Kamis, 24 Juli 2008



PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SMA NEGERI
KABUPATEN BANTAENG


ZAENUDDIN KABAI


Abstract : This research aimed at describing the backgroung of the teachers’ satification, the teachers’ evaluation on the influence of the headmasters’ managerial competence on the teachers’ working satisfication at State Senior High School in Bantaeng District. This survey method. The population consisted of the teachers of State Senior High Schools in Bantaeng District. The samples were taken by using random sampling whose number was 50 persons. All the reguired data were collected through observation, documentation, and interview with the help of an instrument in the form of a questionnaire which had been tried out before, and it wasfound to be valid and reliable. The collected daa were analized by usiing descriptive statistical analis and inferential analysis. (correlation and reqression). The results of the research showed that according to the teachers’ evaluation, there is a positive land significant influence of the headmasters’ managerial competence on the working satisfaction of the teachers of State Senior High Schools in Bantaeng District. It can be concluded that the higher the teachers’ evaluation of the headmasters’ managerial competence is, the higher the the teachers’ working satisfaction will be. In other words, the improvement of the headmasters’ managerial competence can cause the improvement of the teachers’ working satisfaction at State Senior High School in Bantaeng District. This means that whether the teachers; working satisfaction is high or low, it is determined by the headmasters’ managerial competence.

Dewasa ini kepuasan kerja karyawan pada setiap lembaga atau organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit sudah mulai marak diperbincangkan. Kendatipun mengenai kepuasan kerja guru sampai saat ini penulis menilai bahwa kepuasa kerja guru masih sangat langka dalam perbincangan, baik tingkat daerah, regional, dan tingkat nasional. Padahal kepuasan kerja guru dimana-mana di Indonesia masih sangat memprihatinkan, kecuali bagi guru-guru yang memiliki penghasilan tambahan, terutama di Kabupaten Bantaeng, kepala sekolah hanya mampu menindak lanjuti instruksi atasan sebagai pelarian atau alasan mengenai ketidak berdayaan untuk mengatasi kesenjangan antara beban jasa yang semakin hari semakin melebar dan semakin dalam. Hal ini penulis tertarik untuk mengkaji karena beberapa alasan yaitu : (1) kepuasan kerja merupakan gejala alamiah yang sulit dihindarkan oleh individi karena hampir semua kondisi kerja dapat pula menyebabkan ketidak puasan kerja dan pada saat yang sama dapat pula menyebabkan kepuasan kerja. (2) para ahli mengatakan faktor isi pekerjaan dan kondisi pekerjaan atau konteks pekerjaan memberikan sumbangan labih besar terhadap kepuasan kerja guru (Gibson, 1996). Sekalipun kepuasan kerja guru bukanlah kinerja guru tapi sangat mempengaruhi kinerja / prestasi kerja. Sebab motivasi kreativitas yang productif dan prestasi kerja meningkat manakala kepuasan kerja tinggi. Bagi individu ketidakpuasan kerja adalah salah satu penyebab munculnya stres.
Kepala sekolah sebagai manajer puncak dan guru merupakan sumber belajar utama bagi siswa, disamping sumber belajar lainnya. Dengan demikian guru-guru memiliki peranan yang sangat dominan dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Sementara peranan guru secara maksimal dapat terlaksana manakala kepuasan kerja guru dapat terpenuhi. Dalam rangka itulah kemampuan manajerial kepala sekolah dan kepuasan kerja guru merupakan komponen utama sekolah dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas suatu sekolah. Sebab kepuasan kerja mencerminkan disiplin, moral dan prestasi.
Pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru dalam rangka pengembangan kegiatan belajar mengajar disekolah merupakan obyek kajian tersendiri. Hal tersebut menjadi penting karena hubungan keduanya akan menjadi penentu bagi kemajuan sekolah itu sendiri pada umumnya dan suksesnya proses belajar mengajar adalah merupakan inti kegiatan sekolah pada khususnya.
Penelitian tentang kemampuan manajerial kepala sekolah dan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja guru di sekolah sebagai dua komponen yang sangat menentukan keberhasilan sekolah, yang kajiannya berdasarkan pada teori manajemen pendidikan (sekolah).
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka penulis menjadikan masalah utama dalam penelitian ini, sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru pada sekolah menengah atas negeri (SMAN) di Kabupaten Bantaeng?. Dengan berdasarkan pada obyek kajian dalam penelitian ini dan formulasinya yang diangkat, secara umum penelitian ini bertujuan : (1) Untuk memperoleh gambaran secara empirik tentang kemampuan manajerial kepala sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Bantaeng. (2) Untuk memperolah gambaran secara empirik tentang kepuasan kerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten Bantaeng. (3) Untuk mengetahui dan mendapatkan data empirik tentang pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru pada SMAN di Kabupaten Bantaeng.
Adapun beberapa manfaat yang dapat ditarik sehubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini, diantaranya : (1) Bagi Departemen Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagai instansi pembina SMA Negeri, para kepala sekolah dan guru-guru SMA Negeri, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan SMA Negeri dan kepuasan kerja guru yang tercermin dalam belajar mengajar di sekolah. (2) Bagi para peneliti yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan komparasi dalam melihat fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan mengenai pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (3) Bagi para praktisi pendidikan dan masyarakat umum, dapat menjadi bahan bacaan dan tambahan informasi bagi pengembangan wawasan intelektual. (4) Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya, akademik, khususnya dalam ilmu manajemen pendidikan.
Kepuasan kerja adalah sesuatu yang bersifat individu.setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan, akan dirasakan dan sesuai dengan keinginan individu maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
Guru, adalah tenaga kependidikan yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (undang-undang sisdiknas, 2003). Sedangkan sebagai pendidik adalah merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik. Bahkan pada pasal 40 hak dan kewajiban guru telah termuat di dalamnya.
Hasibuan (2003) mengatakan kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Hal ini tercermin pada moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Selanjutnya mengatakan bahwa kepuasan kerja dapat diperoleh di dalam pekerjaan dan diluar pekerjaan. Hal ini senada diungkapkan oleh siagian (2003) bahwa kepuasan kerja merupakan cara pandang seseorang baik atau buruk – positif maupun negatif terhadap kehidupan organisasinya. Sedangkan Syarif (2003) mengatakan bahwa kepuasan kerja karyawan akan mencapai manakala karyawan merasa bahwa pekerjaannya bermanfaat, merasa memiliki tanggung jawab terhadap hasil kerjanya, dan memperoleh pengetahuan dari pekerjaannya.
Menurut Sudirman (2003) mengatakan, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.
Herzberg (dalam Gibson, 1996) mengatakan bahwa kepuasan kerja dapat dilihat datri segi : isi perkerjaan (intrinsik) : (1) pencapaian prestasi, (2) pengakuan, (3) tanggung jawab, (4) kemajuan pekerjaan, (5) kemungkinan berkembang, sedangkan konteks pekerjaan (ekatrinsik) meliputi : (1) upah dan gaji, (6) mutu supervisi, (7) mutu hubungan inter-personal antara sesama rekan, atasan dan bawahan.
Menurut Riduwan (2002) mengenai indikator kepuasan kerja guru hampir senada dengan pendapat sebelumnya. Tapi pendapat ini telah memfokuskan kepada kepuasan kerja guru yakni sebagai berikut :
Dimensi intrinsik (isi pekerjaan) terdiri dari : mengelola PBM, menguasai bahan pelajaran sesuai dengan kurikulum, mengelola kelas, menggunakan media sumber belajar, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa, mengenal fungsi dan program pelajaran BP dan menyelenggarakannya, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Sedangkan dimensi ekstrinsik (konteks pekerjaan) terdiri dari : upah dan gaji serta insentif lainnya, hubungan dengan atasan, hubungan dengan rekan sekerja, hubungan dengan siswa, sarana dan prasarana, iklim organisasi, ketenangan kerja, insentif dan kesejahteraan lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, Hasibuan (2003), Rivai (2003), Robbins (1999) secara terperinci mengenai beberapa alasan yang menimbulkan atau mendorong kepuasan kerja antara lain : (1) pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keahlian. (2) tempat kerja sesuai dengan harapan. (3) pekerjaan yang menyediakan perlengkapan yang cukup. (4) pekerjaan yang menyediakan informasi yang cukup lengkap. (5) pimpinan yang lebih banyak mendorong tercapainya suatu hasil dan tidak terlalu banyak mendorong tercapainya suatu hasil dan tidak terlalu banyak atau ketat melakukan pengawasan. (6) pekerjaan yang memberikan penghasilan cukup memadai. (7) tantangan pekerjaan untuk mengembangkan diri. (8) pekerjaan yang memberikan rasa aman dan ketenangan. (9) harapan yang dikandung oleh pegawai, guru itu sendiri. (10) sikap rekan kerja / komunikasi antara sesama rekan kerja.
Adam Smith (Nurdin, 1987) mengatakan bahwa sumber kemakmuran adalah kerja. Jadi setiap orang yang melakukan kegiatan pikir (otak), mental atau fisik dengan mendapatkan imbalan dalam bentuk sarana kebutuhan hidup, berarti ia bekerja. Pada dasarnya orang bekerja tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga untuk mencapai taraf hidup lebih baik. Dari beberapa uraian mengenai kerja, maka pada hakekatnya kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang baik melalui tenaganya maupun pikirannya dengan mendapat imbalan. Begitu pula kerja guru sebagai pendidik, pembimbing, fasilitator guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka wajarlah kalau dari hasil kerja mendapat imbalan setimpal agar mereka memperoleh kepuasan kerja.
Teori kepuasan kerja, menurut Maslow (dalam Siagian, 1995) mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan keamanan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuan esteen, (5) kebutuhan untuk aktualisasi diri. Begitu pula teori n – Ach dari Mc Celland (dalam Gibson, 1996) mengatakan ada tiga faktor yang menjadi motivasi kuat bagi seseorang untuk berprestasi, yakni : (1) kebutuhan akan kekuasaan (need for power), (2) kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), (3) kebutuhan akan keberhasilan (need for achievement). Teori ini berusaha menjelaskan prestasi kerja dari sudut pandang psikologi yang lebih menekankan prestasi kerja dari sudut pandang psikologi yang lebih menekankan prestasi kerja sebagai suatu prilaku (achievement oriented behavior). Selanjutnya teori “X – Y” dari Douglas (Thoha, 2004) mengenai teori X mengatakan bahwa sebagian besar manusia pada hakekatnya adalah : (1) tidak suka bekerja, (2) tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah, (3) mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi, (4) hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja, (5) harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan Teori Y mengasumsikan bahwa, semua orang pada dasarnya kreatif dan menganggap bahwa : (1) bekerja sama dengan bermain, cukuo menarik dan bahkan mengasyikkan, (2) orang mempunyai kemampuan untuk mengawasi dirinya sendiri, (3) setiap orang memiliki kemampuan kreatifitas, (4) disamping itu, orang juga memiliki kebutuhan rasa aman, ingin bergaul, ingin dihargai, dan ingin menonjolkan diri, dan (5) orang perlu dimotivasi untuk bekerja. Sedangkan teori dua faktor – Herzberg (Gibson, 1996) berkesimpulan bahwa penyebab ketidakpuasan kerja guru, dan penyebab kepuasan kerja guru perlu mendapat perhatian. Untuk itu kemampuan manajerial kepala sekolah dapat mengkaji dan meneliti secara cermat agar penyebab ketidakpuasan kerja guru dapat dihilangkan guna menumbuh kembangkan kepuasan kerja guru. Sebaliknya penyebab kepuasan kerja guru dilestarikan guna menghindari lahirnya ketidakpuasan kerja guru. Selanjutnya teori keadilan, Gibson (1996) mengatakan bahwa seseorang yang bekerja dalam rangka memperoleh tukaran imbalan dari organisasi, di motivasi oleh suatu keinginan untuk diperlakukan adil di pekerjaan. Tidak ketinggalan teori harapan dari Victor H.Vroom (dalam Gibson, 1996) menyebutkan bahwa suatu motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai dari seseorang. Jika keinginan seseorang terhadap sesuatu dan harapan memperolehnya kuat, maka dorongan untuk mendapatkannya pasti kuat. Sebaliknya jika harapan untuk memperoleh kecil maka motivasi untuk memperolehnya juga rendah.
Hakekat kemampuan manajerial, menurut Rivai (2003), Harsey dalam (Wahjosumidjo, 2003) mengenai keterampilan manajerial yang efektif, maka ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer, adalah : kemampuan teknis, hubungan, konseptual.
Kepala sekolah sebagai manajer. Menurut Wahjosumidjo (2003) mengatakan bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganizir, memimpim dan mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berpijak dari uraian diatas, yang dimaksud dengan kemampuan manajerial adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan segala sumber daya baik materil, maupun non materil melalui kemampuan perencanaan, kemampuan pengorganisasian, kemampuan pengarahan / kepemimpinan / menggerakkan (aktuating), kemampuan penyeliaan (supervisi).
Kemampuan manajerial kepala sekolah menurut Leslie (2003), Robbins (1999), Hasibuan (2003), Wahjosumidjo (2003), dan Riduwan (2002) adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan segala sumber daya baik materil maupun non materil melalui kemampuan merencanakan : menurut Riduwan (2002) terdiri dari : (1) mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru; (2) mampu mengumpulkan, mengolah data dan informasi; (3) mampu merumuskan faktor eksternal / internal yang menghambat dan mendorong kemampuan manajerial; (4) mampu memilih alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah; (5) mampu mengambil keputusan yang tepat; (6) mampu melaksanakan kegiatan manajerial yang meliputi : mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efesiensi dalam mencapai tujuan, merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan; (7) mampu merumuskan pengalokasian anggaran; prioritas, dan isentif secara adil, transparansi serta akuntable. Kemampuan pengorganisasian Menurut Riduan (2002) ialah : (1) mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru, (2) mampu memciptakan suasana harmonis, (3) mampu membina kerja sama yang efektif, (4) mampu berkomunikasi secara efektif, (5) mampu mengukur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan. Kemampuan memimpin / mengarahkan Menurut Riduwan (2002) ialah : (1) mampu meng-koordinier kegiatan secara efektif dan efisien, (2) mampu memberi motivasi untuk mencapai tujuan, (3) mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan. Kemampuan pengawasan : (1) mampu menentukan standar kualitas pekerjaan, (2) mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai, (3) mampu menentukan dan mengadakan tindakan perbaikan (Melayu, 2003).


METODE PENELITIAN
Jenis penelitian, penelitian ex – post pacto dengan metode Survei dengan melakukan pengumpulan data dilapangan populasi (seluruh guru SMA Negeri di Kabupaten Bantaeng). Kemudian membuat tekasiran secara akurat berdasarkan data yang dikuantifikasi mengenai berbagai karakteristik responden yang terpilih sebagai sampel penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelasional. Apakah terdapat pengaruh atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiono, 2004). Dengan harapan agar permasalahan di lapangan dapat terjawab. Terutama mengenai pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri di Kab.Bantaeng. Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Kemampuan manajerial kepala sekolah sebagai variabel bebas (X) dan kepuasan kerja guru sebagai variabel terikat (Y).
Defenisi Operasional Kepuasan Kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan seorang guru dalam menilai pekerjaannya sebagai suatu yang dapat memuaskan kebutuhannya baik yang bersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Indikatornya dapat dilihat dari dua segi yakni : dari segi isi pekerjaan (intrinsik) terdiri dari : 1) tanggung jawab; 2) kemajuan pekerjaan; 3) pencapaian prestasi; 4) pengakuan; 5) kemungkinan untuk berkembang. Sedangkan dari segi konteks pekerjaan (ekstriksik) terdiri dari : 1) upah dan gaji; 2) insentif dan kesejahteraan lainnya; 3) situasi dan kondisi tempat kerja.
Definisi operasioal kemampuan manajerial adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan segala sumber daya baik materiil maupun non materiil melalui kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi.
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri di Kab.Bantaeng yang tersebar pada 4 (empat) SMA Negeri dengan jumlah anggota populasi 117 orng. Sebahagian dari populasi tersebut akan dipilih sebagai sampel dengan teknik Random Sampling. Tiro (2003). Dari semua guru yang ada pada 4 sekolah tersebut, dipilih sebagai responden sebanyak 50 orng.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah berupa lembaran kuesioner. Lembaran kuesioner tersebut digunakan untuk mengukur variabel pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru melalui penilaian guru-guru berdasarkan apa yang dialami dan dirasakan selama mereka bertugas di tempat tersebut. Kuesioner di susun dan diberikan kepada responden dalam bentuk tertutup dengan menyediakan lima alternatif jawaban sebagai pilihan responden.
Uji coba instrumen pada sampel yang diambil populasi yang tidak termasuk dalam anggota sampel penelitian, sehingga sampel uji coba instrumen setara dengan sampel penelitian. Setelah instrumen terkumpul dari responden dibuatkan tabulasi data dan dianalisis dengan menggunakan komputer program excel. Untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dari pearson. Sedangkan untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus alfa crombach. Hasil uji coba perhitungan validitas dan realibilitas instrumen penelitian dari setiap variabel dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Kuesioner penilain guru-guru mengenai kemampuan manajerial kepala sekolah. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson. Dari 45 item kuesioner di uji coba, terdapat 33 item kuesioner yang valid dan 12 item tidak valid (drop).
2. Kuesioner kepuasan kerja guru. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson. Dari 58 item kuesioner kepuasan kerja guru yang di uji coba, terdapat 46 item kuesioner yang valid dan 12 item tidak valid (drop).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi responden dalam penelitian ini meliputi : jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan masa kerja. Tergambar kepuasan kerjanya sangat bervariasi, namun ketika ditinjau secara keseluruhan keempat tinjauan tersebut memiliki rata-rata kepuasan kerja tinggi.
Analisis pengaruh kemampuan menajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru berdasarkan hasil penelitian diatas, maka analisis regresi linier sederhana dengan model skor kepuasan kerja guru dapat digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. “Terhadap pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru”. Dengan kata lain di duga bahwa semakin tinggi kemampuan manajerial kepala sekolah semakin tinggi pula kepuasan kerja guru dan sebaliknya semakin rendah kemampuan manajerial kepala sekolah maka kepuasan kerja guru semakin rendah atau dengan kata lain semakin banyak guru yang merasa tidak puas. Terbukti hasil analisis regresi sederhana bahwa pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru cukup signifikan. Hal ini menandakan bahwa kepuasan kerja guru sangat ditentukan oleh kemampuan manjerial kepala sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru, artinya semakin tinggi atau semakin mantap kemampuan manajerial kepala sekolah maka semakin tinggi pula kemampuan kerja guru, maka dengan demikian dapat dipastikan bahwa disiplin kerja, moral kerja, prestasi kerja pasti ikut meningkat (Hasibuan, 2003). Begitu pula tingkat kemangkiran, turn over pasti menurut atau bahkan tidak ada (Siagian, 2003). Gambaran ini menunjukkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya mengelola proses pendidikan dan pengajaran di SMA Negeri di Kab.Bantaeng masih perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh berbaga faktor yang telah dijelaskan pada kajian teori bahwa fungsi manajemen terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan belumlah berjalan secara maksimal. Mungkin disebabkan oleh banyaknya aktifitas / kegiatan kepala sekolah mengenai tugas dan tanggung jawabnya, atau kepedulian kepala sekolah terhadap guru sebagai pembantunya dalam mengelola sekolah yang menjadi tanggung jawabnya masih belum maksimal,s ehingga penilaian guru-guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah masih bervariasi antara sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut seorang kepala sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengawasi seluruh kegiatan sangat dibutuhkan kemampuan oleh seorang kepala sekolah sebagai manajer di sekolah, karena dapat berakibat terhadap kepuasan kerja guru. Sebab hasil analisis data penelitian mengenai pengaruh kemampuan manajerial terhadap kepuasan kerja guru menunjukkan hasil sangat signifikan. Dengan demikian suatu pertanda bahwa semakin tinggi penilaian guru-guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru-guru di SMA Negeri Kab.Bantaeng. Sedangkan kepuasan kerja guru dapat mengakibatkan meningkatnya moral kerja guru, kedisiplinan guru-guru, dan bahkan prestasi kerja guru ikut meningkat (Hasibuan, 2003). Selanjutnya tingkat kemangkiran guru-guru, Turn Over dapat diredam (Siagian, 2003). Selanjutnya kepuasan kerja guru dari segi : (1) isi pekerjaan (intrinsik) terdiri dari : tanggung jawab, kemajuan pekerjaan, pencapaian prestasi, pengakuan, dan kemungkinan untuk berkembang; (2) konteks pekerjaan (ekstrinsik) terdiri dari : upah dan gaji, kondisi kerja, status pekerjaan, prosedur pekerjaan, mutu supervisi, mutu hubungan interpersonal, sarana dan prasarana, iklim organisasi dan ketenangan kerja. Deskripsi hasil penelitian memberikan informasi bahwa kepuasan kerja guru pada SMA Negeri Kab.Bantaeng masih perlu ditingkatkan.
Kepala sekolah sebagai manajer harus bertanggung jawab terhadap kepuasan kerja. Sehingga dengan demikian input, proses, dan output sekolah dapat memenuhi tuntutan kurikulum. Jika hal ini terwujud maka sekolah sebagai tempat pembinaan, pengembangan potensi (candradimuka) generasi muda guna melahirkan alumni yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kemandirian, kepedulian sosial, kepekaan terhadap situasi, dan kemampuan bekerja sama antara sesama manusia dimana saja mereka berada dapat terwujud menjadi suatu kenyataan. Akan tetapi manakala sebaliknya dimana sekolah hanya mampu melahirkan alumni yang tidak mampu berbuat apa-apa kecuali hanya dengan selembar surat tanda tamat belajar (STTB). Akibatnya sekolah sebagai idaman masyarakat akan berubah menjadi kebencian masyarakat. Karena harapan masyarakat mengenai kualitas alumni sangat jauh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga pada gilirannya masyarakat semakin menjauh dari sekolah, dan manakala hal ini terjadi maka secara pasti negeri in iakan mengalami kesulitan berkepanjangan.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabanya pula. Inisiatif dan kreatifitas menuju kepada perkembangan dan kemajuan (development oriented). Kendatipun demikian dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan yang dialami sekolah baik berupa atau bersifat material seperti perbaikan gedung, penambahan ruang, penambahan perlengkapan, media pengajaran dan sebagainya, maupun yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak. Kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri. Tapi bersama guru-guru, orang tua siswa atua komite sekolah, serta pihak pemerintah setempat. Begitu pula kompensasi berupa tambahan penghasilan seperti insentif guru-guru, pemberian dana kelebihan jam mengajar, transportasi pelaksanaan remedial dan pengayaan tidak mungkin dapat diselesaikan kepala sekolah tanpa partisipasi orang tua dan subsidi pemeritah.
Keterbatasan Penelitian. Tidak bisa diingkari bahwa kurangnya pengalaman penelitian, kesibukan responden, keterkaitan responden dengan prestasi hampir tidak ada, unsur subyektifitas antara peneliti dan responden sulit dihindari, sekalipun demikian upaya maksimal peneliti untuk meminimalisir kesalahan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah SMA Negeri di Kab.Bantaeng berada pada kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. (2) kepuasan kerja guru pada SMA Negeri di Kab.Bantaeng berada pada kategori tinggi, dan sangat tinggi. (3) hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri Kabupaten Bantaeng. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru.

IMPLIKASI PENELITIAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa implikasi hasil penelitian ini. Perumusan implikasi penelitian menekankan pada upaya untuk lebih meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah menengan atas negeri (SMAN) dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja guru di SMA Negeri Kab.Bantaeng. Upaya - upaya tersebut akan diuraikan berikut ini : upaya meningkatn penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja guru.
Hasil analisis dan kesimpulan penelitian menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah denghan kepuasan kerja guru. Temuan tersebut memberikan pengertian bahwa upaya peningkatan penilaian guru tentang kemampuan manajerial kepala sekolah juga merupakan upaya peningkatan kepuasan kerja guru SMA Negeri Kab.Bantaeng dalam melakukan tugas pokoknya sebagai tenaga pendidik.
Temuan lain diperoleh dari penelitian ini adalah diketahuinya bahwa penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala SMA Negeri Kab.Bantaeng termasuk dalam kategori tinggi. Sehingga temuan ini dapat digeneralisasikan bahwa penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah menengah atas (SMA) Negeri di Kab.Bantaeng dapat mendorong guru untuk meningkatkan kepuasan kerja guru dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru SMA Negeri, ini terbukti dari perolehan skor kepuasan kerjanya berada pada kategori tinggi.
Uraian tersebut diatas, dapat dipahami bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan atau mempertahakan kepuasan kerja guru SMA Negeri di Kab.Bantaeng dapat dilakukan dengan jalan berupaya mempertahankan dan meningkatkan penilaian guru terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah. Oleh karena itu dengan melakukan faktor tersebut, maka upaya peningkatan dan mempertahankan kepuasan kerja guru, kepala sekolah senantiasa melakukan : (1) mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memperoleh kepuasan kerja menuju terwujudnya kedisiplinan kerja, moral kerja, dan prestasi kerja secara maksimal. (2) pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap guru, dan bukan berdasarkan perasaan. Hal ini merupakan suatu upaya untuk menanamkan kesadaran bagi setiap guru mengenai betapa pentingnya potensi kreatifitas, dan inisiatif yang produktif bagi setiap guru. Dengan demikian maka setiap guru akan termotivasi berprilaku dengan penuh dedikasi demi tercapainya kerja sama antar sesama guru. (3) pemberian imbalan dan penghargaan bagi prestasi guru secara adil adalah merupakan suatu langkah kepala sekolah guna mempertahankan dan meningkatkan kepuasan kerja guru. Bahkan dapat melahirkan persaingan positif diantara guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik yang profesional. (4) upaya peningkatan mutu pengawasan, penegakan kedisiplinan, serta penilaian di berbagai segi bagi setiap guru dan karyawan (pegawai) di lingkungan SMA Negeri Kab.Bantaeng, adalah merupakan suatu upaya untuk meningkatan kepuasan kerja guru yang memiliki dedikasi bagi guru dan pegawai yang masih apatis. (5) penyegaran berupa pendidikan atau pelatihan dalam rangka pengembangan karir guru terutama yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. (6) mengupayakan untuk pengadaan ruangan khusus bagi guru yang kondisinya cukup memadai atau memungkinkan guru dapat mendiskusikan perkembangan-perkembangan dalam mengajar. Hal ini penting agar guru dapat bertukar pikiran atau bertukar pengalaman sesuai dengan kondisinya yang dialami. Ruang ini juga dapat digunakan oleh guru untuk melayani siswa-siswi yang memiliki masalah khusus. (7) menata ruang guru, karena ruangan yang tertata dengan rapi dapat menimbulkan kepuasan kerja, sebaliknya ruangan yang tidak beraturan cenderung melahirkan ketidak puasan kerja guru. (8) menyediakan fasilitas ruangan yang memadai seperti ventilasi, menghindari kelembaban udara dalam ruangan, serta peralatan yang memadai. (9) penciptaan rasa aman dan kenyamanan bagi guru, karena guru yang merasa terganggu / terancam dan kurang nyaman baik bersumber dari dalam maupun bersumber dari luar sekolah dengan sendirinya tidak dapat menikmati kepuasan kerja secara maksimal, akibatnya turn over, tingkat kemangkiran pasti meningkat.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka diajukan bebeapa saran sebagai berikut : (1) kepala sekolah senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerialnya meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Sebab keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh moral kerja, kedisiplinan guru, dan prestasi kerja guru. Sementara ketiga faktor tersebut terlaksana manakala kepuasan kerja guru dapat tercapai atau ditingkatkan. (2) kepuasan kerja guru dapat ditingkatkan melalui peningkatan kedisiplinan, moral kerja, dan prestasi kerja guna mewujudkan sekolah sebagai candradimuka demi terwujudnya insan madani, cerdas, makarya, sebagai candradimuka demi terwujudnya insan madani, cerdas, makarya, dan imani. (3) kepada saudara-saudari senasib sepenanggungan sebagai tenaga educatif pada seluruh lembaga pendidikan, kiranya lebih bersikap idealistis dalam menanggapi kebijakan kepala sekolah, pemberian penghargaan, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan situasi pekerjaan yang ada di lingkungan kerja sebagai salah satu upaya untuk membangun kondisi kerja yang sehat. (4) sudah saatnya pemerintah memikirkan bahwa, dalam mempromosikan kepala sekolah diprioritaskan kepada guru yang memiliki kemampuan manajerial sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan. Agar tidak terlalu banyak menyita waktu dan biaya untuk melakukan pelatihan secara berulang-ulang. (5) kepada peneliti berikutnya, kiranya dapat memperhatikan hal-hal yang lebih bersifat kualitatif dalam mengkaji dan menganalisis kepuasan kerja guru.

DAFTAR PUSTAKA
Amirin, M. Tatang. 1996. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Amstrong, Michael. 2003. How to be an Even Better Manager (Menjadi Manajer yang Lebih Baik Lagi). Batam Centre, 29432 : Binarupa Aksara, PO.BOX 238

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta : PT. BPFE.

Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Gibson, 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1 (satu). Edisi Kedelapan. Jakarta : Binapura Aksara.

Gilpin, Robert. 2002. Tantangan Kapitalisme Global Ekonomi Abad Ke-21. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.

Hadiyanto, 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hardjito, Dydiet. 1997. Manajemen Situasi. Jakarta : PT. Praduya Paramita

Hasibuan, S.P. Malayu. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Proses, Produk dan Masa Depannya. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Kuntjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kuswandi. 2004. Cara Mengukur Kepuasan Kerja Karyawan. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Leslie, W. 2003. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Moeljarto. 2002. Pembangunan Dilema dan Tantangan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mudyahardjo, Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan – Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.

Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia). Jakarta Timur : Prenada Media.

Nurdin, Syarief. 1987. Pegangan Ekonomi (3) SMA Kurikulum 1994. Bandung : CV.Armico.

Rais, Soenjoto. 1998. Masalah Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional dari Orde Baru ke Masa Reformasi. Surabaya : Airlangga University Press.

Riduwan. 2002. Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.

Rukadjat, Adjat dkk. 1973. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Robbins P. Stephen. 1999. Manajemen (Management, Sixth Edition). Jakarta : PT.Prenhallindo.

Salusu, J. 2003. Pengembalian Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Siagian, S.P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Siagian, S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Singarimbun, Masri. 1999. Metode Penelitian Survei. Jakarta : PT. Pustaka LP.3 ES Indonesia.

Sugiono. 2003. Metode Penelitian Aministrasi. Bandung : CV. Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Syafri. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta Selatan : Ghalia Indonesia.

Thoha, Miftah. 2001. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Prilaku. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Tiro, Muh. Arif. 2000. Analisis Regresi dengan Data Kategori. Makassar : Badan Penerbit UNM.

Tiro, Muh. Arif. 2002. Analisis Korelasi Regresi, Edisi Kedua. Makassar : Makassar State University Press.

Tiro, Muh. Arif. 2003. Dasar-dasar Statistika. Makassar : Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Townsend, Robert. 1998. Reinventing Leadership (Menciptakan Kembali Kepemimpinan). Strategi untuk Memberdayakan Organisasi. Batam Centre : 29432. Interaksara.

Undang-Undang Sisdiknas. 2003 (UU RI No. 20 Th. 2003). Jakarta : Sinar Grafika.

Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah – Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yukl, Gary. 1994. Kepemimpinan dalam Organisasi (Leadership in Organizations 3). Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo.

Zamroni. 2003. Pendidikan untuk Demokrasi. Tantangan Menuju Civil Society. Yogyakarta : Bigraf Publishing.

Tidak ada komentar: