekolah sebagai organisasi penyelenggara proses pendidikan secara formal . Padahal ketika ditelusuri secara mendalam sekolah bukanlah satu-satunya lembaga penyelenggara pendidikan . Karena masih ada institusi keluarga , dan pendidikan luar sekolah . Justru semua institusi pendidikan diharuskan berkolaborasi dalam optimalisasi pembinaan generasi penerus . Bahkan jika dipercayakan sepenuhnya kepada sekolah adalah merupakan suatu kekeliruan .
Kegiatan pendidikan yang berlangsung disekolah menempatkan sekolah sebagai salah satu institusi social masih tetap bertahan sampai sekarang Keberadaannya berfungsi melaksanakan kegiatan pembinaan potensi anak dan transformasi budaya kepada generasi muda .Hal ini dimaksudkan agar suatu bangsa tetap prima dalam kemajuan untuk memenuhi tuntutan global .Karenanya akselerasi dinamika pendidikan sebagai pemeran utama dalam memenuhi tuntutan gloabalisasi dunia diberbagai segi , terutama tuntutan globalisasi ekonomi .
        Dalam kegiatan tersebut , gurulah sebagai pelaksana terdepan , tapi bukan berarti bahwa guru sebagai penanggung jawab utama terhadap
pengembangan kemampuan individu, moral dan perilaku social anak . Makanya itu dikatakan guru adalah seorang pendidik,pembimbing,pelatih,dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar menarik,aman,nyaman ,serta kondusif dikelas. Dengan demikian keberadaannya ditengah-tengah siswa dapat mencairkan kebekuan,dan kejenuhan belajar siswa . Kemudian berubah menjadi suasana belajar yang menyenangkan , serta dapat melahirkan semangat optimis . Sehingga dengan demikian luaran pendidikan formal ( sekolah ) dapat memenuhi tuntutan pendidikan yang manpu berkompetisi dengan perkembangan ekonomi , dan bukan bakal menjadi beban ekonomi baik sekarang maupun masa datang . Sekalipun kenyataannya , profesionalisme guru hanya merupakan sebuah slogan belaka tanpa diiringi dengan berbagai pasilitas pengembangan profesi guru , dan bahkan kebebasan untuk mengembangkannya dibatasi oleh system otoritarian kearah eliminasi potensi kreatifitas menuju pada ketergantungan abadi sesuai dengan kehendak atasan , dan bukan kehendak dinamika pendidikan serta akselerasi pembangunan ekonomi . Akibatnya profesionalisme guru , akselerasi dinamika pendidikan , dan pembangunan ekonomi merupakan sebuah antagonisme berkepanjangan .
         Suatu hal menggembirakan dengan adanya tunjangan profesi bagi guru – guru yang sudah lulus setifikasi sebagai guru professional dengan tunjangan profesi sebanyak gaji pokok yang sedang berlaku .Sekalipun dengan tuntutan tanggung jawab sebagai guru professional secara global mengenai akselerasi dinamika pembangunan ekonomi , dan tekhnologi semakin hari semakin mencekam . Selain ttu tuntutan kesabaran mengenai tunjangan profesi guru adalah merupakan suatu pekerjaan yang cukup melelahkan bagi setiap guru karena proses penerimaannya belum permanem , sehingga berakibat lahinya keputus asaan bagi kalangan tertentu .Terutama bagi guru – guru yang memang hanya mengandalkan penghasilan dari guru .
       Hampir se-abad Indonesia mempersoalkan mengenai kualitas SDM . Akan tetapi hanya sampai pada perbincangan mengenai pendidikan negara – negara maju , dan negara berkembang lainnya seperti Malaysia , Singapur , dan Korea , serta mengenai dana pendidikan yang sementara tarik ulur . Padahal Negara tersebut diatas ketika mencanangkan kualitas sumberdaya manusia maka secara spontan seluruh potensi Negara berfokus untuk itu .Entah sadar atau tidak bahwa tidak ada satupun didunia dapat berjalan sesuai dengan harapan tanpa ilmu . Sementara ilmu itu tidak akan mungkin tanpa melalui pendidikan . Indonesia Negara yang pernah menyandang sebagai macan Asia , dan tahun 1992 kekuatan ekonomi baru di kawasan ini.. Bahkan seblumnya Negara Malaysia mengimpor tenaga guru dari Indonesia .

      Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) , menejemen berbasis sekolah (MBS) , kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai landasan gerak untuk mengembangkan potensi kreatifitas dan inovasi setiap sekolah agar proses pembelajaran disekolah dapat berjalan seiring dengan dinamika akselerasi pembangunan ekonomi dan tekhnologi hanya dijadikan sebagai simbol demokratisasi pendidikan . Padahal akselerasi pembangunan ekonomi dan tekhnologi membutuhkan kreatifitas yang inovatif , dan konstruktif bagi petugas terdepan pengelola pendidikan . Tampa disadari bahwa perilaku tersebut akan melahirkan ketergantungan berkepanjangan yang sekaligus berakibat pada keterhambatan akselerasi pengembangan kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan .
       Kualitas sumber daya manusia dikatakan teruji manakala pengetahuan ,keterampilan , kemandirian , dan kemampua bekerjasama dengan pihak lain telah menjadi milk bagi setiap output pendidikan pada setiap jenjang pendidikan , dan perkembangan psikologi . Pertanyaannya bagaimana melahirkan output sesuai dengan harapan – sementara petugas terdepan tidak memiliki kemandirian untuk mengembangkan tuntutan tersebut .Oleh karena itu PGRI sebagai satu – satunya organisasi profesi guru diharuskan untuk melakukan rekonsiliasi diberbagi pihak yang terkait untuk reformasi agar ketergantungan tanpa alasan mendasar oleh sebuah system tidak berkepanjangan .


Tidak ada komentar: